Tuesday, 1 July 2025

juliana rinjani

beberapa hari belakangan dan udah semingguan ini lah, berita tanah air dipenuhi kabar meninggalnya seorang pendaki gunung berapi rinjani di lombok berkebangsaan brazil yang bernama juliana.

pasti semua udah lihat ya, karena udah jadi berita headline di mana-mana, dan media sosial juga ngga brenti-brenti tayang di linimasa. apalagi karena hebohnya netizen indonesia yang katanya lempar-lemparan argumen sama netizen brazil!

sama-sama negara berpenduduk banyak, dengan armada keyboard warriors yang sama banyaknya, serulah jadinya. semuanya membela negaranya masing-masing.

ya wajar sih ya. rasa nasionalisme itu memang munculnya di momen-momen yang seperti ini. padahal yang tadinya sama sesama warga negara sendiri hobinya berantem juga di sosmed, pas giliran kudu ngebelain para tim evakuasi yang memang sudah kerja cukup keras untuk nolong dan akhirnya mengangkat jenazah korban dari dalam kawah gunung, rasa kebangsaan netizen indonesia jadi muncul dan akhirnya bersatu padu. 

rinjani

sejak beritanya santer dan viral, aku ngga bisa ngelak jadi penasaran juga sama sosok gadis hitam manis kulit sawo matang dengan senyum yang ceria ini. akupun lalu ngepoin akun instagramnya yang memang masih aktif. ngelihat semangat mudanya yang bergejolak layaknya anak-anak muda usia gen z dan gen alfa yang memang sedang berada di fase pencarian jati diri dan punya semangat membara dan berkobar untuk menjelajah dunia. 

juliana bukan satu-satunya.

banyak sekali anak muda lain yang punya semangat serupa. bermodalkan duit yang terkadang ngga banyak, mereka dengan semangat tinggi dan kepercayaan tinggi, menjelajah ke berbagai negara yang belum pernah mereka kunjungi untuk memuaskan keingintahuan mereka tentang tempat-tempat lain yang berbeda dibandingkan tempat asal mereka. meski akhirnya kalau satu atau dua bernasib malang, akan selalu jadi bahan berita.

mengamati akun instagram juliana, aku salut dengan semangatnya yang tinggi, dengan badannya yang sangat bugar karena selalu beraktivitas di luaran yang pastinya menuntut fisik dan stamina yang kuat.

berkaca pada kenyataan ini, kusadari kalau fisikku sendiri ngga sebugar dan ngga sekuat orang-orang yang aktif berkelana mengunjungi tempat-tempat menarik di luar sana. naik turun gunung, nomaden berpindah-pindah hidupnya dari satu tempat ke tempat lain, hidup cuma dari ransel yang digembol kemana-mana, berselancar mengejar ombak, mencari sudut terindah untuk berfoto bersama mentari yang akan tenggelam. kenyataannya, aku ngga seenerjik mereka. dan semangatku untuk berpetualang juga ngga setinggi mereka.

pertanyaan-pertanyaan pun mulai muncul di kepalaku.

apakah dengan tingkat kebugaran fisik dan semangat berpetualang yang tinggi, juga meningkatkan risiko yang pengin diambil oleh orang tersebut? sebaliknya, jika kita sadar kalau tingkat kebugaran fisik dan semangat berpetualang kita kurang, justru akan mengurangi risiko juga karena memang jadi malas bertualang?

sulit pasti jawabannya ya.

karena banyak sekali faktor lain yang berpengaruh ke topik tersebut. orang bilang lebih ke nasib. kalau memang sudah nasibnya, mau tiduran di rumah juga bisa ngga selamat, istilahnya. 

selamat jalan, juliana! senyum dan semangatmu akan selalu dikenang dunia πŸ’•

No comments:

Post a Comment

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...