Wednesday 16 March 2016

tentang pelangi

warning: postingan ini (agak) panjang!

butuh waktu lumayan lama tuk ngelarin tulisan ini. selain karena banyak kerjaan dan ga sempet ngetik, juga karena butuh mikir lama buat nulis topik yang sekarang udah mulai rada reda dikit, ga heboh banget-banget kayak kemarin-kemarin.

setelah berdiam diri sekian lama hanya sebagai pengamat saja, akhirnya aku nulis juga tentang tema yang sempat kekinian ini #udahbasipadahal


aku sadar tema ini penuh kontroversi dan sangat-sangat sensitif sekali, sesensitif tema hijab syar'i atau asi-formula yang selalu mengundang debat tak berujung dan bikin sensi. tapi ya kalo ga gitu ga seru kan. selain untuk mendokumentasikan opini pribadi, mudah-mudahan postingan ini juga bisa dijadikan bahan renungan buat pembaca yang sudi ngebaca tulisan panjang ini sampe abis :-) *nguap*


***

temen kerja

sebagai pembuka, aku akan cerita dulu tentang tiga orang teman kerjaku di inggris sini.

yang pertama, sebut saja seorang perempuan namanya juliet (bukan nama sebenarnya). ini temen kerja waktu masih di perusahaan otomotif di inggris bagian utara dulu, sebelum kantor yang sekarang.

juliet tadinya kerja di departmen lab electronic sebelum akhirnya pindah ke QC dan jadi teman sejawatku selama kurang lebih 1 tahun lamanya. anaknya ramah, supel, tapi agak berotot, hehe. rambutnya selalu dipotong pendek banget, mirip penyanyi amerika, pink. penampilannya sehari-hari memang tomboi meski kalo ngomong ya suaranya masih suara perempuan tulen.

kerja sehari-hari dengan juliet, semua tampak normal dan biasa-biasa saja.

ga ada yang aneh atau mengganjal meski penampilan dan perilaku si juliet ini lebih mirip laki-laki. dalam urusan kerjaan, kami sama-sama mengurus tugas QC sehari-hari dari masalah barang reject dari produksi, sampe urusan menangani solusi perbaikan-perbaikan kualitas sehari-hari. ga ada yang aneh.

sampe satu hari dalam sebuah percakapan ringan, salah seorang temenku yang lain nyeletuk dan nyebut kalo juliet itu lesbi.

pas denger itu pertama kali, aku ga gitu kaget juga sih, udah lama nebak dalam hati lah. wong dari penampilannya sehari-hari sudah kelihatan jelas, macho gitu hihi. jadi pernyataan temenku itu berlalu seperti angin, biasa saja, ga istimewa tanpa perlu diperpanjang kenapa dia begini atau begitu.

karena aku juga orangnya males kepo dan ga pengin tahu lebih jauh. percakapan pun berakhir dengan normal dan wajar tanpa ada yang perlu dibahas lebih panjang lagi.

***

waktu berlalu...

jalan hidup lalu membawaku pindah ke bagian selatan inggris ke sebuah kota terkenal bernama cambridge sejak 2009 dan kerja di perusahaan yang bergerak di bidang riset dan pengembangan alat-alat kesehatan, sampe sekarang.

di sini aku juga punya kisah yang mirip tentang seorang temen kerjaku yang lain, perempuan, sebut saja namanya jenni (ini juga nama samaran). umurnya beberapa tahun lebih tua dari aku. lain halnya dengan juliet yang kerja di satu departemen denganku dulu, si jenni ini kerja di departemen lain karena ia seorang scientist atau peneliti. kerjanya tiap hari berurusan dengan pengembangan desain dan riset alat kesehatan yang sedang kami teliti saat ini, terutama dari segi elektro-kimia.

waktunya selama jam kerja lebih banyak dihabiskan di laboratorium bersama para peneliti yang lain, sibuk dengan berbagai percobaan demi menghasilkan produk alat kesehatan yang berkualitas tinggi. ia termasuk salah satu karyawan senior dan disegani di kantor.

pernah satu waktu karena kehidupan rumah tangganya sedang berubah, ia mengundurkan diri untuk sementara waktu dan memilih untuk jadi dosen, mengajar mata kuliah biochemistry di universitas cambridge yang terkenal itu. karena dengan menjadi dosen, ia bisa kerja paruh waktu sambil momong anak. kalo kerja kantoran memang waktunya habis untuk ngantor seharian. sementara istri jenni juga kerja.

istri? yup, teman perempuanku ini memang punya istri, karena seperti halnya juliet, si jenni juga lesbi. bedanya juliet masih single. anak jenni satu, laki-laki sekarang sudah berumur 7 tahun kalo ga salah. entah darimana 'benih'nya, kurasa aku tak perlu tahu. ga ada yang pengin tahu juga, alih-alih ngebahas kepo dan ngegosip di kantor. karena seperti halnya berteman dengan juliet dulu, berkawan dengan jenni sekarang juga biasa-biasa saja.


yang aku tahu, dulu pas istrinya si jenni lahiran, kami sekantor ngasih kartu ucapan dan kado buat kelahiran anak jenni yang dikandung oleh istrinya. kami memang punya tradisi begitu di kantor, ngasih kartu ucapan kalo ada yang lahiran, atau ada istrinya yang lahiran, kalo ada yang mengundurkan diri (pindah kerja), atau ada yang masuk masa pensiun (sudah ada 2 orang so far).

keseharian di kantor, seringkali aku harus berdiskusi dan bekerja sama dengan jenni.

kami juga sering ngobrol tentang anak, keluarga, dan hal remeh temeh lain selayaknya bersenda-gurau dengan teman-teman kantor yang lain. tak pernah terpikir atau terlintas di benakku kalau orientasi seksual teman kantorku ini beda dengan yang lain. entah kenapa, seolah aku lupa kalo aku sedang ngobrol dengan seorang lesbian.

semua terlihat normal-normal saja, tak ada yang istimewa, tak ada yang aneh. hidup terus berjalan seperti hari-hari biasa.

