udah lama nih, aku ngga misuh-misuh atau ngomel π
jadi ceritanya kemarin tuh nemu postingan di laman thread. seru banget rame isinya ngebahas dan komen-komennya pada lantang ngehujat temannya seseorang yang posting ini, di mana si orang ini mengeluhkan kalau dia sudah mulai agak lupa ngomong bahasa indonesia karena sudah 4 tahun tinggal di belanda, kalau ngga salah.
si teman ini melemparkan opininya tentang keraguan dia kalau temannya tadi bener-bener sudah mulai lupa atau cuma pura-pura lupa, ke thread. ramelah komentar datang dari berbagai penjuru sosmed dan internet, terutama dari para diaspora. sebagian besar menganggap lebay kalau si teman ini sudah mulai lupa bahasa indonesia padahal baru 4 tahun doank tinggal di luar negeri. sebagian lagi mencibir kalau si teman itu cuma sok-sokan doank pura-pura lupa karena ngga mungkin baru 4 tahun kok sudah ngga bisa ngomong indonesia lagi, padahal mereka yang sudah berpuluh-puluh tahun tinggal di luar masih lancar banget bahasa indonesianya, bahasa sundanya, bahasa bataknya, jawanya dan lain-lain.
ada juga yang memvalidasi dengan ucapan, aku lho tiap hari juga kerja di sini, pake bahasa asing! tapi bahasa indonesiaku masih lancar jaya ngga bermasalah. sok-sokan aja tuh yang pake faded faded segala bahasa indonesianya. cih, baru juga 4 tahun! bla bla bla... seru kannnn....namanya juga internet!
aku ngga suka orang julid, tapi kenapa suka baca-baca tulisan julid ya? haha π
dari kurang lebihnya 500-an komentar lebih, yang ngga semuanya kubaca, emang kurang kerjaan apa ya baca ratusan komen, di laman orang asing pulak yang blas aku sama sekali ngga kenal. bisa nongol di linimasaku juga karena salah satu temen yang sekarang domisili di kanada juga ikutan komen, makanya lalu algoritmanya menghadirkan thread itu di linimasaku. etdah... π
dari ratusan komen itu, engga ada satupun yang berpikir dari sisi sains! semuanya, hampir semuanya, cuma membandingkan apa yang dikomentari, dengan kondisi dirinya sendiri. aku lho begini, masak sih dia begitu! aku aja bisa ngga lupa, masak sih ada orang yang sampe bisa lupa bahasa ibu? ngga habis pikir deh. mustahil deh. ngga mungkin itu, dan seterusnya. meski ada juga beberapa yang juga sharing kalau kadang mereka juga suka lupa beberapa kosakata indonesia tiap kali ngomong, jadi komennya bernada netral, ngga menghujat tapi juga ngga menghadirkan alternatif pemikiran lainnya. akupun jadi tergelitik untuk nulis tentang topik ini, haha π
kenapa?
karena bisa jadi posisiku kemungkinan besar ada di posisi temannya orang yang ngeposting tulisan di thread yang bilang kalau setelah sekian tahun, sudah mulai lupa gimana ngomong indonesia!!! π
bedanya mungkin, aku ngga sharing-sharing hal beginian di ig story, atau di fesbuk posting, atau di manapun. mendingan kutulis di blog sini jadi artikel. jadi bagi sdm yang malas baca, engga akan pernah ngebaca, dan bagi sdm yang rajin baca dan sudi meluangkan waktu untuk ngebaca, akan paham dengan penjelasanku yang panjang dan komplit.
kalau mau didebat juga boleh, tapi debat sains ya, jangan modal ngeyel sama julid doank π
***
sebelum itu, mari kita kulik dulu apa kata mas-mas gpt.
scientific literature confirms that first language attrition — the gradual loss of one’s mother tongue due to prolonged non-use — is a real phenomenon, though its likelihood depends on multiple factors.
eh maap, pake bahasa indonesia aja deh ya, ntar dibilang lebay lagi pake inggris-inggrisan segala π
bukti ilmiah mendukung fenomena yang disebut pengikisan bahasa pertama atau bahasa ibu — yaitu hilangnya kefasihan atau kemampuan berbahasa ibu secara bertahap karena jarang atau tidak pernah digunakan, terutama setelah pindah dan tinggal di lingkungan dengan bahasa berbeda dalam jangka waktu lama.
mengapa dan bagaimana bahasa ibu bisa hilang?
- jarang digunakan (disuse): tidak menggunakan bahasa ibu dalam waktu lama dapat menyebabkan hilangnya kosa kata, kelancaran bicara, dan kepercayaan diri dalam berbicara.
- interferensi dari bahasa kedua: saat seseorang berada di lingkungan dominan berbahasa kedua, kemampuan bahasa ibu dapat terganggu karena otak lebih sering memanggil kata-kata dalam bahasa keduanya.
- usia dan plastisitas otak: anak-anak (terutama sebelum masa pubertas) lebih rentan kehilangan bahasa ibu secara total. pada orang dewasa, pengikisan biasanya parsial.
