Saturday 7 April 2012

joint account

membicarakan masalah keuangan sebenarnya agak-agak tabu ya. apalagi kalau sampai soal rekening di bank. mending kalau banyak isinya, kosong aja padahal saldonya hihihi...

joint account, atau rekening bersama (di sini seterusnya kusingkat RB saja ya, supaya ga pegel ngetiknya :-p), adalah sebuah rekening di bank yang dimiliki bersama oleh dua orang atau lebih. siapapun anggota atau pemilik RB ini bisa mengakses rekening kapan saja, termasuk menarik dan mendepositkan uang tunai. biasanya RB dimiliki oleh pasangan suami-istri, antar saudara dekat, atau patner bisnis. teori selengkapnya, bisa dibaca di wikipedia.

aku dan suamiku juga memiliki rekening bersama. kebetulan kami berdua sama-sama nasabah setia sebuah bank yang sama. kalau suami sudah sejak lama menjadi nasabah bank ini, tepatnya sejak ia pertama kali bekerja setelah tamat kuliah, aku menjadi nasabah bank ini sejak menginjakkan kaki di inggris untuk kuliah, tahun 2006 yang lalu. memang jodoh kali ya, ketemunya dengan orang yang menjadi nasabah di bank yang sama dengan bank yang kita pakai juga. *kebetulan aja ini mah..., hiperbolaaa*

meski secara keuangan kami tetap punya rekening terpisah sendiri-sendiri, keputusan untuk membuka RB ini memang sangat tepat. hal ini yang akan aku bahas sebenarnya di tulisan ini, bukannya saldo rekeningnya lho :-p

sebuah bank bisa mempunyai berbagai jenis rekening dengan fungsi yang berbeda-beda, kelebihan dan kekurangan yang berbeda-beda, dengan tingkat suku bunga yang berbeda-beda pula. ada rekening deposito, ada rekening tabungan biasa, ada rekening untuk mahasiswa, dan lain-lain.

jenis rekeningku sendiri kuawali dari tingkatan paling bawah yang biasanya fasilitasnya standar atau biasa-biasa saja karena ketika waktu aku menjadi nasabah untuk pertama kalinya, aku 'hanya' seorang mahasiswa yang biasanya memang duitnya cetek. begitu transferan masuk, bayar ini itu, belanja kebutuhan pokok ini itu, transfer sini situ, ludes dalam sekejap, lalu bengong nunggu transferan bulan depannya lagi, hehehe.

setelah aku kerja, pegawai bank menawariku jenis rekening yang biasa dipakai oleh para karyawan untuk menerima transferan gaji bulanan. akupun menurut saja. 'apa kata kaulah'. dan rekening mahasiswaku-pun ditutup, karena dipiara pun percuma, kata si mas-mas pegawai banknya. ada duitnya juga bunganya keciiiiiiil sekali, hampir ga kelihatan :-p

sejak itu, aku rutin menyisakan sedikit uang gajiku untuk kutabung. rupanya pegawai bank melihat gejala ini, lalu ketika di suatu kesempatan aku (terpaksa) ke bank untuk satu keperluan, karena semua urusan biasa aku selesaikan melalui online banking yang praktis dan cepat, lagi-lagi mereka menyarankan aku untuk memindah tabunganku ke rekening baru, yang khusus ditujukan untuk menabung jangka panjang.

aku sekali lagi oke-oke saja. namanya juga anak manis yang penurut :-)

akupun lantas punya dua rekening di bank tersebut meski baru menjadi nasabah mereka kurang dari dua tahun. eaaaa, kayak banyak duit saja, rekening sampai dua. 

tapi kata si mas di bank-nya sih, kurang aman kalau uang tabungan disimpan di rekening yang sama dengan uang yang dipakai untuk kebutuhan sehari-hari, karena para maling semakin pintar sekarang. rekening yang kita pakai untuk keperluan harian memang biasanya lebih sering diakses. dikit-dikit bayar ini itu gesek kartu debit, dan di mana-mana memang lebih praktis pakai kartu. belum lagi karena sering juga ke atm untuk ambil tunai. jadi kartu untuk rekening harian ini memang lebih sering terpakai.

dari frekuensi pemakaian yang tinggi inilah resikonya semakin besar. meski menurutku sih di sini modus pembobolan atm dan bank meski sudah canggih tapi alat-alat penangkalnya juga lebih canggih lagi. jadi cenderung aman-aman saja lah. tapi ya, namanya dikasih tahu pegawai bank, aku sih manggut-manggut saja. 