***

tak jauh dari tempat dudukku di bagian kualitas, kubikel sebelah adalah milik departemen proses produksi.

isinya lima orang laki-laki yang duduk berpunggung-punggungan satu sama lain. dua orang asli inggris menghadap ke arah departemenku, satu orang lagi anak muda dari yunani yang tamat kuliah dari universitas cambridge dan mulai bekerja di kantorku sejak dua tahun lalu. cari pengalaman sebelum pulang kampung katanya.

sementara dua orang lagi memunggungi mereka bertiga, dua-duanya orang inggris. yang satu manajer bagian produksi, sudah berkeluarga dan beranak empat, satunya lagi seorang anak muda berperawakan kurus kerempeng yang bertanggung jawab sebagai teknisi fasilitas.

ada yang menarik dari lelaki yang terakhir ini. dari cara ia berjalan dan bicara, semua orang tahu kalau ia beda. laki-laki ini gay. sebut saja namanya andi (bukan nama sebenarnya juga).

berkecimpung di dunia kualitas, sehari-hari aku harus berurusan dengan departemen lain, terutama produksi.

kalo sudah mencakup masalah mesin produksi yang merupakan tanggung jawab si andi, aku juga harus bekerja sama dengannya untuk memastikan kalo segala sesuatunya terawat, terpelihara, dan terkalibrasi sesuai jadual. andi anaknya sangat rajin, cerdas, bertanggung jawab, dan ramah. umurnya mungkin sepuluh tahun-an lebih muda dari aku.

urusan mesin produksi memang urusan penting, apalagi menyangkut alat kesehatan yang akan dipakai di rumah sakit-rumah sakit untuk digunakan oleh para pasien yang membutuhkan alat ini. dan andi sepertinya adalah orang yang tepat untuk menduduki posisinya sekarang ini, terlepas dari ia adalah seorang gay atau bukan. karena urusan orientasi seksual seseorang memang ga ada sangkut pautnya dengan kinerja si andi di perusahaan.

ia bekerja normal selayaknya kami, para karyawan yang lain. aku juga salut dengan kinerjanya yang sangat rajin dan profesional.

***

juliet, jenni, dan andi adalah contoh nyata sosok-sosok pengidap (katanya) 'penyakit' #lgbt yang belakangan ini marak dibicarakan di mana-mana. meski namanya kuganti, ketiganya adalah sosok nyata, orang-orang yang pernah dan akan bekerja denganku sehari-hari di kantor.

tiap pagi jenni dan andi berangkat nyetir ke kantor pagi-pagi, duduk di kantor seharian, meeting, nulis laporan, ngobrol dengan sesama rekan sejawat, dan pulang pas jam kantor selesai. sama seperti aku, rutinitasnya pun begitu. bedanya di rumah aku punya suami, di rumah jenni ia punya istri. sementara si andi setahuku sampe sekarang ia masih jomblo.

mungkin seperti jomblo-jomblo yang lain, ia menghabiskan waktu luangnya untuk mendengarkan musik, nonton tv, dan masak resep favoritnya di malam hari, sebelum akhirnya tidur dan berangkat ngantor lagi di pagi hari. sama seperti yang kulakukan dulu ketika aku masih jomblo.

***

pelangi itu

lalu satu hari ada berita: pernikahan sesama #lgbt dilegalkan di amerika!

perayaan dengan simbol pelangi warna-warni pun ramai menghiasi media. beberapa menganggap ini sebagai kemajuan kemanusiaan, beberapa yang lain menganggap ini sebagai kemunduran akhlak dan keimanan. dunia geger, media sosial heboh. debat tak berujung berseliweran, ada yang menghujat, mencaci, menghakimi, tapi ada juga yang membela, mengamini, dan mendukung. perang opini seolah tiada henti.


yang pro bilang begini, yang kontra bilang begitu. bikin pusing pala berbi! #eh

aku?

tanpa bermaksud menyinggung siapapun, sebagai penulis postingan ini, aku memposisikan diri untuk bersikap netral saja.

lho, kirain pro? ga juga.

kenapa ga kontra? ga mau juga.

ga berpendirian donk? ya ga papa.

selesai baca ini nanti kalian akan tahu alasannya.

waktu perang dunia dulu, negara swiss juga pilih netral. karena ketika pihak-pihak mulai bersekutu dan saling berseteru, kenetralan itu perlu. supaya ada pihak yang bisa dijadikan penengah oleh pihak-pihak yang bertikai. karena masalah ini memang cukup pelik, aku ga mau gegabah kebawa arus yang pro maupun yang kontra. selain itu juga aku punya opiniku sendiri beserta alasan-alasannya kenapa aku pilih netral. jadi maaf ya kalo postingan ini bakal panjang hehe.

stay tuned :-)

***

#lgbt seperti semua orang tahu, sudah ada di muka bumi ini sejak berabad-abad yang lalu. bukti sejarah mencatat perkara ini sudah ada sejak tahun 9660 sebelum masehi! sebelum lho yah, itu sekitaran 9660+2016=11676 tahun yang lalu. ini link-nya. jadi ini bukan sesuatu yang baru muncul belakangan ini saja dan sedang in-fashion atau kekinian.

kenapa ramenya baru sekarang? nanti kita bahas.

