Friday 24 February 2012

virus kantor

twit-twit mbak @AlberthieneE:
"kebiasaan menjelekkan institusi/orang yang pernah ada jasanya di masa lalu utk hidup kita hanya akan membuat jejak kita jelek.
seburuk-buruknya institusi/orang yang pernah menjadi tempat kita berkarya, mereka berjasa telah membentuk kematangan kita
ada temen yang kerjaannya ngejelekin kantornya di masa lalu. belakangan, nasib mengantarnya kerja di situ lagi.
ada juga orang yang habis-habisan menghujat mantan bos-nya sampai ke twitter. suatu saat si bos justru mengajaknya kerjasama lagi.
menghargai setiap tempat yang pernah kita jejak untuk berkarya sama dengan menghormati sejarah hidup kita.
ada anak muda berbakat ngelamar di kantor teman dan gak diterima. kenapa? soalnya dia abis-abisan memburukkan kantor lamanya.
sekarang telinga ini mudah sekali mendengar anak-anak muda yang nyap-nyap maki-maki kantor sendiri. padahal itu bagian dari mematangkan diri.
bisa jadi kantor yang katanya buruk itu justru yang berjasa memintarkan kita, yang membuat value kita naik di kantor selanjutnya."

akupun menimpali:
@nayarini paling enak itu kalau pindah ke tempat baru, tapi masih bisa maen2 ke tempat lama dan masih disegani dan disambut dg baek
@nayarini paling enak jg kalau masih keep in touch dg mantan bos dan jadi teman baek meski ga bekerja di prsh yg sama lagi
@nayarini paling enak itu resign bukan krn alasan prshn baru lbh bagus, tp lbih krn faktor lain e.g sekolah lg, pindah rumah, ikut suami

terinspirasi dari twit-twit mbak AE yang tenar itu, aku jadi pengin nulis sedikit cerita mengenai kantor-kantor lamaku. tidak banyak sebenarnya, karena aku bukan termasuk kutu loncat, alias jarang pindah-pindah kerja.


kantor 1

tempat kerja pertamaku tak bisa dibilang kantor. sejak lulus kuliah diploma tiga, aku pulang ke rumah ortuku namun sayang tidak langsung mendapatkan pekerjaan. maklumlah, aku tinggal di kota kecil tapi berijasah teknik nuklir yang kata orang-orang, jurusan ini keren tapi menakutkan. 

daripada lontang lantung dan hanya membuat kepala ibuku pusing, akupun mulai mengambil alih pengelolaan warung kelontong milik orang tuaku di depan rumah, yang dari segi manajemen memang agak-agak semrawut waktu itu. resmilah aku menjadi tukang penjaga dan pengelola warung selama kurang lebih setengah tahun. bukannya aku tidak mencoba mencari kerja. sudah banyak lamaran kukirim. tapi mungkin belum rejeki saja, atau mungkin karena calon bosku sudah takut terlebih dahulu begitu membaca ijasahku yang di bagian atasnya berkop badan tenaga nuklir nasional itu. mungkin mereka takut terkena radiasi, hehehe :-D

begitulah. setengah tahun pertama karirku, aku 'berkantor' di warung. jadi bos untuk diriku sendiri meski cuma 6 bulan saja. akhirnya aku juga yang harus memecat diriku sendiri dan memberikan tongkat manajemen warung kembali ke ibuku, karena aku harus pindah ke kota s.

kantor 2

di sinilah untuk pertama kalinya aku benar-benar bekerja, memperoleh gaji bulanan, dan mempunyai bos. meski lagi-lagi, tempat kerja keduaku inipun belum bisa disebut kantor. teman baik ibuku sejak kecil mempunyai sebuah toko bangunan yang cukup besar dan terkenal di kota s. karena hubungan pertemanan ini pula, ketika mereka membutuhkan tenaga administrasi merangkap penjaga toko, ibuku pun menyuruhku untuk mencoba pekerjaan ini. meski sama sekali tak ada hubungannya dengan ijasahku yang cukup keren dan menakutkan itu, aku setuju saja. itung-itung batu loncatan, sebelum mendapatkan jenis pekerjaan yang sesuai, begitu katanya.

akupun bekerja di toko bangunan itu selama hampir 1.5 tahun lamanya. betah juga. bagaimana tidak, bosku memperlakukan aku seperti anaknya sendiri. aku bahkan tinggal bersama mereka sekeluarga di rumah mereka yang dibangun persis di belakang toko, sekamar dengan anak perempuannya yang waktu itu masih sma. makan pun ditanggung seperti halnya anggota keluarga sendiri. 