lalu iseng-iseng, ketika ada penawaran untuk membuka rekening di mana uang simpanannya bunganya akan terbebas dari pajak jika nilainya dibatasi sampai angka nominal tertentu per tahunnya, aku jadi tertarik juga. akhirnya aku buka rekening jenis ini dengan niatan sekedar coba-coba. gratis juga kan bukanya. kalau yang gratis-gratis sih oke-oke saja lah ^_^

selain gratis, prosesnya mudah banget sih. karena sudah punya dua rekening sebelumnya, tinggal rikues dari komputer saja, dan besoknya rekening baru sudah nongol di layar laptop. mending kalau ada duit gitu buat ngisi. ini rekening malah jadi 3 tapi isinya tipis-tipis semua, hahaha. *penyakit kemaruk nya lagi kambuh*

tak lama berselang, rekening keempatku-pun nongol dengan sukses. karena setelah sekian tahun aku bertahan tak mau mempunyai kartu kredit satu bijipun, akhirnya aku menyerah juga, demi melancarkan hobi online shopping-ku. 

tadinya sih aku berprinsip untuk tak pernah mau tergoda rayuan sales kartu kredit, dan aku mampu bertahan bertahun-tahun hidup tanpa memiliki kartu kredit satupun (masih suka heran sama orang yang kartu kreditnya banyak tapi bangga, haha).

karena menurutku, kalau tak punya uang, kenapa harus beli tapi ngutang dulu? kalau tak punya uang, kenapa kepengin beli-beli? kurang masuk akal sepertinya (kecuali ngutang bank buat beli rumah sih, karena mana ada beli rumah bayar kontan kecuali abis menang lotere, atau tabungannya sudah numpuk, atau nenek moyangnya konglomerat yang tinggal nodong langsung dapet, hehe....bikin iri!).

prinsip sederhanaku selalu berpikir kalau kita harus kerja dulu, lalu dapat uang, baru beli-beli. urutannya kan kudu begitu. mana ada beli-beli dulu, kerja nanti-nanti, lalu kalau dapat uang baru bayar utang, hehehe...

ga suka saja sih prinsip kebalik-balik gitu. jadi beban kayaknya.

kan enak kalau pengin sesuatu, kita lihat dompet atau tabungan, eh ada dananya, baru deh beli  tunai. apapun barang yang kita beli, jadinya merasa milik sendiri, bukan utangan hehe. orang-orang yang pengin-pengin tapi ga punya dana, tapi tetep beli kreditan, aku salut sih sebenarnya sama mereka, karena lebih berani, gitu. hebat! hehe.. aku mah cemen, ga berani ngutang, takut ga sanggup bayar! haha

jadi itulah alasanku tak punya kartu kredit dalam jangka waktu yang lumayan lama. sekalinya punya satu saja (dan takkan pernah butuh kartu yang kedua), aku pasti selalu bayar penuh tiap tagihan datang. semacam membersihkan dosa utangan, begitu. mulai dari nol lagi.

setelah punya empat rekening, aku pikir sudahlah ya, ga mungkin rekeningku akan bertambah lagi. gila aja kayaknya satu orang punya rekening banyak bener. ga bayar sih, cuma koq ya kemaruk gitu rasanya.

eh, ketika aku menikah, ternyata masih harus ada satu rekening lagi yang harus kubuka bersama-sama atas nama berdua dengan suamiku. itulah rekening bersama milik kami berdua, yang akan kubahas sebentar lagi. *lhaaa.... dari tadi ngapain dah ngetik panjang lebar belum bahas juga? waks, itu baru sejarah dan latar belakang, maap*

sebagai pasangan suami-istri, kami dihadapkan pada kenyataan bahwa ketika kami memutuskan untuk berumah tangga, segala bentuk pengeluaran kerumahtanggaan-pun mau tak mau menjadi tanggung jawab bersama, apalagi kami berdua sama-sama bekerja full-time. jadi prinsip kesetaraanlah yang diutamakan. meski aku sih penginnya lebih memilih prinsip "uangmu adalah uang kita, tapi uangku tetep uangku", wuahahaha *dilempar penggorengan*

hingga ketika kami membeli rumah dan mengambil kredit perumahan lewat bank, keberadaan RB sangat-sangat memudahkan segala urusan. terlebih karena kami memakai bank yang sama itu tadi.

RB ini kami kelola berdua. aturannya simpel. tiap bulan begitu kami terima gaji bulanan, kami sudah set-up rekening pribadi kami masing-masing untuk secara otomatis mentransfer sejumlah uang yang sudah disepakati ke RB kami. supaya longgar, jumlah nominalnya memang agak sedikit dilebihkan dari pengeluaran wajib bulanan yang mau tak mau harus kami bayar atau kami masuk penjara! *halah seremnya* lha kalau tagihan ga dibayar kan memang bisa dituntut toh, bisa masuk penjara akhirnya :-)

dana yang mengalir dari rekening pribadi kami ini akan terkumpul di RB dan tiap bulan terpakai untuk kebutuhan-kebutuhan standar bulanan seperti membayar cicilan rumah, tagihan air, listrik, gas, telpon, tv kabel, pajak bumi dan bangunan, dll. semua tagihan juga sudah diset-up secara otomatis yang istilah bank-nya disebut sebagai direct debit (jika perusahaan yang menyedot uang dari rekening kita, dan kita tidak bisa menghentikan setingan otomatis ini dari pihak kita), atau standing order (jika kita yang mengirim dana ke pihak yang kita bayar tiap bulannya, dan kita bisa menghentikannya setiap saat).