kalo boleh menyebut #lgbt itu semacam 'penyakit' sosial di masyarakat, karena argumen 'faktor genetik' katanya sudah terpatahkan meski urusannya beda (silahkan google sendiri opini mengenai hal ini ya), aku setuju untuk mengelompokkan #lgbt dengan 'penyakit-penyakit' sosial yang lain seperti halnya prostitusi, pemakaian obat terlarang, dan kejahatan pelanggar hukum pada umumnya.

apapun yang menyimpang dari standar normal kehidupan manusia, memang seringkali dilabeli dengan kata 'penyakit' oleh masyarakat. sayangnya karena kelompok ini di mana-mana jatuhnya minoritas secara statistik, yang dilabeli mau ga mau harus terima.

ada juga sih yang ngedebat bawa-bawa buku teks psikologi kalo #lgbt itu bukan penyakit. para ahli juga sudah heboh pamer ilmu masing-masing di tv, udah pada lihat kan? jadi daripada pada debat lagi di sini, aku sebutnya 'penyakit' pake tanda petik aja ya.

sampai sini setuju? good!

mereka-mereka yang terkena 'penyakit' inipun, kalo boleh milih sebenernya ga ada yang mau lho, dilabeli 'sakit'. kaum #lgbt juga di lubuk hati terdalamnya pasti ada keinginan pengin normal, para psk juga penginnya sembuh dan kembali normal. para pecandu juga pengin lho hidup normal ga sakaw tiap hari, para penjahat juga penginnya sih ga berbuat jahat dan hidup normal juga.

cuma ya kalo di dunia ini semuanya normal-normal saja mungkin hidup bakal membosankan ya. jadi meski sudah berabad-abad peradaban manusia berkembang, penyimpangan sosial ini tetap saja ada, dan ini fakta!

jadi jangan ada yang ngimpi dunia ini bakalan bersih dari kaum #lgbt, bersih dari para psk, dan bersih dari orang jahat. jangan pernah ngimpi semua orang di dunia orientasi seksualnya bakalan lurus semua, yang udah luruspun ga bakal ada lagi yang selingkuh #eh. jangan juga ngimpi bisnis prostitusi bakal tutup meski dolly udah ditutup, kalijodo udah digusur. jangan ngimpi semua orang jadi baik ga ada lagi penjahat dan penjara-penjara kosong melompong. get real, people...

karena inilah dunia, dengan segala permasalahannya.

tapi jangan pesimis dulu. meski kelihatannya bumi ini udah parah abis, masih ada harapan kok agar hidup kita dan lingkungan kita jadi lebih baik. keep reading...

***

berapa banyak

dari sekian milyar manusia yang hidup di muka bumi ini, kalo disensus, kira-kira berapa sih yang masuk kategori #lgbt? berapa orang yang hidupnya berkecimpung di dunia psk, berapa yang druggies, dan ada berapa orang jahat? kalo mau dipersentase, jumlah mereka itu sangat kecil sekali dibandingkan sisanya. tapi yang kecil-kecil itu malah seringkali bikin gatel ya hehe.

mari lupakan sejenak soal psk, druggies, dan penjahat, kembali fokus ke #lgbt dulu.

sumber

aku pake contoh di inggris saja ya, yang lebih gampang nyari data tentang apapun udah tersedia di internet. persentasi kaum #lgbt di inggris bisa dilihat di grafik di atas.

data ini berdasarkan survei, yang mana perhitungan persentasenya bisa dikira-kira dan diproyeksikan ke seluruh populasi di inggris untuk mengetahui jumlah keseluruhan. kalo 93.5% penduduk inggris 'ngaku' normal, maka total kaum #lgbt kira-kira 6.5% atau sekitar 3.9 juta. ini di negara yang pernikahan antar pelaku #lgbt udah legal lho ya. jadi keakuratannya lebih tinggi lah, karena dengan ngaku 'menyimpang' mereka ga dipandang 'hina' oleh kaum yang normal.

segitu termasuk dikit apa banyak? tergantung gimana ngelihatnya sih, semua kan relatif.

meski kaum #lgbt secara jumlah di mana-mana tetap minoritas, karena kita di atas udah setuju kalau #lgbt adalah 'penyakit' masyarakat, yang bisa kita harapkan adalah jumlahnya terus menurun dari waktu ke waktu. setuju kan?

boleh juga kita berharap yang sama terhadap jumlah kaum-kaum penyandang 'penyakit' sosial yang lain. karena kalo berharap mereka tiba-tiba hilang lenyap dari muka bumi ini adalah hal yang mustahil. jangan lupa, mereka juga manusia lho, yang berhak hidup selayaknya kita-kita yang normal, kata para pembela 'ham'.

yang jadi masalah dan bikin heboh di indonesia sebenarnya adalah kekhawatiran akan satu hal, gimana kalo jumlah mereka bukannya turun tapi malah naik?!

gimana kalo gejala #lgbt ini jadi in-fashion? gimana kalo 'penyakit' ini nular? gimana kalo isu perekrutan dan propaganda-propaganda yang dituduhkan itu nyata? gimana kalo anak-anak kita terkena 'wabah' serupa?

ya wajar lah kalo ibu-ibu pada panik, beberapa bahkan cenderung histeris, hehe... lalu barisan yang kontra-lgbt pun panjang mengular!

padahal sejak dulu, sudah banyak tokoh melambai yang tiap hari menghiasi layar kaca kita. banyak banget kaum ibu-ibu yang punya langganan tukang potong rambut terpercaya di salonnya adalah seorang gay atau transgender. sudah sejak dulu kaum #lgbt ini hidup berdampingan di tengah-tengah kita dan memperkaya budaya lokal.

lalu kenapa baru sekarang semua orang seolah-olah panik seperti ada virus baru yang datang dari luar angkasa dan mengancam ketenangan hidup di muka bumi? #halah

apakah kita lebay?