sering pula aku diajak berdiskusi di malam hari setelah jam kerja, mengenai topik apa saja sambil menonton siaran televisi. agak canggung sebenarnya kalau dipikir-pikir. hubungan kami di pagi dan sore hari harus profesional layaknya pegawai dan majikan pemilik usaha, di malam hari aku merasa menjadi bagian dari keluarga. tak jarang aku juga diajak keluar bersama kedua anak bosku, untuk sekedar jalan-jalan atau makan malam di pusat jajan tengah kota. yang paling aku syukuri dari kebaikan mereka adalah, aku diberikan kompensasi atau pengecualian setiap 2 hari dalam  satu minggu, dimana aku diijinkan untuk meninggalkan pekerjaanku lebih awal untuk pergi kursus komputer dan bahasa inggris.

waktu itu komputer belum begitu banyak dipakai. akupun hanya mengenal pemakaian komputer di kampusku, itupun sangat terbatas hanya untuk kuliah praktek saja. kemampuanku untuk mengoperasikan komputerpun masih sangat terbatas. belum ada konsep windows seperti sekarang yang memungkinkan semua orang untuk mengoperasikan komputer tanpa pelatihan. waktu itu mengetik masih menggunakan word star, menghitung masih memakai lotus 123, dan pengoperasian perangkatnya masih memakai dos. jika tidak les dulu, pastinya susah untuk mengoperasikan perangkat elektronik canggih itu.

akupun sadar waktu itu kalau hanya bermodal ijasah saja, akan terlalu sulit bagiku untuk memenangkan pertarungan menembus dunia kerja. apalagi tanpa modal pengalaman kerja sebelumnya. karena itulah kupikir dengan menambah ijasahku dengan sertifikat keahlian mengoperasikan komputer dan berbahasa inggris, mungkin peluangku untuk mendapatkan kerja yang layak, bisa lebih baik.

untungnya niat ini diamini oleh bosku. jadi akupun selalu semangat untuk les komputer dan belajar bahasa inggris, meski tetap sambil harus bekerja melayani pembeli dan menghitung bata merah, sak semen, pipa, ubin keramik, cat tembok, bahkan menjadi mandor pengiriman pasir. saking seriusnya bekerja, waktu itu aku hampir paham sepenuhnya dan tahu seluk beluk bahan bangunan, sampai-sampai aku yakin kalau aku bisa membuat perencanaan utuh bahan apa saja yang dibutuhkan dan berapa biaya yang diperlukan untuk membangun sebuah rumah. mungkin dari situ juga awalnya aku sekarang jadi hobi 'nukang' ;-)

kantor 3

setelah 1.5 tahun lamanya kerja menjadi penjaga toko, aku pindah ke jakarta. alasannya karena aku putus cinta #eaaa. 

tak akan kujelaskan lebih detil lagi alasan kepindahanku, karena bisa-bisa artikel ini menjadi sebuah buku saking panjangnya. 

kali ini keberuntungan ada di pihakku, kalau tidak mau disebut jalan hidup memang membawaku harus kerja di ibukota. dengan ijasah diplomaku yang agak 'beda' itu, memang hampir tidak ada jenis pekerjaan yang bisa kudapatkan di kota-kota lain selain jabotabek. rata-rata teman kuliahku semua sudah bekerja sejak lulus dulu, dan hampir semua memang berkantor di ibukota.

ketika masanya tiba untuk mencari pekerjaan yang layak sesuai ijasahku, meski memerlukan waktu hampir 3 bulan lamanya, akhirnya akupun merasakan untuk pertama kalinya bekerja di sebuah kantor yang sebenarnya. meski lagi-lagi, kantor ketigaku inipun lebih berupa pabrik daripada perkantoran di gedung megah bertingkat di pusat kota. pabrik atau kantorku kali ini lokasinya di bekasi, di sebuah kawasan industri.

aku bertahan selama lebih dari 5 tahun bekerja di sana. aku diterima bekerja ketika pabrik ini baru mulai beroperasi, tapi terpaksa harus meninggalkannya meski bukan karena kehendakku. manajemen kantor pusat yang memutuskan untuk menutup perusahaan ini meski baru 5 tahun beroperasi, dan memindahkannya ke cina.

kesan-kesanku selama bekerja di sana, aku menikmati masa-masa aku harus mulai belajar untuk bekerja secara profesional, berinteraksi dengan bos-bosku yang kebanyakan orang asing, dan bekerja sama dengan rekan-rekan kerja di dalam sebuah tim. suka duka pastinya selalu ada, tapi aku lebih merasa betah daripada tidak betahnya. nyatanya aku enjoy-enjoy saja bekerja di sana sejak perusahaan lahir sampai tutup usia. dan nyatanya sampai detik ini aku masih berhubungan baik dengan mantan-mantan bosku. beberapa bahkan jadi seperti saudara. meski kami tak pernah lagi bersua, kami masih sering bertukar kabar lewat dunia maya.