- faktor emosional dan identitas: ikatan emosional yang lemah terhadap bahasa ibu bisa mempercepat kehilangan kemampuan.
- pemulihan melalui paparan ulang: banyak studi menunjukkan bahwa kemampuan bahasa ibu bisa pulih dengan cukup cepat jika seseorang kembali menggunakannya secara rutin.
daftar penelitian atau publikasi mengenai topik ini:
- frontiers in human neuroscience (2021): menjelaskan bahwa hilangnya bahasa ibu bisa terjadi karena kurangnya penggunaan dalam jangka panjang, terutama jika digantikan oleh bahasa kedua. jurnal ilmiahnya ada di tautan ini.
- first language attrition and dominance (2018): menunjukkan bahwa bilingual yang lama tidak memakai bahasa ibu dapat memulihkan kemampuannya saat terpapar kembali secara aktif. jurnal ilmiahnya ada di tautan ini.
- studi tentang anak adopsi: anak-anak yang diadopsi ke luar negeri dan berhenti memakai bahasa ibu menunjukkan pola aktivasi otak seperti bilingual, meski secara sadar sudah tidak ingat bahasa tersebut. ini membuktikan bahwa jalur bahasa di otak tetap ada.
kesimpulan ilmiah:
- secara ilmiah, seseorang memang dapat kehilangan sebagian atau bahkan seluruh kemampuan bahasa ibunya, terutama jika:
- tidak digunakan selama bertahun-tahun
- lingkungan dominan dengan bahasa kedua
- migrasi atau adopsi saat usia dini
- tidak memiliki hubungan emosional kuat dengan bahasa ibu
- namun, untuk orang dewasa, kehilangan total jarang terjadi — biasanya hanya sebagian, dan kemampuan dapat dipulihkan dengan paparan ulang.
***
tuh kan, apa kubilang!
makanya jangan julid jadi orang π, tapi ngga paham kalau fenomena seperti itu adalah fenomena alami yang didukung penelitian ilmiah.
aku pribadi juga memang selalu agak belepotan kalau ngomong bahasa indonesia. bahasa jawa apalagi, karena lebih jarang dipake. masih mending bahasa indonesia aku masih pake buat ngetik blog ini, atau kalau ketemu temen indonesia di inggris, yang mana sangat jarang sekali, mungkin setahun bisa dihitung pake jari tangan kiri π
selain karena aku ngga pernah ngumpul atau ikutan arisan, aku juga memutuskan untuk ngga ngajari anakku bahasa indonesia. kenapa? karena otakku ngga mampu! kapasitas untuk beralih bahasa di kepalaku engga sebagus kepalamu! dan karena aku butuh untuk selalu konsisten berbahasa inggris demi supaya aku bisa tetap kerja dan performaku di kantor engga terganggu dengan kendala bahasa, kuputuskan untuk konsisten cuma makai bahasa inggris saja di kantor, di rumah, dan di manapun selama masih di tanah inggris.
karena alasan ini pula, konsekuensinya ya bahasa indonesiaku makin memudar pelan-pelan. jadi kagok kalau ngomong, dan otakku jadi nge-lag kalau nyari kata-kata indonesia pas ngomong, bukan pas ngetik ya. kalau urusan ngetik syukurlah aku masih lancar. mungkin karena aku rajin ngeblog, hehe.
tapi untuk urusan ngomong, ternyata ya memang aku termasuk satu dari beberapa orang yang memang secara alamiah mengalami fenomena first language attrition! meski fenomena ini ngga terjadi pada semua diaspora, karena memang nyatanya masih banyak juga yang bahasa indonesianya masih kuat meski tiap hari juga ngomong bahasa asing, tapi ngga pernah ngerasa bermasalah seperti para netizen budiman yang komen-komen di laman thread yang kusebut di atas itu tadi.
tapi sumpah! sebagai satu yang memang bermasalah dengan ngomong indonesia karena sehari-harinya full aku cuma ngomong inggris, engga kok, kami ngga lebay!
kami ngga sok-sokan pengin ngga bisa ngomong bahasa indonesia lagi.
kami ngga pura-pura kalau kemampuan bahasa ibu kami memang menurun dan fading! sumpah, kami juga maunya kayak kalian gitu, yang otaknya otak superman bisa ngomong segala bahasa dan bisa ganti-ganti dengan mudahnya tanpa pernah lupa kosakata satupun. keren lah processor di otak kalian.
sayangnya otakku ngga sekeren itu. dan aku ngerasa memang kemampuanku di bahasa melemah ketika bahasa itu ngga dominan kupake dan jarang kugunakan. otakku cuma bisa menangani satu bahasa dominan saja. bahasa kedua dan ketiga dengan cepat akan melemah dan pelan-pelan pudar ditelan waktu seiring lamanya aku ngga makai bahasa itu.
dan aku sangat lega nulis artikel ini, karena ternyata yang kualami itu hal yang alamiah, didukung oleh jurnal-jurnal penelitian yang valid. jadi aku ngga mengada-ada.