di lain pihak, dari pengamatan-ku di media sosial saja ini ya, kebanyakan teman-teman yang sudah pernah keluar negeri, sudah pernah merasakan hidup di luar negeri terutama di negara-negara barat, dan pernah bersinggungan dengan kaum #lgbt yang mengisi hidup sehari-hari tapi beraktivitas normal selayaknya ketiga contoh teman kerjaku di atas tadi, atau mereka-mereka yang sepaham dengan konsep negara-negara yang melegalkan pernikahan sesama jenis, ramai membentuk barisan pro-lgbt yang lumayan panjang mengular juga hehe.

debat tak berujung antara kaum pro dan kaum kontra pun menghiasi timeline sehari-hari. sudah agak reda sih sekarang, karena topik panasnya sudah bergeser ke pilkada jakarta rupanya, jadi topik pelangi terlupakan untuk sementara waktu. biasalah medsos indonesia, anget-anget tai kuda #hehe

***

gimana caranya

seperti halnya dalam penanganan penyakit-penyakit sosial yang lain, banyak sekali faktor-faktor yang perlu dikaji dan diteliti dengan cermat tentang sebab-sebab mengapa angka #lgbt naik, sebelum proposal solusi diajukan untuk mengatasi permasalahan.

nah, sampe sini biasanya mereka yang pro-lgbt sudah emosi duluan membela hak asasi kaum ini tanpa memikirkan dampak jangka panjang kalau jumlah #lgbt dibiarkan berkembang dan angkanya terus naik, belum lagi imbasnya terhadap ketentraman lingkungan karena yang pro dan kontra mau ga mau harus hidup berdampingan, imbas ke gangguan kesehatan, penularan penyakit kelamin dlsb. sebaliknya mereka yang kontra-lgbt udah emosi duluan dan menghujat tak henti-henti tanpa pernah nyoba ngasih solusi.

jalan di tempat donk ya jadinya hehe.

sayangnya aku bukanlah seorang psikolog yang bisa berbusa-busa ngasih ceramah tentang analisa perilaku kaum #lgbt dari segi psikologi dan cara-cara penyembuhannya dengan terapi ini itu. ya ke terapi ga gratis kali. siapa yang bayarin? kalo di negara barat sih yang mau sembuh terapinya (mungkin) gratis.

sumber

aku juga bukan seorang pengamat sosial atau religi yang bisa berapi-api mengecam perilaku yang (katanya) menyimpang ini karena bisa membahayakan generasi muda, menyeret anak-anak bangsa menuju kehancuran akhlak, mental, dan menurunkan prestasi. 

aku bukan pula ahli bidang #lgbt yang tahu dengan detil seluk beluk perilaku mereka, pernah menangani kasus-kasus permasalahan kesehatan mereka, atau pernah hidup bersama mereka seperti testimoni-testimoni para dokter yang disebar berkali-kali dan malang melintang di medsos itu.

aku juga bukan seorang pendakwah tersohor sejuta umat yang bisa dengan lantang mengutuk kaum #lgbt, menyalahkan bagaimana cara kita mendidik anak, menyalahkan cara kita menjalankan rumah tangga sehari-hari, dan lantang berteriak 'hentikan'.

aku bukan satupun dari mereka.

jadi aku ga berharap banyak cuma dengan nulis ini urusan #lgbt yang rumit ini bisa selesai yah. aku mah apa atuh :-p

karena memang perkara ini ga akan ada ujungnya dan ga akan pernah tuntas dibahas.

tulisan ini cuma berisi pemikiran-pemikiranku saja, sebagai pihak yang memilih bersikap netral terhadap konflik pro-kontra #lgbt yang lagi marak, sebagai bahan pembanding dan perenungan. karena mau ngotot pro atau ngotot kontra juga ga nolong banyak menurutku. mudah-mudahan sih yang aku tulis ada benarnya dan bisa diambil manfaatnya entah oleh pihak yang pro, netral, maupun pihak yang kontra.

tentu saja mereka-mereka yang mencoba memberikan solusi juga harus dihargai.

para psikolog sangat-sangat dibutuhkan untuk memberikan terapi bagi penyembuhan mereka-mereka yang sudah 'tersesat' ke dalam rimba #lgbt dan pengin insyaf. kalo yang ga pengin ya gimana masak mau dipaksa?

para pengamat sosial dan analis juga dibutuhkan agar masyarakat bisa memperoleh informasi yang benar dan bisa menentukan sikap yang bijak. para pendakwah juga diperlukan banget, untuk menyadarkan kita semua akan bahaya berbagai 'penyakit' sosial dan efeknya ke kehidupan, baik di dunia maupun setelahnya.

ga terbatas cuma itu, kita juga perlu keluarga, tetangga, dokter, aparat penegak hukum, dan tentu saja pemerintah, untuk bahu membahu bersama-sama mengatasi persoalan ini dengan langkah nyata dan terstruktur. ga cuma teriak-teriak di media sosial doank hehe.

trus gimana caranya donk?

***

sepengamatanku, ada tiga cara pendekatan yang diambil oleh pemerintah di seluruh dunia dalam mengatasi permasalahan penyimpangan perilaku seksual, terlepas dari perilaku ini termasuk penyakit secara medis, atau bukan penyakit. masing-masing pendekatan tentunya mempunyai kelebihan dan kekurangan masing-masing.

ketiganya akan kubahas di bawah ini.

1) cara arab

sudah pada tahu kan hukuman bagi pelaku #lgbt di negara-negara arab yang notabene memberlakukan hukum agama untuk mengatasi persoalan ini? yup, eksekusi mati sodara-sodara, jadi jangan main-main (lihat peta di bawah, yang warna coklat tua). semua juga sudah tahu kan kalo #lgbt itu terlarang dari segi agama manapun, ga cuma dalam ajaran islam tapi juga agama langit lainnya?