kantor 4

aku sempat berhenti berkarir selama 2 tahun demi mengejar keinginanku untuk melanjutkan sekolah ke luar negeri, meski akhirnya tersambung kembali tak lama setelah aku lulus. kantorku berikutnya kali ini berlokasi di negara inggris. di sinipun lagi-lagi aku cukup merasa nyaman dan mendapatkan banyak pengalaman baru yang sangat berharga. bukan saja karena aku harus menggunakan bahasa inggris hampir 24 jam setiap hari, kecuali kalau sedang tidur, juga karena lingkungan kerja baru yang tentunya sangat beda.

sayang krisis ekonomi di akhir tahun 2008 memaksaku untuk meninggalkan perusahaan ini karena terkena pengurangan karyawan. namun sampai sekarang pun aku masih tetap berkorespondensi dengan mantan bosku yang asli skotlandia. ia bahkan dengan senang hati hadir bersama istrinya ketika kuundang ke pesta pernikahanku tahun lalu.

kantor 5

ini kantorku sekarang. mudah-mudahan tidak ada kantor keenam, ketujuh dan seterusnya. sudah tiga tahun aku kerja di sini, dan aku menikmatinya. tentu sebuah bohong besar kalau aku tidak pernah merasa bermasalah di tempat kerja, tapi aku selalu berusaha melihat setiap masalah dari sisi positif dan selalu berpikir positif. bagiku, di manapun itu, yang paling penting adalah bekerja dengan benar sesuai posisi pekerjaan dan tanggung jawab kita, dan terus menjaga performa kerja kita sehari-hari agar selalu di atas rata-rata.

menurutku, itulah kuncinya agar merasa betah di tempat kerja. jika kita bisa memberikan lebih dari yang atasan kita harapkan dari kita, misalnya dengan selalu tepat waktu memberikan laporan, jarang membuat kesalahan, tentunya segala bentuk tugas dan pekerjaan akan terasa mudah, ringan dan menyenangkan.

tapi lagi-lagi, ternyata tidak di indonesia, tidak di luar negeri, yang namanya kantor itu isinya sama saja. selalu saja ada orang-orang yang hobinya mengeluh, menjelek-jelekkan dan memaki tempat kerja sendiri. orang-orang yang tidak puas ini ternyata selalu mengelilingi kita, di manapun kita berada. kadang aku sampai merasa takut sendiri, kalau aku pelan-pelan terjangkiti penyakit mereka ini, karena energi negatif yang mereka bawa seperti virus yang menyebar dan menyerang siapa saja. kalau tidak punya pertahanan mental yang kuat, mudah sekali sepertinya untuk terbawa arus ikut-ikutan menjadi bagian dari grup mereka. 

padahal sejujurnya, tadinya kupikir orang barat pasti mempunyai etika kerja yang agak berbeda dengan bangsa asia. tadinya kupikir mereka pasti mempunyai etos kerja yang sangat profesional seperti di film-film bioskop. tadinya kupikir kerja di luar negeri akan beda. ternyata sama saja, saudara-saudara.

dari kesemua pengalamanku bergelut dalam dunia kerja selama bertahun-tahun itu, dapat kusimpulkan bahwa di manapun, kapanpun, di negara manapun dan di perusahaan apapun, selalu saja ada karyawan-karyawan yang salah fokus. menurut pendapatku, kebiasaan menjelekkan institusi atau tempat kerja sendiri itu sama halnya dengan mengumpulkan energi negatif dan menimbunnya terus menerus hingga membusuk dan lama-lama meracuni diri sendiri. 

karena di manapun kita bekerja, tak ada satu kantor atau perusahaan yang sempurna. hanya kita sendirilah yang bisa membuat tempat kita kerja terasa nyaman. hanya kita sendirilah yang bisa membuat pekerjaan sehari-hari kita menjadi hal yang menyenangkan untuk dikerjakan.
after all, bukankah kita sendiri yang dulunya menginginkan posisi itu ketika kita melamarnya dan berjuang mati-matian untuk mendapatkannya? 
 
hingga aku terkadang tidak habis pikir ketika mendengar keluhan seseorang yang begitu membenci pekerjaannya, membenci bosnya, membenci lingkungan kerjanya. tapi kenapa masih saja tiap pagi berangkat kerja ya? cari saja kerja baru di tempat lain, beres toh!

but guess what, pasti orang-orang yang selalu mengeluh semacam ini, kemanapun mereka pergi, di manapun mereka bekerja, siapapun bosnya, mereka tetap saja akan mengeluhkan hal yang sama, terus menerus, berulang-ulang, setiap hari. karena sebenarnya permasalahannya bukan pada perusahaan, tapi pada diri mereka sendiri.

so, stop moaning and sort yourself out for god's sake!




.:kalau kamu suka artikel di atas, mungkin kamu suka ini juga:.

No comments:

Post a Comment

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...