hai gais,
setelah 20 tahun hidup di inggris dan hampir ngga pernah kena perlakuan rasis, eh akhirnya hari ini kena juga! ini buru-buru kutulis di sini supaya aku ngga kelupaan detilnya, karena masih anget banget baru kejadian beberapa jam lalu.
saking perasaanku membludak dan memendam marah yang ngga terkira, aku sampe nangis padahal jarang banget aku bisa nangis. tapi ini saking kemarahannya ngga kebendung gitu pengin meledak jadi nangis aja deh biar terlampiaskan, hiks hiks...
sudah ada beberapa tulisan sebelum ini, yang mana isu rasisme ini kubahas dari beberapa sisi. yang paling baru berjudul "kita semua rasis", lalu tulisan lebih lama ada yang berjudul "brexit", dan tulisan jadul berjudul "warna kulit". sejak tinggal di luar negeri 20 tahun yang lalu, aku memang selalu berhati-hati dan waspada serta selalu berusaha untuk menghindari situasi-situasi yang memicu perlakuan rasisme atau diskriminasi warna kulit, sebisa mungkin. hampir 20 tahun ngga ada kejadian apapun yang berarti, eh hari ini kok ya akhirnya diperlakukan rasis dan terkena perlakuan diskriminasi secara langsung.
rasanya?
marah, tapi ngga bisa berkata-kata, karena memang cuma ditahan supaya ngga meledak di muka umum. jengkel, gondok, mangkel, ngga tau kudu gimana, tapi geregetan dan pengin ngumpat, meski tetap berusaha kalem. baru ketika sampe di rumah, meledaklah semuanya sampe aku nangis itu. begitu agak tenang dan menyeruput secangkir teh tawar hangat, kuambil laptop dan mulai kutulis cerita komplitnya. buat dokumentasi juga dan jaga-jaga karena tadi aku juga sempat komplain.
cerita lengkapnya begini.
***
kami masih liburan dalam rangka cuti musim panas.
hari ini kami berkunjung ke sebuah kawasan wisata semacam theme park gitu lah. aku ngga sebut persis namanya dan lokasinya ya. menghindari ranah hukum saja kalau bisa. meski karena saking jengkel dan marah, aku langsung tulis review dan ngomel-ngomel di internet di lamannya tempat wisata ini.
kami sampai di lokasi sejak pagi, karena tahu tempatnya buka jam 10, kami nyampe sana kayaknya belum jam 11 deh, karena memang tempatnya ngga jauh dari lokasi di mana kami nginep selama liburan. dari pagi kami udah semangat tuh, anakku juga udah ngga sabar buat ngiterin tempat ini karena memang banyak atraksi menarik yang ditawarkan.
begitu mobil kami terparkir rapi, kamipun melenggang masuk ke lokasi.
tiket belum dibeli, tapi fasilitas pembelian tiket yang semuanya udah digital memudahkan prosesnya. belum banyak antrian juga, dan kebetulan kata si mas-mas petugas di parkiran, hari ini sepertinya ngga akan seramai hari-hari sebelumnya. benar saja, begitu kami masuk ke lokasi, memang agak terlihat lengang.
kami dibekali peta tempat tersebut, yang terpampang dengan jelas atraksi-atraksi menarik yang bisa kami coba dan kunjungi. terutama anakku yang memang sangat aktif dan menyukai tantangan-tantangan fisik khas anak cowok usia dia, ngga sabar pengin nyoba ini itu.
singkat cerita, kami coba berbagai atraksi dan merasa senang, puas, sedikit capek dan mulai lapar.
kamipun berhenti di resto setempat untuk makan siang. kebetulan lokasi restonya dekat dengan atraksi pertunjukan burung elang. kamipun nonton dari jauh sambil menyantap makan siang kami. setelah perut kami kenyang, kami bertiga pun melanjutkan kunjungan ke beberapa atraksi menarik lainnya. praktis hari itu sangatlah sempurna. meski makin sore kaki kami makin lelah, tapi masih ada beberapa tempat lagi yang pengin anakku lihat dan kunjungi sebelum tempatnya tutup jam 5 sore, dan kamipun harus pulang kembali ke penginapan.
waktu sudah menunjukkan jam 3 sekian, sebentar lagi mau jam 4.