(mungkin) karena kebijakan pemberlakuan hukuman berat terhadap pelaku (dan yang terbukti melakukan) praktek #lgbt, maka bisa dibilang masalah #lgbt di negara-negara gurun pasir bisa ditekan ke angka minimal. mungkin...

sumber

apakah berarti di sana ga ada #lgbt sama sekali? ga tau yah, mungkin ada tapi udah pada pindah ke negara lain nyari asylum supaya aman? mungkin ada tapi sembunyi-sembunyi? atau ada tapi ga mau ngaku dan ga pengin orang lain tau jadi disimpan untuk dirinya sendiri? atau mungkin memang ga ada sama sekali, orangnya lempeng semua karena takut hukuman mati?

entahlah.

tapi kata wiki sih gini. hampir semua negara gurun memang menghukum berat pelaku #lgbt. tapi belakangan mereka rada melunak terutama israel yang sudah mengakui dan menerima hak-hak kaum #lgbt, termasuk untuk  menikah. ingat, seperti halnya umat kristen, kaum yahudi juga pengikut agama langit!

yang mengagetkan, dari sejarah rupanya ada bukti bahwa urusan #lgbt ini sudah bisa dirunut sejak jaman yunani kuno. setelah itu di kawasan timur tengah, ditemukan banyak literasi di tengah-tengah masyarakat mengenai hal ini.

dan rupanya masyarakat arab itu dulunya paling toleran lho terhadap kaum #lgbt sejak abad 19 sampai awal abad ke-20. beberapa penulis di masa ini merekam bahwa tidak ada diskriminasi terhadap kaum homo, yang lebih menyolok justru pemisahan jender antara kaum laki-laki dan kaum perempuan dalam segala hal kehidupan.

itu kata wiki ya, benernya gimana ya wallahu a’lam.

intinya, kalo ada yang menyimpulkan bahwa 'budaya' #lgbt itu berasal dari 'budaya barat' semata adalah kurang benar. dan kalo di abad 21 ini negara-negara arab bergeser dari sikap toleran menjadi 'tegas menolak' terhadap #lgbt, sementara negara-negara barat bergeser dari sikap toleran menjadi 'mendukung' hak-hak kaum #lgbt, itu lain cerita.

setelah ini aku akan membahas hal tersebut lebih lanjut. keep reading ^_^

***

2) cara barat

di negara barat yang rata-rata menganut asas liberal, menjunjung tinggi hak asasi manusia di atas religi, kaum #lgbt mendapat angin segar (lihat juga peta di atas, yang warna biru). bahkan beberapa bulan lalu ketika amerika mengesahkan pernikahan sesama jenis diakui oleh negara, seluruh dunia merayakan kemenangan ini yang ditandai dengan warna pelangi.

lucunya meski di inggris sendiri hal ini sudah disahkan sejak 13 maret 2014 lalu, tapi waktu itu ga heboh lho. ga ada peringatan ini itu, apalagi pelangi-pelangian. mungkin karena sebenernya sebelum disahkan sebagai perkawinan sesama jenis, kaum #lgbt sudah bisa terikat resmi lewat jalur civil partnership, semacam ikatan juga tapi bukan pernikahan, yang sudah berlaku sejak 2005 yang lalu.

makanya para #lgbt di inggris bisa hidup normal, aman tenteram, bisa sekolah, bisa kuliah (bukannya dikecam seperti yang terjadi di universitas ternama di depok itu), bisa berkeluarga, bisa kerja normal seperti si juliet, jenni, dan si andi; ga hanya jadi tukang salon atau tukang rias, atau hanya jadi tukang lucu-lucuan di acara tv yang ga bermutu karena mereka kurang diberikan kesempatan untuk mengembangkan bakat dan potensinya sejak kanak-kanak selayaknya anak-anak normal yang lain.

#lgbt inggris yang mendunia dan potensinya berkembang dengan baik buanyak banget. freddie mercury dedengkot 'queen', elton john, boy george (ketiganya penyanyi), tom daley (peloncat indah), stephen fry, alan carr (presenter/komedian). 

yang suka lagu-lagu queen, pernah kepikiran ga pas nyanyi "we are the champion" kalo yang bikin lagu ini adalah gay? jarang-jarang inget kan? karena freddie lebih diingat prestasinya, lagu-lagunya yang populer, dan suara emasnya. bukan gay-nya.

sampe sini, postingan ini jadi kerasa pro yah, hehe. ga kok, penulisnya tetep netral lah! karena semua yang kutulis tentang #lgbt di dunia barat itu fakta, bukan opini.

masih mau lanjut?

sumber
pendekatan negara-negara dunia terhadap masalah #lgbt

sementara di belanda, pernikahan sejenis sudah resmi ada sejak 2001, dan belanda adalah negara pertama yang melakukan hal ini. amerika mah termasuknya telat banget ya. udah telat, kenapa bikin heboh sih hehe. gara-gara pesbuk nih pasti.

kenapa belanda?

fakta bahwa negara belanda menjadi negara pertama yang melegalkan perkawinan sejenis ini sangat menarik untuk dibahas, pemirsa. urusan ini sudah diangkat ke parlemen mereka untuk dibahas sejak tahun 80-an lho. pada belum lahir ya kalian hehe. sampe tahun 2011, data mencatat totalnya ada 14.800 pencatatan pernikahan sesama jenis di belanda.

oh ya tahukah kalian kalo belanda juga melonggarkan peraturan mengenai pemakaian obat-obatan psikotropika semacam kanabis? meski dikecam dunia internasional, tapi belanda jalan terus dengan kebijakannya.

