Tuesday 5 July 2016

mudik

mudik itu tradisi kaum urban...

kaum urban itu adalah sekelompok orang yang meninggalkan kampung halamannya dan merantau ke kota besar dan menetap sementara atau permanen untuk mencari nafkah dan hidup sehari-hari di kota baru yang dituju. fenomena urbanisasi biasanya terjadi di negara berkembang, di mana lapangan kerja biasanya hanya tersedia di kota-kota besar karena pembangunan dan taraf kesejahteraan yang belum merata.

http://www.djesstranswisata.com/tag/sewa-bus-mudik-2016/


sumber

menjelang perayaan-perayaan penting, entah itu perayaan keagamaan, tradisi, atau lainnya, kaum urban biasanya menjalani tradisi mudik. mereka akan berbondong-bondong menempuh perjalanan kembali ke daerah asal dengan niat untuk memenuhi tradisi berkumpul dengan keluarga, sanak famili, dan teman-temannya.

tak hanya di indonesia, di mana tradisi mudik terbesar selalu terjadi setahun sekali menjelang peringatan hari raya idul fitri, di negara lain juga ada fenomena serupa. di amerika, tradisi mudik terjadi menjelang peringatan hari thanksgiving, di mana para perantau kembali ke daerah asal untuk berkumpul dengan keluarga mereka. menjelang libur natal, kebanyakan  perantau di seluruh dunia juga menjalankan tradisi mudik.

meski namanya sama-sama mudik, tapi kalau diamati tradisi mudik di indonesia agak berbeda dengan mudik di luar negeri. bedanya mungkin pada jumlah pemudik dan juga penanganan antisipasi lonjakan arus manusia dari satu tempat ke tempat lain oleh pemerintah setempat.

di luar negeri, kaum urban meski jumlahnya juga lumayan banyak, tapi mereka ngga melulu terpusat di satu kota saja. di amerika, kota besarnya banyak. ibukotanya sendiri malah bukan tujuan utama kaum urban untuk mencari penghidupan yang lebih layak dan lebih baik. masih banyak kota-kota besar lain yang menawarkan lapangan kerja.

di inggris pun begitu. orang dari desa atau kampung ngga melulu harus ke london untuk mencari kerja yang layak. banyak kota-kota lain menawarkan kesempatan serupa. bahkan kecenderungan saat ini, investor membangun perusahaan di luar london karena biaya operasional yang jauh lebih murah dan terjangkau, baik dari segi infrastruktur maupun sumber daya manusianya.

sumber

jadi ketika libur natal, memang arus penumpang akan melonjak dibandingkan hari-hari biasa. tapi nggak berarti london jadi kosong melompong seperti jakarta di hari raya. karena kaum urban menyebar merata di mana-mana. jadi arus mudik juga lebih merata. lonjakan penumpang lebih bisa ditangani dan diantisipasi, dibandingkan jika lonjakan hanya terpusat di satu titik saja seperti halnya arus mudik jakarta-jawa.

di indonesia seperti kita semua tahu, mudik itu hampir bisa diartikan meninggalkan jakarta menuju ke jawa. meski tentulah ada pula yang mudiknya ngga ke jawa, dan yang ditinggalkan ngga harus kota jakarta. tapi persentase terbesar pergerakan arus mudik memang dari jakarta ke jawa.

iming-iming gemerlap ibukota dengan segala peluang kerja dan usaha, memang berhasil menyedot demikian besar sumber daya manusia dari berbagai kota lain di indonesia untuk hijrah dan bekerja di ibukota. kaum urban ini rata-rata berasal dari berbagai kota di pulau jawa.

aku dulu termasuk salah satunya.

tentu semua sudah paham mengapa jakarta menjadi daya tarik kuat bagi kaum urban. semua juga sudah paham alasan-alasan mengapa setiap satu tahun sekali kaum urban harus mudik. semua juga sudah ikhlas dan paham, bahwa dengan infrastruktur jalan serta layanan transportasi yang terbatas, lonjakan volume kendaraan dan jumlah pemudik nggak akan bisa tertampung semua dengan nyaman.

toh nggak ada yang kapok dengan tradisi mudik ini.