"ya tapi mbak, kan kamu memang udah lama di inggris, udah 20 tahun lebih!"
bukan karena aku udah lama di luar negeri juga, karena kendala ini memang mulai kurasakan bahkan di awal-awal pas aku sudah mulai ngerasa kalau otakku itu sudah ngimpi sewaktu tidur pun dalam bahasa inggris. ini mungkin tahun ketiga atau keempat gitu lah! persis seperti temannya di teman yang posting di thread yang kusebut di atas tadi. mungkin alaminya memang butuh sekitaran 3-4 tahun sampe otak kita njungkir balik dan bahasa asing mengalahkan bahasa ibu dan jadi bahasa dominan di otak kita.
dan sudah agak lama sebenernya aku bertanya-tanya ke diriku sendiri, ketika ada selentingan teman atau orang yang ngomong, meski belum ada yang langsung ngomong di depan mukaku. ngga ada yang berani soalnya, bisa-bisa kutonjok sampe bonyok π
tapi sering aku dengar orang ngomongin orang lain gini: ah sok-sokan dia nikah sama bule anaknya kok ngga diajari bahasa indonesia! malas itu emaknya! sok kebule-bulean, bla bla bla.
sudah lama aku diam kalau ada yang ngegosip dengan topik soal bahasa ini. pertama karena aku belum bisa mendebat dan belum tahu kenapanya. kedua, aku cuma mikir, apa iya aku cuma malas saja ngga ngajari anakku ngomong indonesia, sampe neneknya di indonesia protes karena tiap diajak mudik ngga bisa diajak ngobrol π meski penginnya dulu sih anakku bisa banyak bahasa minimal bilingual seperti yang pernah kubahas di tulisan ini.
tapi ngajari anak sejak kecil untuk bisa ngomong dua bahasa meski banyak yang sukses dengan metode opol, atau one person one language, ternyata ngga semudah itu ferguso! sementara aku sendiri bertarung dengan kepalaku yang sulit diajak kompromi kalau harus ganti-ganti bahasa. ternyata sekarang baru aku paham, dan berani berkata kalau kalian yang salah!
jadi jangan pernah lagi ngatain kami yah.
tiap individu punya kemampuan yang beda-beda. secara alami, otak manusia juga memproses banyak hal dengan keunikan kita masing-masing. ada yang jago dalam satu hal, engga lantas yang ngga jago di hal tersebut salah semua. kalau ada yang mahir dan ngerasa mudah melakukan satu hal, misalnya ngomong asing trus ngomong indonesia tetap lancar juga tanpa kesulitan, engga lantas yang ngga bisa ngelakuin itu berhak dituduh sok inilah sok itulah lebay lah, dan lain-lain.
contoh lagi, aku jago matematika, dan aku tahu ini adalah salah satu kemampuan otak yang ngga banyak orang punya yang jadi kelebihanku sejak jaman sekolah sd! tapi aku juga paham kalau kebanyakan orang malah sebaliknya ngga suka matematika dan merasa kesulitan kalau harus berhubungan dengan urusan angka dan hitung menghitung. lantas apakah aku berhak ngata-ngatain kalau yang ngga jago matematika itu lebay, sok-sokan pura-pura ngga bisa berhitung dengan mudah dan cepat, bahkan ngatain kalau mereka goblog?
kan ngga gitu juga.
![]() |
otakku lebih cepet ngurus beginian |
jadi yang lebih jago urusan bahasa jangan lah ngata-ngatain mereka yang secara kemampuan otak memang lemah di bahasa.
aku sadar ini jadi salah satu kelemahan otakku sejak tahun 90-an pas jaman sma. gara-gara waktu itu dites IQ yang hasilnya memang otakku kuat di angka dan lemah di bahasa. ini menjelaskan kenapa aku memang selalu payah untuk urusan ngomong ganti-ganti bahasa ini. otaknya memang sudah lemot dari sononya, bukan karena sok-sokan karena tinggal di luar negeri dan sehari-hari kudu ngomong inggris!
jangan salahkan juga kalau aku ambil keputusan untuk ngga ngomong indonesia sama sekali agar supaya hidupku lebih fokus ke satu bahasa saja yang memang wajib kupake untuk kerja dan cari nafkah. karena memang otakku mampunya cuma segitu, gais. keknya dulu aku pernah nulis ini di tulisan lama banget pas lagi awal-awal ngeblog deh. ketemu nih judulnya aku tak paham bahasa.
jadi jangan pikir kalau menurut kalian gampang untuk ngomong cas cis cus dalam 2-3 bahasa sehari-hari, orang lain juga akan dengan gampang melakukannya. aku juga pengin seperti kalian tapi otakku ngga mampu, sama halnya kalian yang benci matematika ngga akan mampu ngitung secepat kemampuanku! nah kan, sekarang terbukti kalau selama ini orang-orang itu cuma ngga paham ilmu jadinya julid doank, karena yang dituduhkan ternyata ngga benar. dan ini didukung dengan banyak penelitian ilmiah!! ayo, siapa yang berani ngebantah tulisan ini, silakan maju sini.
biar kujewer telingamu π
No comments:
Post a Comment