menarik juga diamati bagaimana belanda mencoba mengatasi masalah dunia prostitusi. bukannya melarang, belanda justru mempunyai kawasan red-light district di amsterdam  sebagai area khusus atau resmi untuk 'jajan', semacam dolly lah tapi diurus sama pemerintah. selain belanda, beberapa negara di dunia juga menerapkan kebijakan serupa.

beberapa waktu lalu, aku iseng-iseng baca sebuah judul berita yang menarik tentang belanda. meski tetep bisa dipertanyakan keabsahannya, berita ini menulis kalau pemerintah belanda menutup 8 penjara karena kekurangan penghuni hehe.

dengan fakta-fakta mengenai belanda di atas, jadi masuk akal juga kenapa dengan kebijakan yang longgar mengenai homoseksualitas, obat-obatan, dan prostitusi yang kesemuanya seringkali dituduh sebagai penyebab utama pemicu timbulnya masalah sosial di masyarakat selain jenis kejahatan yang lain, penjara di belanda jadi kosong. sebabnya adalah karena masalahnya tidak dipermasalahkan lagi, jadi pelakunya ga termasuk pelaku kriminal.

tapi apakah ini berarti negara belanda jadi menyeramkan?

imej belanda - negeri tulip dan kincir angin, bukan negeri #lgbt

apakah kaum #lgbt berpesta pora tiap hari merayakan kebebasannya? apakah penikmat obat dan pelaku prostitusi berperilaku sama?

ga juga deh kayaknya.

meski aku belum pernah ke sana, tapi aku tahu negeri ini adalah negeri yang menarik untuk dikunjungi. kebijakan pemerintah untuk mengatasi persoalan penyakit masyarakat sama sekali ga mempengaruhi citra kita terhadap negeri sejuta tulip dan kincir angin ini.

karena orang-orang di sana mempunyai pemikiran individualis yang sangat kuat, di mana pelaku #lgbt, pelaku prostitusi, pelaku pemakai obat adalah orang-orang yang hanya menyakiti dirinya sendiri. ga ada urusannya dengan masyarakat umum. mau #lgbt kek, mau jadi psk kek, mau make psk kek, mau nge-drug kek, itu urusan pribadi, tanggung jawab sendiri. asal ga ngelanggar hukum aja. yang ancur kan badan-badan mereka sendiri. kenapa yang lain refot?

kira-kira begitu.

jadi ga mentang-mentang karena aturan pemerintahnya longgar, trus orang belanda pada rame-rame berubah jadi #lgbt. karena jadi pelac*r boleh-boleh saja dan ga bakal ditangkep kalo praktek di kawasan red-light, ga lantas semua perempuan di belanda pengin jadi pelacur. karena pake kanabis di belanda dibolehkan, ga lantas semua orang pada berbondong-bondong ke kafe dan nyimeng sampe teler, ya kan.

karena orang belanda juga penginnya beradab.

pengin lempeng sekolah bener, kuliah bener, dapet kerjaan bagus, nikah sama tambatan hati masing-masing, membangun keluarga, hamil punya anak, hidup nyaman sejahtera. karena mereka sudah bener-bener bisa memilah, bahwa hidup itu pilihan. kalo ada yang lebih baik kenapa harus menyimpang, meskipun itu diperbolehkan oleh negara.

begitchu...

***

nah, sekarang bagaimana dengan indonesia? pendekatan mana yang harus dipakai? mau pake cara arab? woooh, jangan ngimpi (meski di peta di atas indonesia masuk warna merah sih, alias tanda tangannya di pbb masih 'menolak'). gimana kalo mau pake cara belanda/barat? hihi tambah ancurrr.

mending kita pakai pendekatan ketiga, yaitu pakai cara indonesia :-)

3) cara indonesia

masalahnya, indonesia ini negara tanggung pemirsa. liberal enggak, full-religious (pake hukum syariah seperti arab, atau hukum kristen seperti vatican - meski paus francis dengan 'the name of god is mercy-nya sudah mengeluarkan pernyataan sikap 'melunak' terhadap #lgbt) juga enggak. indonesia itu nanggung lah di tengah-tengah. ya iya kali, kita kan negara demokrasi pancasila, pegimane sih, masa lupa!

makanya begitu marak topik #lgbt, sosmed jadi ajang seru pertempuran mereka yang pro dan yang kontra. yang western-oriented vs arab-oriented.

pada kurang kerjaan apa ya yang pada ribet di sosmed itu hihi #dikeplak. lha kaum #lgbt yang diomongin malah pada tiarap semua, kalo nongol pasti bonyok lah dibuli. kayak ga tau aja perilaku kaum medsos indonesia hehe...

lgbt infografis otakkukusut
infografis #lgbt ala otakkukusut - klik pada gambar supaya terbaca

udah banyak banget para tokoh, pakar, kiai, ustadz, ahli hukum, ahli ini itu mengupas topik ini di mana-mana. terakhir di acaranya pak karni ilyas tv-one itu juga seru. dikupas tuntas lah pokoknya. dibahas dari sudut pandang si pelaku, sudut pandang hukum, perlindungan anak, pendidikan, lingkungan keluarga, dan lain-lain.

komplit dah pokoknya. kesimpulan dari diskusi itu apa?

kelompok pro tetep pengin hak-hak kaum #lgbt diakui, dengan kata lain #lgbt tetep eksis. kelompok kontra tetep pengin kaum #lgbt 'sembuh' atau disembuhkan dan kembali ke jalan yang lurus, yaitu jalan yang ditentukan oleh kitab suci masing-masing penganut agama tertentu. mereka ga mau lah ada #lgbt lagi hidup di indonesia, titik. apalagi sampe 'menularkan' 'penyakit' nya ke generasi muda. amit-amit jabang bayi jangan sampe kejadian!

