Wednesday 13 October 2021

eksekusi mati

aku berdiri termangu di depan sebuah makam berukuran besar berbatu nisan warna putih.

makam ini berbentuk persegi delapan, di atasnya ada sebuah wadah berwarna putih berbentuk persegi delapan juga. aku menoleh melihat sekitarku. sepertinya aku berada di atas sebuah bukit hijau di area pemakaman yang cukup luas dan rapi. beberapa orang terlihat berjalan berlalu lalang dalam diam. suasananya sepi senyap, meski ada begitu banyak manusia. semuanya bergerak pelan dalam diam. aku masih belum paham apa yang terjadi. seolah sebuah mesin waktu melemparku ke situ begitu saja.

pandanganku kembali kutujukan ke nisan makam di depanku.


ilustrasi


lalu perlahan kuraih wadah putih di atas nisan itu. di atasnya ada beberapa buah foto. aneh pikirku. foto-foto ini adalah foto keluargaku. bukan cuma keluarga inti tapi juga sepupu dan bude serta pakdeku. terlihat jelas foto budeku memakai syal warna biru tua melilit di lehernya, dengan senyum ceria dan rambut sedikit terkoyak ditiup angin. aku masih juga belum paham kenapa foto-foto itu ada di situ, di atas sebuah makam berukuran besar berbatu nisan warna putih.

entah berapa lama aku cuma termangu dalam diam memegang wadah berbentuk persegi delapan dengan foto-foto semua keluargaku di depannya. 

ketika tiba-tiba ada yang memanggil namaku!

kucari arah sumber suara itu. seorang laki-laki berkulit putih berambut ikal memakai jubah laboratorium warna putih, berdiri di depan sebuah bangunan bertembok putih tak jauh dari tempatku berdiri. tak kusadari kalau bangunan itu sudah berdiri kokoh di situ sedari tadi. entah kenapa aku tak melihatnya. pria berjubah itu melambai-lambaikan tangannya seolah menyuruhku datang.

aku ragu.

"ayo! sudah tiba giliranmu sekarang! cepatlah", teriaknya agak kurang sabar. beberapa orang yang berdiri di sekitarku melihatku dengan pandangan kosong. sepertinya ini hal yang sudah biasa bagi mereka. apakah mereka juga akan dipanggil seperti aku? tapi dipanggil untuk apa? aku masih belum paham.

lalu seperti ada yang membisikkan sesuatu ke kepalaku.

"ini saatnya giliranmu untuk dieksekusi mati. hampir semua keluargamu sudah jadi abu di dalam wadah berbentuk persegi delapan di tanganmu itu. kita semua sudah terkontaminasi. ngga ada jalan lain, semuanya harus mati. no way out!"

tiba-tiba aku terhenyak. hah? mati sekarang? no way out?

kuputar kepalaku ke sekeliling. baru sekarang aku sadar di mana aku berada. pemakaman itu berpagar tinggi dan dikelilingi oleh para penjaga bersenjata api. pelan-pelan kuturunkan wadah berbentuk persegi delapan dengan foto-foto itu dan kuletakkan kembali di atas nisan. aku tahu sekarang apa yang harus kulakukan.

secepat kakiku bisa bergerak, aku berlari melesat meninggalkan makan bernisan putih tadi. kuabaikan pria berjubah putih yang terlihat kaget ketika aku gagal memenuhi panggilannya untuk dieksekusi. mungkin dia hanya menjalankan perintah saja pikirku. pelaksanaannya di dalam bangunan putih itu mungkin dilakukan oleh para dokter dengan jarum suntik berisi cairan mematikan, lalu setiap orang akan dikremasi dan abunya diletakkan di wadah-wadah di atas nisan-nisan berwarna putih itu.

aku terus berlari. sadar para penjaga bersenjata akan mengejarku, karena aku sudah melawan aturan, aku berlari terus secepat kakiku bisa membawa badanku. kulewati lorong-lorong seperti labirin berpagar tinggi, menuju sebuah pintu. kudobrak pintu itu dan aku kini berada di sebuah aula luas berisi anak-anak kecil. 

apakah mereka akan dieksekusi juga?

