Wednesday 28 March 2012

stereotype

"stereotypes are standardized and simplified conceptions of people based on some prior assumptions. another name for stereotyping is bias. a bias is a tendency, most of these are good, but sometimes stereotyping can turn into discrimination if we misinterpret a bias and act upon it in a negative manner."
itu adalah cuplikan arti kata stereotype yang ku-kopas dari wikipedia, dan kurang lebih terjemahannya adalah sebagai berikut: stereotype (atau bisa diartikan sebagai "anggapan umum yang belum tentu benar" - seterusnya akan aku tulis "anggapan" saja) adalah konsep mengenai manusia yang distandarisasi dan disederhanakan berdasarkan pada beberapa asumsi sebelumnya. kata lainnya adalah bias. yaitu kecenderungan yang kebanyakan bermakna baik, tetapi kadang-kadang beranggapan bisa berubah menjadi diskriminasi jika kita menyalahartikan bias dan bertindak negatif berdasarkan anggapan tersebut.

ketika aku google kata ini, aku menemukan tulisan mengenai hal yang sama di blog ini, dan lumayan lucu contoh-contohnya. ternyata kata yang satu ini sudah ribuan kali dibahas ya hehehe... *basi donk temanya*
bisa jadi basi sih...

tetapi "beranggapan" salah terhadap sesuatu atau seseorang, masih terus saja terjadi setiap hari, di mana-mana, kapan saja dan terhadap siapa saja, tak terkecuali aku sendiri.

masih aku ingat betul percakapanku di twitter beberapa minggu yang lalu (kapan tepatnya, lupa), ketika salah seorang teman lamaku yang berdomisili di indonesia mengirim pesan pendek menanyakan kapan aku pulang mudik. seingatku ia bermaksud untuk nitip dibelikan racikan teh inggris yang cukup terkenal, earl grey. tanpa prasangka apa-apa, karena kami dulunya terbiasa bercanda, akupun menjawabnya dengan berseloroh. *dasarnya jahil juga*

kata-kata tepatnya aku juga lupa, tapi kira-kira maksudnya begini: "wah orang jakarta minumnya earl grey inggris euy, aku yang tinggal di inggris minumnya malah teh asli solo, hehehe". swear, aku tulis begitu karena memang faktanya temanku (mungkin) suka earl grey -nyatanya sampai mau nitip kan-, dan akunya malah suka #tehblonti-nya pakdhe @blontankpoer dari solo yang tenar itu, sampe nyetok persediaan di rumah.

tapi apa jawaban temanku?

aku dibombardir lho pemirsa, katanya aku strereotyping dan prejudicing dia, serta beranggapan hal-hal lain yang berkesan negatif terhadap si teman itu. *ngadu sama pembaca nih ceritanya*

terkaget-kaget dengan reaksi frontalnya yang tak kusangka-sangka, akupun surut, minta maaf kalau ada kata-kataku yang salah dan ga pernah twitter-an lagi sama teman itu sampai sekarang *trauma hihihi*

itu hanya salah satu contoh nyata kejadian yang hampir mengakibatkan perang dunia ketiga, kalau aku berniat melanjutkan 'perang' itu. ga jelas juga sebenarnya siapa yang salah sih hehehe. tapi sutralah, ga penting dibahas. yang lebih penting digarisbawahi mungkin adalah fakta bahwa ternyata begitu banyak orang yang (terlalu) sensitif di luar sana, hingga terkadang kita harus lebih berhati-hati kalau mau mengatakan sesuatu meski tadinya niatnya (hanya) bercanda. karena candaan seringkali merupakan bentuk 'beranggapan' atau stereotyping juga. dalam hal ini (mungkin) akulah yang beranggapan salah kalau temanku lebih memilih teh inggris itu.