susah kan solusinya? ga ada titik temu, ga ada kesepakatan, dan ga ada kompromi. yang satu mau ke kiri yang satu tetep pengin ke kanan. lalu siapa yang harus jadi penengah dan mengambil keputusan?

sewajarnya sih pemerintah pusat!

tapi sepengamatanku sepertinya pemerintah cukup lamban dalam merespon masalah ini. karena pemerintah mungkin perlu tingkat kehati-hatian yang tinggi dan ga mau gegabah dalam menangani masalah kuno yang kembali dipermasalahkan di era internet digital ini.

payung hukum juga belum siap kan untuk menangani kasus-kasus yang diperdebatkan. apalagi kedua pihak sama-sama ngotot. agar kepentingan kedua pihak yang pro maupun yang kontra sama-sama bisa diakomodir, dan solusi yang ditawarkan sama-sama bisa diterima keduanya, bukanlah hal yang gampang untuk dirumuskan oleh pemerintah dalam waktu yang singkat. jadi mungkin kita masih harus bersabar :-)

eh, sebenernya masyarakat yang abu-abu juga banyak lho.

temen-temenku yang aku tengarai sebenernya ga anti #lgbt juga lumayan banyak, meski ga pro juga. mereka cuma ga pengin para #lgbt yang mencoba menyebarkan propaganda dan mencoba mempengaruhi generasi-generasi muda untuk ikut-ikutan perilaku mereka saja yang mereka kecam. kalau yang #lgbt baik-baik sih mereka ga permasalahkan.

tapi tentu saja yang kontra abis juga banyak, terutama yang melihatnya 'cuma' dari unsur religi, tanpa 'ham'. mirip-mirip pendekatan cara arab lah. ga ada ampun, pokoknya kaum #lgbt harus 'sembuh', mau disembuhkan, atau enyah dari bumi pertiwi.

mungkin kalau salah satu anggota keluarga, kerabat, atau saudaranya yang 'kena', golongan ini ga akan segan-segan mengintimidasi, atau bahkan mengusir jauh-jauh dan tak mau mengakui anggota keluarga yang terkena 'penyakit' - masih pake tanda petik  lho ya - #lgbt ini.

bahkan ada seorang teman di dumay yang anti #lgbt - kontra 100% dengan jumawa-nya meyakinkan kalau keluarganya ga mungkin bakal ada yang 'kena' karena ia yakin didikan di keluarganya sudah benar 100%! hmm, aku sih ga berani ngeklaim begitu. itu mendahului takdir namanya hehe. takut kualat :-p

ada lagi pastinya yang tadinya kontra, lalu ketika ada satu anak atau saudara yang 'kena' lalu melunak meski ga juga pro 100%. namanya juga manusia, pasti macam-macam lah pendiriannya. yang ganti-ganti pendirian alias plin-plan juga tentu ada.


sumber


herannya, mungkin karena maraknya medsos belakangan ini, isu #lgbt selalu dikait-eratkan dengan urusan se*s bebas. meski ini juga sebenarnya bias.

tentu saja karena se*s adalah ujung pangkal kenapa kaum #lgbt eksis, karena secara seksual mereka lebih tertarik ke sesama jenis, tapi kita sering lupa kalau seperti halnya kaum normal, urusan 'se*s' bukan melulu hal yang terus menerus dipikirkan setiap waktu setiap saat. mereka kan butuh hidup normal juga, sekolah, belajar, kerja, makan, nonton bioskop, belanja, bersosialisasi seperti kita yang normal. ga melulu harus nge-se*s lah dari waktu ke waktu. emang apaan hihi.

tapi blow-up media dan kehadiran dunia sosmed menjadikan bias ini terlihat lebih parah dari yang seharusnya. yang pesta se*s lah, yang ini lah itu lah, pake nyebar foto-foto segala meski itu beneran atau hoax. apa mau dikata. bikin panik kaum ibu-ibu yang punya anak remaja lah ya hehe.

seharusnya, fokusnya mestinya lebih ke pengadaan pesta-nya. apakah pestanya legal, apakah ada unsur pemakaian obat-obatan terlarang, unsur praktek se*s bebas seperti yang dituduhkan, apakah penyelenggaranya legal, dll. terlepas dari pesta #lgbt atau pesta orang-orang normal, yang namanya pesta 'se*s bebas' ya terlarang lah di indonesia. kalo pesta saja ga pake 'se*s' baru boleh.

cuma lagi-lagi karena penegakan hukum masih lemah, hal-hal seperti ini masih sering kecolongan. masyarakat yang harusnya mengawasi, para orang tua yang harusnya menjaga dan melindungi anak-anak mereka, juga masih sering kecolongan.

ga hanya cukup dengan menyalahkan kaum #lgbt. seperti halnya menyalahkan pabrik rokok, menyalahkan industri pornografi, menyalahkan pabrik ekstasi, menyalahkan pabrik senjata atau hal-hal buruk lain yang ada di dunia ini. tapi kita sering lupa, siapapun berpotensi untuk terpapar hal-hal buruk tersebut. memperkuat benteng pertahanan yang kita punya, entah dengan nilai-nilai keluarga, kasih saying orang terdekat, nilai-nilai moral, agama, dan kemanusiaan, itu yang lebih penting untuk ditingkatkan. pendekatannya lebih ke menyikapi pengaruh buruk dengan solusi tepat, bukan mengutuk penyebabnya.

pepatah bijak mengatakan, nyalakanlah lilin, jangan hanya mengutuk kegelapan.