masih ada waktu sejam, anakku memutuskan untuk mengunjungi atraksi terakhir di ujung sebelah timur di peta lokasi. kamipun bergegas ke sana. sesampainya di sana, ternyata ada sebuah danau buatan kecil berisi air berwarna kebiruan dan beberapa perahu kayu buatan yang bisa disetiri oleh pengunjung yang memutari kawasan danau kecil itu beberapa kali. perahu-perahu ini dilukis pola badan hewan. ada jerapah, zebra, cheetah, dan lainnya. di sekeliling danau ini juga dilengkapi patung hewan-hewan safari.
anakku berteriak girang, mummy, let's go ride the boat!
kami bertigapun lalu bergabung dengan antrian yang sudah mengular meski ngga begitu panjang. ada beberapa puluh orang di depanku. di belakangku kosong. jadi kami mungkin pengunjung terakhir yang akan memakai atraksi naik perahu itu. beberapa atraksi lain ada yang bayar ekstra, kebetulan naik perahu hewan ini termasuk yang gratisan sudah termasuk harga tiket masuk di depan tadi. dari yang kami amati, ada dua orang staff, keduanya perempuan yang bertugas di situ.
terlihat jelas mereka membagikan jaket pelampung ke para calon penumpang yang antriannya sudah mencapai depan pintu pagar pembatas. kebanyakan yang antri memang keluarga berisi ayah, ibu, ada juga kakek, nenek yang ikutan naik perahu, beserta anak-anak kecil mereka. ada juga beberapa yang sudah menginjak agak besar seperti anakku. semua terlihat normal, semua terlihat santai.
jam tangan di pergelanganku mulai bergeser ke angka jam 4 sore lebih. antrian di depanku mulai memendek, ketika ada beberapa orang lagi baru nyampe dan mereka antri di belakang kami. dua keluarga sepertinya beserta anak-anak mereka.
saat itu suamiku yang memang ngga berniat ikutan naik perahu, memutuskan untuk meninggalkan kami berdua dan memilih untuk duduk di lapangan rumput ngga jauh dari kami, dekat tempat orang jualan es krim.
perahu-perahu yang di danau, satu persatu mulai berganti penumpang dan penumpang baru mulai naik dan menikmati berkendara dengan perahu ini. anak-anak tertawa riang dan orang tua mereka juga terlihat gembira.
saat itu, di depanku tinggal ada 2 keluarga, lalu aku dan anakku, dan 2 keluarga di belakang antrianku.
salah satu petugas mbak-mbak yang lebih tinggi, berjalan ke paling belakang antrian dan menutup pagar antrian dengan memasangkan 2 buah pelampung, untuk menandai kalau antrian sudah ditutup. karena memang tempat wisata itu akan segera tutup kan, jadi wajar dia siap-siap mengakhiri tugasnya. setelah itu si mbak yang sama pergi ke tempat jaket pelampung disimpan dan keluar lagi membawa beberapa buah jaket dan mulai membagikan ke dua keluarga yang antri di depanku.
jaket yang untuk anak-anak warnanya merah menyala, jaket yang untuk dewasa dan remaja warnanya hitam.
semua normal, karena sejak antrian masih panjang banget tadi, kami sudah melihat proses ini beberapa puluh kali. jaket dibagikan, pengantri make jaketnya, lalu naik perahu. setelah selesai, keluar perahu, jaket dilepas, dikasih ke petugas atau ditinggal di pagar. kami sudah lihat semua itu. jadi pas ketika dua keluarga di depan kami dibagikan jaket pelampung juga, aku dan anakku otomatis mikir, wahhhh, bentar lagi giliran kita nih, asyikkkk....
ya kan? otomatis kan? udah ngantri dari tadi gitu lhoh.
eh, si mbak yang tinggi ini balik lagi bawa segepok jaket hitam dan merah, jalan ke arah antrian dan langsung bablas ke dua keluarga yang nunggu di belakangku! oh ya, dua petugas perempuan ini dua-duanya kulit putih rambut pirang. yang pendek rambutnya ikal, yang tinggi rambutnya lurus. pas tau dilewatin ini anakku langsung komen.
lho mam, kok kita dilewatin sih?
wajar namanya anak-anak kan ngga sabaran ya udah dari tadi nungguin pengin naik perahu dan udah nunggu dikasih jaket, eh kok malah jaketnya dikasihin yang antri belakangan. aku masih ngga bisa mikir, dan kujawab aja, oh, mungkin karena mereka bawa anak kecil jadi diduluin dikasih jaketnya. tapi kita antri duluan kok pasti kita dapet perahunya duluan, don't worry, kataku.