di wiki juga dibahas panjang lebar hasil-hasil riset ilmiah mengenai contoh-contoh 'anggapan', efek atau akibatnya, dan perannya dalam bidang seni dan budaya masyarakat; yang tidak akan aku bahas di sini karena pasti akan dianggap basi :-)  <--- ini contoh satu lagi, aku beranggapan kalau kalian pasti menganggap tulisanku membahas wiki basi, padahal belum tentu kan? bisa jadi banyak yang tertarik. jadi saat nulis ini aku melakukan 'stereotyping' juga hehehe.

stereotype atau anggapan yang menurutku paling mengganggu bagiku saat ini adalah fakta bahwa aku menikah dengan orang asing. harap diingat juga, kita mungkin selalu beranggapan bahwa orang asing itu pasti selalu bule, padahal salah. orang asing bisa jadi orang malaysia, atau thailand, atau timor leste (suami kris dayanti donk), atau afrika, atau cina daratan, atau korea, atau bule eropa atau kulit hitam amerika dll. tuh kan, kita sudah melakukannya lagi tanpa sadar, stereotyping!

atau ketika temanku bertanya - ini terjadi tahun 2007 yang lalu lho, jauh sebelum aku menikah atau mengenal suamiku: "kamu tinggal di mana sekarang say" tanya teman ini karena kami memang sudah lama sekali tak bersapa karena terpisah jarak dan waktu.

aku menjawab enteng: "aku tinggal di inggris sekarang, jeng. kamu di mana?"
diapun langsung nyerocos: "inggris? wah keren! kawin sama bule ya say? enak donk anaknya nanti bisa jadi artis sinetron!!!!"
aku: "(^&"£$!(*&@?"

#jleb saja sih rasanya mendengar teman beranggapan begitu. meski saat itu aku yakin seyakin-yakinnya, dia tidak bermaksud jelek sedikitpun terhadapku. tapi koq ya rasanya gimanaaaa gitu. lha wong ke sini sibuk kuliah koq langsung di-'dakwa' yang bukan-bukan sampai nebak-nebak ke anak segala. kalau tebakannya bener sih langsung kukirimi payung cantik :-p

lha tapi ini sama sekali ga berdasar dan cuma karena aku tinggal di luar negeri, stereotyping-nya langsung ke arah 'kawin sama bule dan beranak mirip cincha laura' hehehe. mau marah koq ya ga jelas marah sama siapa, wong dia juga ga salah. ujung-ujungnya ya cuma bisa narik nafas dalam-dalam. inhale.... exhale..... inhale.... exhale.... sekalian latihan yoga :-o)

dan lagi, tinggal di inggris itu kan ya ndak harus dikawin sama bule toh ya. bisa jadi lagi jalan-jalan, bisa jadi sedang kuliah, bisa jadi lagi konferensi, bisa jadi sedang dikirim untuk urusan dinas atau bekerja, bisa jadi sedang jadi penjajah... #eh

waktu itu sih aku ke sini karena kuliah, tanpa terpikir untuk menetap meski akhirnya nasib berkata lain. boro-boro kawin sama bule, pacar saja waktu itu tak punya, swear!.. *jari telunjuk dan tengah mengacung*

tapi sayangnya anggapan umum yang sudah terlanjur melekat erat di otak manusia se-indonesia atau bahkan sedunia (haiya...hiperbolaaa), kalau cewek indonesia tinggal di luar negeri itu pasti karena dikawin bule. weleh weleh... apalagi kalau sekarang mereka tahu bahwa aku memang akhirnya menikah dengan bule ya. pasti reaksinya "tuh kan dikawin bule!" tanpa tahu sejarah asal usulnya bagaimana. *egp*

lagipula apa salahnya kawin sama orang asing sih, kan bukan sama monyet. jadi bikin kamu jatuh miskin atau tiba-tiba bertampang jelek gitu? hihihi kalau iya aku kan bisa nyengir kuda. lagipula jodoh kan (katanya) sudah ditentukan sama yang di atas sana. kenapa manusia pusing-pusing menghujat ya. hujat yang memberi takdir sana kalau berani, hehe.