***

aku tak ada waktu untuk berpikir. kulayangkan pandanganku ke penjuru ruangan luas itu. sepertinya ngga ada yang memerdulikan keberadaanku. mungkin aku akan aman di sini, tapi siapa jamin? kudengar derap langkah serdadu di belakangku seolah mereka mengejar seorang pelarian. kuputuskan untuk segera menjauh dari aula besar itu.

kulihat di seberang aula ada sebuah pintu lagi. mungkin itu pintu keluar. kulihat dua orang anak laki-laki mendorongnya terbuka. kuikuti mereka dari belakang. ah, ternyata area bermain. kedua anak laki-laki itu menyadari keberadaanku dan mereka pikir aku akan ikut bermain bersama. aku menggeleng. mereka mulai menarik-narik lenganku, mengajak bermain. aku kembali menggeleng. aku pelarian, aku harus lari, tak ada waktu untuk bermain. 

mereka terlihat kecewa. 

di ujung area bermain itu seperti ada lagi sebuah pintu kayu. aku segera bergegas ke sana, sebelum orang di sekitarku menyadari apa yang terjadi.

keluar dari pintu kayu, aku berada di sebuah desa. terlihat beberapa rumah di kegelapan malam. tanpa ada cahaya. mungkin pemilik-pemiliknya sudah dieksekusi mati semua, pikirku. terhenyak aku kembali mengingat foto-foto siapa saja yang ada di wadah berbentuk persegi delapan tadi. aku gagal menemukan foto bapakku.

ah, mungkin bapak masih hidup? mungkin dia ada di salah satu rumah di desa yang sangat gelap ini? aku putuskan untuk mencarinya.

kudengar ada suara mobil mendekati tempatku bersembunyi. itu mobil penjaga. mungkin sekarang semua mobil patroli dengan petugas bersenjata sudah dikerahkan untuk menangkapku!

aku harus terus berlari...

kulihat sekelilingku. aku harus menghindari jalan besar supaya mobil takkan bisa menjangkauku. maka kuputuskan untuk berlari melewati belakang rumah-rumah kosong itu, menyusuri jalan setapak yang sempit. sampailah akhirnya aku di sebuah empang kering. semacam kolam ikan di sebelah sebuah rumah yang juga sudah ditinggalkan penghuninya.

aku lelah berlari. 

kupikir di sini mungkin lebih aman untuk sembunyi. aku berjongkok di sekitar ilalang yang tumbuh lebat di pinggir kolam, dan berdiam di sana. 

entah bagaimana mereka akan menemukanku, tapi aku bertekad untuk menghindari panggilan eksekusi itu. terkontaminasi katanya? terkontaminasi apa? kenapa eksekusi cuma satu-satunya jalan keluar? apakah ini keputusan tertinggi koloni? mengapa penjaga-penjaga itu ngga ada yang dieksekusi? atau mereka menunggu giliran paling akhir, ketika semua penghuni koloni sudah mati?

siapa pemimpin koloni ini?

kepalaku berputar. kudengar suara mobil mendekat. sebuah mobil biasa, bukan mobil patroli. ada seorang sopir laki-laki dan beberapa wanita duduk di bagian belakang mobil yang terbuka tak beratap. entah kenapa mobil ini berhenti di samping kolam. apakah mereka melihatku? seoarng wanita cantik berbaju hitam berdiri dari tempat duduknya seolah ia tahu apa yang dicarinya.

matanya menerawang seluruh kolam atau empang yang kering itu. lalu si wanita ini mengambil sebuah senter dan menyalakannya. aku merunduk di dalam semak ilalang dan diam tak bergerak. cahaya senter itupun akhirnya menemukan apa yang dicari. di bawah sana, ada seorang wanita yang juga bersembunyi ketakutan dan meringkuk di atas tanah dasar kolam yang telah mengering.

lalu si wanita di atas mobil tadi tertawa.

"ngapain kamu sembunyi di situ? mending join sama kita, berpesta ria bareng-bareng sebelum kita dieksekusi sama-sama. percuma juga sembunyi, kita semua udah terkontaminasi!"

lagi-lagi kata itu disebut-sebut.

kucoba mengingat-ingat. sebetulnya apa yang sudah terjadi dengan koloni di mana kami semua tinggal dengan damai selama ini? apa yang sudah begitu dahsyatnya mengkontaminasi seluruh penghuni sehingga semuanya harus dieksekusi?

kepalaku berputar, badanku limbung. kudengar suara alarm. aku terbangun!

jam di hp-ku menunjukkan waktu sudah pagi. aku termangu sebentar, ugh, aneh sekali mimpiku tadi. begitu nyata, sampai-sampai kuingat jelas semuanya. kuraih laptop tak jauh dari tempat tidurku. meski harus terpotong-potong di sela-sela aktivitas rutin di pagi hari, mimpiku tadi malam yang sangat aneh itu akhirnya terdokumentasi. tapi aku masih belum paham apa yang terjadi. 

jangan-jangan gara-gara nonton the hunger games tempo hari?


No comments:

Post a Comment

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...