karena jumlah jaket yang dibawa si mbak petugas ini ternyata masih kurang untuk semua orang yang ngantri setelah aku, si mbak balik lagi ke tempat penyimpanan jaket dan ngasih kekurangan jaketnya ke orang tersebut. kupikir setelah itu sisanya yang masih di tangan dia dan kebetulan warnanya hitam untuk dewasa dan remaja bakalan dikasihin ke aku dan anakku donk.
masak dia ngga lihat kami berdua masih belum pake jaket sementara semua orang di depanku sudah pake dan di belakangku sudah pake, tetep ngga kelihatan juga?
hari ini aku pake jaket warna beige dan anakku pake kaos warna putih. semua orang lain sudah pake jaket hitam dan anak-anak pake merah. hellooooo.... mosok kami berdua ngga kelihatan sama dia?
sampe sini aku mulai berpikir kok ada yang janggal ya? kok aneh ya? kok kami berdua seolah-olah ngga kelihatan dan dicuekin ya? kenapa ya? kuamati sekelilingku. semua orang di depanku adalah keluarga kulit putih semua. antrian di belakangku juga semuanya keluarga kulit putih. aku dan anakku sendiri yang terlihat beda?!
sampe sini aku masih diam. cuma prasangka saja yang ingin kutepis jauh-jauh dari pikiranku, ketika anakku berkata lagi. mummy, why didn't we get the jacket? is it because we look different? why did she gave the jackets to everybody else but skipped us? why didn't she see us?
di situ darahku mulai mendidih. tapi aku masih diam. semua yang kurasakan dan anakku rasakan ini masih prasangka. dan kami ngga punya bukti apapun kalau perlakuan ini memang disengaja atau tidak.
***
waktu menunjukkan pukul 16:15.
antrian di depanku pun mulai menipis. dua keluarga itu sudah mulai naik ke perahu. kami berdua masih belum makai jaket. sampe sini, aku dan anakku masih antri dan kami berdua sekarang berdiri di barisan paling depan. PALING DEPAN!!!
apa masih ngga kelihatan kalau kami berdua belum juga dikasih pelampung? si petugas dua orang ini cuma berdiri diam di sana dan memandang kami tanpa berbuat apa-apa. kalau kalian nanya, kenapa kami ngga minta? eh, sampe titik itu kami sudah berdiri di sana ada 20 menitan lebih. dan engga ada aturannya kalau pengunjung yang minta jaket. semuanya DIKASIHIN! semuanya dilayanin. cuma kami berdua doank yang dibiarin. dicuekin. seolah-olah kami ngga kelihatan kayak bayangan.
yang terjadi kemudian sungguh di luar nalar.
si petugas cewek yang lebih pendek mulai beres-beres. jaket-jaket yang di luar dimasukin dan digantung di dalam ruang penyimpanan. pastinya dia juga lihat kalau ada dua orang pengunjung yang antri paling depan yang BELUM MAKAI JAKET. kenapa dia engga ngasihin ke kami? ada apa dengan dua orang petugas perempuan muda usia sekitaran 20 tahunan yang aneh ini? kenapa keduanya memperlakukan kami seperti ini? kenapa tinggal hanya ngasih 2 buah jaket ke kami sepertinya mereka enggan?
sampe sini darahku sudah naik ke ubun-ubun.
sampailah di titik ketika ada perahu kosong yang tersedia dan si cewek yang tinggi yang tugasnya ngatur pengunjung untuk turun dan naik ke perahu, harus berhadapan dengan aku dan anakku. aku masih diam dan menunggu apa reaksi dia ketika ada dua orang penumpang yang udah antri paling depan, siap naik perahu, tapi belum dikasih pelampung?
kalian ngga akan percaya apa yang keluar dari mulut si mbak ini.
you haven't got jacket, can you move dan let the others go? aku dan anakku diusir gais! disuruh minggir karena belum pake jaket! padahal udah antri di depan! udah dari tadi!
kemarahanku pun meledak. no way you asked us to move! we are going on the boat! pas untungnya kebetulan ada ibu-ibu yang baru turun melepas pelampung dan kuambil jaketnya. jaket anak si ibu diambil anakku yang harus terpaksa pake yang warna merah meski kekecilan.