sumber

meski harus berjam-jam duduk di mobil yang macet tak bergerak sama sekali, meski harus berjuang menerobos padatnya lalu lintas mudik di setiap persimpangan lampu merah, meski harus menahan haus dan lapar karena tradisi mudik ini selalu terjadi di penghujung bulan puasa. tahun depan ya begitu lagi, pola yang sama terus berulang kembali.

seberapa besarnya dana yang dihabiskan untuk mengantisipasi lonjakan tradisi mudik, tetap saja tidak akan berhasil mengatasi kemacetan secara nyata. infrastruktur yang ada, memang tidak dirancang untuk menampung volume mudik setiap hari. karena memang mudik ngga terjadi setiap hari. hanya setahun sekali. kalau infrastruktur jalan didesain untuk menampung kapasitas mudik yang cuma terjadi selama kurang lebih seminggu saja dalam satu tahun, yang 51 minggu tentu akan mubazir, nggak terpakai secara optimal. buang-buang duit saja.

masih ingat postinganku tentang kenapa negara arab yang tanahnya tandus bisa banjir? analoginya seperti itulah.

tahun ini adalah tahun kesebelas aku nggak berlebaran di indonesia. sejak meninggalkan tanah air tahun 2005 yang lalu, otomatis aku tak lagi menjalani tradisi mudik jakarta-jawa. tak lagi terjebak kemacetan selama lebih dari 24 jam hanya untuk menempuh jarak yang biasanya cukup dalam waktu 10-12 jam saja. 

sejak tinggal di inggris, aku tak pula menjalani tradisi mudik eropa-jawa. awalnya terasa berat, serasa ada yang hampa. lama-lama terbiasa. lebaran cenderung sepi, masak-masak lontong opor dan sambal goreng untuk dinikmati sendiri hehe. nggak pakai takbir keliling, nggak ada acara halal bihalal, nggak ada acara ngumpul dengan keluarga.

kadang dulu suka ikutan acara di kbri setempat kalau lagi pengin ngumpul, yang rutin mengadakan acara sholat bersama dan halal-bihalal setelahnya, tapi terkadang hari lebaran juga lewat selayaknya hari biasa, dan lebih seringnya malah tetep ngantor juga. yang masih tradisi paling nelpon indonesia tengah malam sebelum hari h, karena di sana sudah pagi. ngobrol dan maaf-maafan lewat telpon, kemudian yang di ujung telpon buru-buru pada kabur ke lapangan untuk sholat id, akunya pergi tidur :-)

sumber

tahun ini, keluargaku juga ngga ada yang mudik seperti tahun-tahun sebelumnya.

tahun ini adalah titik balik di mana akhirnya keluargaku sampai pada kesimpulan bahwa tradisi mudik nggak harus dilestarikan kalau hanya merepotkan. it doesn't make any sense anymore. dengan jumlah keluarga dari 5 orang saudaraku yang semuanya sudah menikah dan berkeluarga dengan beberapa orang anak, kalau mudik semua adalah 5 mobil dengan total jendral penumpang sebanyak 21 orang. demi untuk bertemu ibuku.

akhirnya ibu setuju untuk berkunjung ke arah sebaliknya dan merayakan lebaran di depok saja, melawan arus mudik. jadi yang 21 orang akan ngumpul di depok daripada ngumpul di jawa. masuk akal bukan? nggak harus terjebak macet, dan nggak harus lebaran di kampung, seperti tradisi tahun-tahun yang lalu.

kalau dipikir-pikir lagi, lebaran di indonesia memang kental sekali dengan tradisi lokal.

mudik pun termasuk tradisi lokal, karena besarnya angka kaum urban di jakarta. di negara-negara timur tengah sana, perayaan lebaran mungkin nggak pakai acara mudik (sudah aku konfirmasi  ke suamiku, hasil nanya kolega-koleganya di riyadh sana). paling ya terjadi lonjakan layaknya hari-hari besar lain di dunia tapi ngga terpusat di satu jalur saja seperti fenomena arus mudik jakarta-jawa.

jadi sepertinya lebaran di indonesia itu memang unik dengan tradisi mudiknya. tiada duanya di dunia.

terlepas dari masalah-masalah yang terus membelit tradisi mudik di indonesia, kaum urban kita akan terus menjalani tradisi ini. kalau ditanya kenapa, pasti jawabnya karena kalau ga mudik ke kampung halaman, rasanya kurang afdol.

benarkah demikian?

***selamat lebaran***

No comments:

Post a Comment

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...