mungkin karena waktu itu aku terlalu banyak diprasangkai orang, eh... kejadian beneran hahahahaa... *makasih deh doa-doanya kalau begitu*

ok, enough about me. selain beberapa kejadian nyata di atas, masih banyak lagi contoh-contoh anggapan lain yang belum tentu benar, tetapi diyakini benar oleh sebagian besar lapisan masyarakat, sehingga sering diucapkan tanpa berpikir panjang alias langsung njeplak saja. berita bagusnya, bukan hanya orang indonesia lho yang kelakuannya seperti itu. orang sini juga ada.

contohnya temanku sekantor yang selalu beranggapan dan merasa yakin seyakin-yakinnya kalau orang india itu badannya bau kari, kalau orang kulit hitam itu jorok (katanya dia pernah bahas ini sama temannya yang asli afrika tapi lupa kalau temannya itu juga hitam, hahaha), kalau orang asia itu miskin-miskin (kalau ini rada bener sih hehe), dan satu lagi yang cukup ekstrim menurutku adalah ia yakin kalau penganut ajaran yang ga boleh makan b2 #ngok ngok itu (jangan lupa, ada 2 kaum lho ya) adalah kaum yang paling merugi sedunia. *gubrag!!!* egois banget ga sih...

o ya dia orang inggris asli koq, jadi ga usah dipikirin lah yaw, cara pandang dia yang ajaib itu. didebat juga percuma, stereotyping-nya sudah terlanjur parah untuk diluruskan, istrinya saja katanya sudah nyerah, hehehe.

satu lagi sebelum kuakhiri ketak-ketikku hari ini, ketika aku mulai nulis blog ini salah satu niat baikku adalah untuk berbagi cerita, berbagi ilmu, dan berbagi pengetahuan agar mudah-mudahan bisa pelan-pelan mengurangi jumlah orang yang beranggapan belum tentu benar terhadap perempuan-perempuan yang menikah dengan orang asing. sebagai salah satu pelaku, aku merasa berkewajiban untuk meluruskan anggapan yang sudah terlanjur bengkok itu.

meski rada-rada pesimis juga sih karena memang tak bisa dipungkiri banyak juga cewek (asia terutama) yang mengejar cowok (yang penting) bule, demi sesuatu yang - kau tahu lah apa itu. eh jangan piktor ya, maksudku demi status sosial!

kalau upayaku untuk mengurangi stereotyping ini bisa berhasil ya layaklah aku diacungi jempol, lha wong kampanyenya tanpa dana dan dukungan dari partai manapun hehe... tapi kalau gagal maning - gagal maning, ya sutralah sak karep-karepmu. namanya juga usaha. paling kalau masih mendengar hal-hal klise itu lagi, cuma bisa ngomong, cape deeee...




.:kalau kamu suka artikel di atas, mungkin kamu suka ini juga:.

4 comments:

  1. manusiawi kalau gitu mah ya... terlalu cepat menarik kesimpulan.. padahal perlu sering sering speak by data biar tidak selalu streotyping.. nice artikel

    ReplyDelete
    Replies
    1. sangat manusiawi, dan bisa dengan mudah kita juga tanpa sadar sering melakukannya :-) thx for stopping by...

      Delete
  2. ya gitu deeeeh, stereotip juga terbentuk karena ada sekelompok/ beberapa kelompok manusia yg beranggapan sama, trus ditularkan & disebarkan deh stereotip itu ke yg lain.

    Jadi, anaknya mbak Nay ntar kayak Justin Bieber donk. Mau donk dikenalin ^_^ (lho malah melu2) wkwkwk

    ReplyDelete
    Replies
    1. pety! ketahuan yah kamu udah main mata sama anakku (yg lahir aja belom) wuahahahhahahaa....

      Delete

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...