sambil naik ke boat kubilang ke si cewek ini.
why did you skip us?
dia sempat jawab, oh sorry i didn't see you.
kusamber lagi, i can speak english well you know. i saw you passed us many times, did you not see us when you gave those jackets to other people? are we invisible to you? this is not acceptable, i will file an official complaint!
apa dia jawab? that's fine, you can complain!
eh nantang ngga sih dia njawab gitu? seolah dia tahu apa yang dia lakukan memang sudah disengaja! sepertinya memang dia ngga pengin ngasih jaket ke aku dan anakku. sengaja juga dia nyuruh kami minggir dari antrian karena ngga pake jaket. setelah itu bisa-bisa dia bilang kalau kami ngga bisa naik perahu karena waktu sudah habis, kalau aku ngga nekat nyamber jaket pelampung milik ibu-ibu yang turun tadi.
sial ngga sih, diperlakukan seperti itu? mendidih ngga darah kalian kalau dirasisin begitu? kesian anakku yang dengan polosnya ngerasa kami dirasisin because we look different, mummy?!
padahal dia paspor british, suamiku british. cuma memang suami ngga ikut antri jadi cuma kami berdua yang di situ. sementara anakku kalau musim panas memang kulitnya gosong karena keseringan main di luar. apa karna warna kulit kami yang gosong ini kami ngga dianggep, kami dicuekin, kami didiskriminasi?
di perahu kemarahanku meledak-ledak. aku ngga bisa menikmati keceriaan seperti yang keluarga lainnya rasakan. aku marah. ubun-ubunku panas. aku ngga terima. kutelpon suamiku yang sekarang motret-motret kami dari jauh dan masih ngga nyadar apa yang barusan terjadi. kuceritakan kekesalanku secepat mungkin. dia berusaha menenangkanku. dia bilang, ah mungkin cuma perasaanku saja.
perasaan? diperlakukan buruk cuma perasaan saja? sudah terang-terangan dua orang petugas itu ngga ada inisiatif sama sekali untuk ngasih jaket? kenapa semua orang dikasih tapi kami berdua dicuekin? apa mata mereka buta? ngga mungkin kan kami ngga kelihatan. di tengah antrian bisa jadi sebuah alasan karena berbaur, tapi toh setelah antri paling depan kenapa tetap ngga kelihatan? begitu ada perahu kosong malah disuruh minggir bukannya dikasih pelampung?
perlakuan macam apa itu? masak cuma perasaanku saja?
ngga bisa ferguso, aku ngga terima! suamikupun dari jauh kulihat berjalan ke arah dua petugas perempuan keparat itu. terlihat dia ngobrol ke mereka, entah ngomong aja dari jauh ngga kedengeran pastinya. mungkin saat itu dua perempuan itu sadar kalau suamiku juga kulit putih, seras dengan mereka. aku ngga bisa tebak apa yang mereka katakan ke suami.
harusnya momen berperahu dengan anak ini menjadi momen menyenangkan setelah seharian kami menikmati berbagai atraksi di tempat wisata ini. tapi sayang sekali harus ditutup dengan kejadian yang sangat ngga menyenangkan dan membuatku marah besar.
seumur-umur aku tinggal di luar negeri, dan meski isu rasisme memang masih terus terdengar di mana-mana, tapi belum pernah aku mengalaminya langsung.
sampai hari ini.
ohhh, ternyata begini rasanya dirasisin. engga enak banget, gais. benci, marah, geram, kesal, jengkel, gondok, tapi ngerasa ngga berdaya, engga tau kudu marah ke siapa, mulutku rasanya kekunci nahan emosi. engga benar juga meledak dan maki-maki orang di muka umum kan. bisa saja aku semprot si mbak berdua ini karena mereka telah dengan sengaja memperlakukan aku dan anakku dengan ngga ngasih jaket pelampung meski mereka memberikannya ke semua orang lainnya. dan faktor kesengajaan ini terlihat jelas di muka mereka!
begitu turun dari perahu, jam menunjukkan pukul 16:30 tepat.
sambil megangin perahu yang kami tumpangi, si mbak ini bilang "enjoy the rest of your day". aku diam ngga ngebalas. seolah dia jadi berubah ramah setelah suamiku ngobrol tadikah? sorry, jangan sok-sokan ramah tiba-tiba sementara tadi cuek dan nyuruh minggir. lu kira semudah itu, ferguso?! akupun melenggang pergi, ngga mau emosiku meledak di situ.