semua aliran dana di RB memang lebih enak kalau disetting otomatis. jadi kita takkan pernah lupa membayar, atau telat bayar, atau apalah. kan gajian kita tiap bulan juga otomatis masuk ke rekening. jadi hal-hal yang wajib dibayar ya otomatis dibayar sajalah tepat waktu. lagipula sudah bukan menjadi hak kita lagi kan uangnya, karena sudah kita nikmati listriknya, airnya, gasnya dan rumah tempat tinggal kita tiap hari.

menurutku tak ada gunanya tagihan wajib bulanan ditunda-tunda pembayarannya. hanya akan menjerat leher kita sendiri bulan depannya, karena harus bayar dobel. tunda lagi? gali lubang tutup lubang  itu namanya. hal serius yang kalau mampu, sebisa mungkin hindarilah.

kecuali, kalau memang pendapatan tak begitu besar, tetapi kebutuhan wajib lebih besar karena ketidakmampuan keadaan finansial seseorang, dengan alasan-alasan tertentu. kalau ini sih, temanya sudah menyimpang dari judul tulisan ini, karena lebih mengenai ketidakmampuan/ kekurangan/ kemiskinan, bukan soal rekening bersama lagi. lebih baik kita kesampingkan ide "gimana kalau orang ga mampu, mau makan saja susah". mari kita bahas yang 'ga begitu miskin' saja kali ini :-)

karena kelonggaran jumlah transferan awal ke RB, setiap bulan jadi ada sisa yang kami memang biarkan berada di sana, sebagai uang jaga-jaga untuk bantalan atau bemper, kalau-kalau ada kebutuhan darurat. who knows, ada tikungan tajam di depan. meski tak banyak jumlahnya, uang bemper ini bisa juga sebagai pelindung rekening supaya tidak sampai minus kena biaya denda, jika tagihan tiba-tiba naik tapi dana di RB ternyata tidak mencukupi.

sepertinya strategi keuangan kami dengan membuka RB ini cukup jitu sampai saat ini. entah bagaimana pasangan-pasangan lain menyiasati menajemen keuangan bulanan mereka serta pengeluaran sehari-harinya. yang pasti tiap pasangan tentu punya strategi yang berbeda-beda, sesuai kebutuhan dan situasi keuangan masing-masing.

bagaimana denganmu?




.:kalau kamu suka artikel di atas, mungkin kamu suka ini juga:.

8 comments:

  1. kalo di Indo juga ada RB ya mbak? hihi dasar kurang melek informasi :D kayaknya belum pernah denger aja *kemane aje lu*

    nb: mbak, beberapa komenku kayaknya gagal masuk deh kesini, gak tau kenapa. apa mungkin masuk spam ya?

    ReplyDelete
    Replies
    1. hmmm ada ga yah? aku jg ga tau haha.. tahunya itu jg karena nurutin nasehat2 pegawai bank, bukan kehendak sendiri. aku jg ga tau apa2 wekekekkk.... nb: waks? spam? wadowww... coba aku cek. kan komen ini ga pake moderasi ya, harusnya lgs nongol deh hiks

      Delete
  2. Nay...

    waduh...karena sekarang aku udah gak kerja lagi...jadi pake rekening bersama juga gak ngaruh kali yah...

    Aku juga punya beberapa rekening di beberapa bank yang beda...dan jadi pusing sendiri sih...secara kagak ada duitnya semuaaaa...hihihi...

    ReplyDelete
    Replies
    1. wuahahahha aku tau nih sapaaa...xixixi... (tenang, penyamaran aman koq di tanganku, asal jgn dilepas ya topengnya kekekeke...) kalo ga kerja sih kaeknya emang percuma deh punya RB hihi...secara pemasukan cuma satu doank..

      dulu pas di indo jg banyak rekening di bank beda2 krn di sana kan kalau pindah kerja, kudu ganti rekening nurut ama tmp kerja baru. kalo di sini ngga, rekening pribadi kita tinggal dikasihin ke HRD kantor baru kalo pindah kerja, beres deh, jd ga bertebaran tp kosong smua huehehe :-)

      Delete
  3. wah unik juga nih... karena istri saya tidak kerja jadi tidak ada rekening bersama.. tapi idenya ok juga tuh rekening bersama ya...

    ReplyDelete
    Replies
    1. iya mas, kalo istri ga kerja memang ga perlu buka RB, ga tau sih di indonesia ada ga ya model ini

      Delete
  4. waaa aku ga pernah kepikiran bikin RB, abis semua pengeluaran rumah tangga ditanggung misua sedangkan gaji akuh difrozen buat tabungan (yg baru2 ini kebobolan buat biaya rumah, huhu)

    eh salam kenal ya mbak nay :)

    Tia

    ReplyDelete
    Replies
    1. hi Tya, terima kasih sudah berkunjung kemari, salam kenal juga :-) wahhh, strategi tiap pasangan ternyata memang beda-beda ya. kalau gajiku difrozen juga enak kali ya hehe

      Delete

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...