karena sekuat apapun gempuran pengaruh buruk dari luar, kalau kita tegas berkata 'tidak' pengaruh buruk separah apapun ga akan bisa merasuki. ya kan? ya kan? teorinya sih gitu :-) #easier-said-than-done

***

kesimpulan

oke, supaya postingan ini ga makin panjang, sampailah kita pada kesimpulan #phew *langsung pada lap keringet*

sudah begitu banyak orang-orang di luar sana menyuarakan pendapatnya mengenai pro-kontra #lgbt. kalau diamati, dari yang 100% pro sampai yang 100% kontra, semua punya dalih dan alasan masing-masing yang sama-sama kuat jika diadu. permasalahan ini tentu saja tidak lantas tuntas hanya dengan menuruti kemauan satu atau beberapa pihak saja. penyelesaian yang mengambil jalan tengah atau kompromi mungkin satu-satunya cara agar semua pihak bisa menerima dengan baik.

sayangnya, suara-suara yang muncul lebih seringnya hanya menggarisbawahi topik ini dari sudut pandang yang sempit dan terbatas, tanpa melihat dan mempertimbangkan sudut yang lain.

lihat saja, begitu banyak tulisan-tulisan yang bernada kontra akan menjabarkan kutipan ayat-ayat suci dari kitab agama masing-masing, cerita nabi luth dan pompei sebagai dasar penolakan, atau sekedar menggarisbawahi betapa bobrok dan hinanya perilaku #glbt dari sudut pandang aktivitas seksualitas semata. contoh lain, begitu banyak tulisan-tulisan bernada kepanikan bahkan cenderung histeria, akan pengaruh buruk #lgbt yang semakin marak dan menjerat generasi muda untuk bergabung dengan mereka.


kebalikannya, tulisan-tulisan yang bernada pro pun tak kalah hebohnya. namun rata-rata bahasan mereka hanya fokus menggarisbawahi kenyataan bahwa #lgbt juga berhak hidup selayaknya manusia-manusia yang lain di bumi indonesia, atau di dunia.

mereka lupa, lapisan masyarakat kita begitu majemuk dan mempunyai beragam cara pandang. terlepas dari lapisan mana yang lebih benar, tuntutan-tuntutan penyamaan hak-hak kaum #lgbt selayaknya yang telah dilakukan oleh negara-negara barat yang jauh lebih liberal dibandingkan indonesia, tentu cuma akan menuai badai. tuntutan ini agak salah sasaran, kalau tak mau disebut sebagai sebuah usaha yang (mungkin) sia-sia.

di sini peran pemerintah seharusnya cukup signifikan dalam menjembatani pihak-pihak yang berseberangan dalam menghadapi persoalan pelik ini. proposal solusi menurut pendapatku ada beberapa poin:

1) pendekatan dalam mengatasi persoalan #lgbt ini harus lebih manusiawi. sekalipun kontra, perlu diingat #lgbt juga manusia.  hormati hak-hak asasinya untuk hidup aman dan beraktivitas positif sehari-hari.

2) mereka yang telah berkecimpung dalam mengatasi persoalan-persoalan terkait #lgbt, perlu ditingkatkan lagi. yang dakwah, teruslah berdakwah, yang mengobati entah dari sudut pandang kejiwaan, medis, psikologi, maupun terapi, teruskan saja. siapa tahu angka statistik yang 'sembuh' akan terus bertambah.

3) para pemangku jabatan dan pembuat keputusan di kursi pemerintahan, percepat penyelesaian payung hukum terkait #lgbt, sehingga yang keluar jalur baik yang pro maupun yang kontra, akan menerima sangsi yang sesuai.

4) #lgbt akan selalu ada, yang bisa kita lakukan adalah menyembuhkan yang mau sembuh, menghargai yang ga pengin sembuh. buat kaum #lgbt sendiri, kalau pengin hidup tentram di tengah-tengah masyarakat majemuk seperti di indonesia, kurangi tekanan tuntutan penyamaan hak-hak seperti di negara liberal. kita masih jauh dari liberal, dan mungkin ga akan pernah jadi negara liberal, so be realistic. kecuali kalo pengin pindah ke negara-negara biru, silahkan saja.

sebagai penutup, jika tulisan-tulisan yang sudah pernah kubaca kebanyakan melihat topik #lgbt dari satu atau dua sisi saja, di sini aku mencoba untuk melihat topik ini dari semua sisi, sebanyak-banyak sisi. infografis ala otakkukusut di atas aku tampilkan dalam bentuk spektrum untuk memahami keluhan dan kekhawatiran semua pihak supaya lebih berimbang dalam melihat suatu permasalahan, tidak hanya dari sudut pandang kacamata kuda.

semoga bermanfaat. salam damai.

2 comments:

  1. Tosss~ aku juga netral. Nggak anti, nggak pro juga.
    Lebih ke nggak peduli sih sebenernya hahaha...
    Menurutku suka sesama jenis bisa bawaan lahir bisa terpengaruh lingkungan~
    semacam orang ga suka sama duren, ga bisa dipaksa suka kan ya, *ngomong apa sih ini*
    Pernah kenal teman gay, dan pacarnya ganteng-ganteng dong #sirik
    Btw, iya ih Inggris ngelegalin ga denger beritanya
    Pas US ngelegalin baca beritanya di mana-mana
    Btw lagi, aku abis nonton video di youtube KIDS REACT to GAY MARRIAGE. Very cuteee :")

    ReplyDelete
    Replies
    1. ihhh, kok lu doank sih Na yang berani komen haha. kirain mah bakalan didebat abis gitu posting beginian, eh sepi aja :-D
      jadi penasaran deh sama video cute itu *meluncur ke youtube*

      Delete

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...