langsung ngacir keluar dari tempat itu. suami dan anakku masih berusaha menenangkan aku tanpa hasil. ibarat gunung berapi, lava panasnya sudah siap menyembur. aku ngga bisa tinggal diam diperlakukan rasis. pertama itu melanggar hukum, namanya "equality act 2010" di inggris. kedua, sebagai "korban" kita harus berani bersuara! bergegas aku jalan lurus tanpa noleh-noleh lagi ke arah pintu masuk utama yang juga pintu keluar melewati gift shop tempat jualan barang-barang merchandise atau souvenir. para pengunjung lain pada sibuk milih-milih barang dan ngantri untuk bayar, aku langsung ngedatengin mbak-mbak petugas yang kebetulan lagi kosong dan siap melayani.
kubilang langsung tanpa tedeng aling-aling. who do i need to speak to if i want to file a complaint?
langsung seorang mas-mas dengan cekatan ngambil pen dan sebuah formulir dan dengan sigap bilang, follow me. lho, kok prosesnya cepet dan gesit ya? keren juga nih, pikirku.
si mas-mas yang namanya eddy yang ternyata supervisor di tempat ini pun lalu bertanya dengan baik dan sopan tentang apa yang terjadi. dengan sabar dia mendengarkan semua cerita dan kronologi kejadian yang barusan kualami cuma beberapa menit sebelum itu. semuanya dicatat dengan teliti sambil beberapa kali dia memotongku, kalau perlakuan si petugas banyak yang melanggar prosedur yang sudah ditraining ke mereka. dia juga membenarkan keputusanku untuk memang engga minta pelampung ke petugas karena memang tugas mereka untuk membagikannya ke pengunjung tanpa perlu diminta!
jadi secara tindakan, kami, aku dan anakku memang engga melakukan kesalahan apapun, tapi kami diperlakukan dengan tidak seharusnya. dia juga minta maaf berkali-kali dan menyakinkanku kalau masalah ini akan diproses melalui prosedur yang berlaku. bahkan dia juga nawarin ngasih tiket gratis, ngasih es krim gratis, sampe nawarin mau nge-refund tiket masuk yang memang agak lumayan mahal harganya.
semuanya kutolak, dengan baik-baik.
aku sadar dia cuma berusaha membuat perasaanku menjadi lebih gembira. tapi maaf mas eddy, ngga ada yang bisa ngobatin perlakuan yang barusan kuterima. ngga juga dengan es krim, tiket gratis atau uang pengganti. rasa sakit hatiku ngga bisa dibeli atau diobati dengan apapun. aku juga sempat bilang ke mas ini, sangat disayangkan pengalaman kami yang tadinya sangat menyenangkan hari ini kudu diakhiri dengan kejadian ngga enak seperti ini.
karena nila setitik rusaklah susu sebelanga.
karena satu dua orang petugas yang gagal dalam menjalankan kewajibannya memberikan pelayanan terbaik ke semua pengunjung tanpa diskriminasi, tercorenglah pengalaman yang tadinya sangat menyenangkan di awal.
kamipun pulang. waktu sudah menunjukkan pukul 16:50, tempatnya sudah mau tutup!
di mobil aku cuma diam. masih berusaha memadamkan lava mendidih di kepalaku meski mas-mas tadi juga sudah berusaha. selain ramah, dia sangat profesional menghadapi ketidakpuasan pelanggan. sepertinya memang dia sudah berpengalaman dalam hal ini dan janji akan menindaklanjuti dan memberi sangsi kalau perlu. bahkan katanya si petugas tadi bisa saja dipecat karena melanggar kebijakan non-diskriminasi dari perusahaan. tapi aku masih marah!
sampe rumah setelah sempat nangis untuk meluapkan emosi yang kebendung, lalu kubuka laptopku. sebelum lupa, kutuangkan semua detil cerita hari ini di blog, biar terdokumentasi dan biar aku plong dan lega. kuketik juga review dan kutulis keluhan serta pengalaman tak menyenangkan tentang tempat wisata itu di internet, supaya orang lain tahu dan bisa waspada.
ratingnya, bintang satu! ⭐
No comments:
Post a Comment