Saturday 3 August 2019

konflik tiada akhir

disclaimer: semua yang tertulis di artikel ini adalah pengalaman pribadi penulis yang dituangkan dalam bentuk catatan. artikel ini ditulis tanpa bermaksud menyinggung ajaran, keyakinan, atau pandangan politik tertentu. pembaca dilarang ngegas...

***

satu hari kira-kira duapuluh tahun yang lalu, tahun berapa tepatnya aku lupa. pas masih muda dan masih imut lah pokoknya 😜

aku lagi asyik melototin layar komputerku, ketika tiba-tiba sebuah chatting box muncul di pojok kanan bawah. seseorang di luar sana menyapaku dengan nada riang seperti biasa. "hi muslim girl, how are you?". aku tersenyum, lalu tanganku mulai memencet huruf-huruf di atas papan keyboard dan kuakhiri dengan menekan tombol enter. "hi jews, i'm well, thanks. and you?"



lalu kamipun larut dalam obrolan-obrolan ringan, kadang konyol, kadang serius. tentang apa saja. percakapan itu nyata.

***

pada suatu masa, dulu banget, aku pernah bertemen dengan seorang yahudi. teman chatting tepatnya. teman di dunia maya. aku dulu memang pernah dijuluki chatting queen oleh beberapa teman dekatku. hobi ngobrol di dunia mayaku dulu memang masuk kategori parah, stadium lanjut 🙈😆

untunglah sekarang aku sudah sembuh dari penyakit kecanduan teknologi yang satu ini. dulu paling sering sih nongkrongku di yahoo chatting forum atau group. temen chattingku banyak, dari berbagai negara dan berbagai belahan dunia. campur aduk. bahkan dulu aku sering bela-belain nongkrong di warnet cuma buat chatting sepulang kerja. ya maklum, namanya juga masih single dan jomblo, pulang kerja kalo ga jalan-jalan ke mall ya ngewarnet.

ini pas jaman masih kerja di bekasi...

dengan temanku ini, kami juga pastinya ngebahas hal-hal sensitif yang sering digembar-gemborkan oleh media dan menjadi topik kontroversi umum. apalagi kalau bukan soal pandangan ekstrim terhadap konflik tak berkesudahan antara palestina dan israel.

topiknya berattttt! 😹

***

alasanku tertarik untuk temenan ama dia juga karna penasaran sih. pengin tau aja gitu pandangan orang sana itu apa bener seperti yang diberitakan media. trus, apa bener, karakter orang-orangnya juga seperti yang diberitakan media. itu aja sih.

kan kadang media suka asal ya, melebih-lebihkan fakta atau menutup-nutupinya untuk sekedar laku jualan berita.

dan waktu itu aku belum pernah keluar negeri lho, blas sama sekali. punya paspor aja ngga. ini waktu baru awal-awal kerja dan memang belum pernah pergi kemana-mana. jangankan eropa, ke negara tetangga aja waktu itu ngga berani mimpi. jangankan keluar negeri, waktu itu aja aku blom pernah pergi ke bali. ndeso banget lah 😊

makanya, satu-satunya caraku untuk tahu apa yang terjadi di dunia luar, ya lewat chatting box. kenalan ama orang-orang dari luar negeri dan nanya-nanya pandangan-pandangan mereka tentang topik-topik tertentu. pas ketemu orang yahudi ini, meski awalnya agak gimanaaa gitu, karena seperti kita tahu, kepala kita udah terlalu lama dicekoki informasi-informasi yang mungkin saja ngga 100% benar, valid, atau menggambarkan kondisi yang sebenarnya jadi bisa saja salah. makanya sempat was-was juga. tapi setelah mulai ngobrol, ternyata ya biasa aja tuh.

sama-sama manusia, sama-sama punya opini dan pandangan tentang topik apa aja.

yang menarik, meski di awal-awal tadinya agak canggung, lama kelamaan kami berteman akrab juga. selain ngobrol topik-topik ringan, aku juga sering bertanya banyak hal soal pandangan-pandangan dia terhadap beberapa topik sensitif termasuk tentang palestina.

dan sebaliknya, dia juga sering bertanya mengenai pandangan-pandanganku maupun pandangan-pandangan bangsa kita pada umumnya, terhadap bangsa yahudi. dari sekedar obrolan ringan diselipi guyonan-guyonan, sampai serius bahkan kadang pernah juga kayak berantem kalau kami sama-sama ngotot dengan pandangan kami masing-masing.

tapi besoknya udah haha hihi lagi.

***



sekilas, banyak hal-hal yang berhasil aku klarifikasi.

meski dari latar belakang serta asal usul, kami berdua kayak yin dan yang, kayak air ama minyak, tapi pola pikir kami ternyata agak-agak mirip. kami setuju soal kerancuan topik-topik seputar konflik tak berkesudahan antara israel dan palestina, tentang sejarah jerusalem, yang akan selalu dibicarakan non stop meski blom pernah ada solusi konkrit. lalu kami tertawa-tawa ngobrolin topik-topik ringan lainnya.

dari dia juga aku tahu kalau orang-orang israel yang sudah bermukim dan terlahir di sana, pasti akan berpandangan serupa, apalagi mereka yang jarang travelling. rata-rata jadi seperti katak dalam tempurung gitu, mudah termakan isu propaganda mengenai konflik dengan palestina, dan jadi membenci satu sama lain sampai mendarah daging.

teman chattingku ini aslinya dari tel aviv. tapi domisili dia di afrika selatan udah lama tinggal dan kerja di sana jadi udah lebih terbuka cara berpikirnya dibandingkan mereka yang jarang keluar negeri. itu kata dia sih. pandangannya tentang topik-topik kontroversial juga menjadi agak luas dan lebih ngga berpihak. kalau ngga gitu, mana mau dia ngobrol sama aku kalau tahu aku orang indonesia.

trus kata dia, tetangga sebelah rumah dia di afrika selatan sana juga keluarga muslim dari bangladesh yang migrasi ke afrika selatan dan udah beranak pinak. katanya dia malah sering diundang ke rumah keluarga itu untuk ngobrol dan makan-makan bersama. santai aja.

meski menurut dia, kalau ortunya yang masih di tel aviv tahu kalau ia berteman dengan keluarga muslim, katanya mereka pasti berang dan ngga akan pernah ngerti atau paham sebab musababnya. sejak kecil, mereka sudah diajarkan untuk membenci semua yang berbau islam. sebaliknya menurut dia, orang palestina pun demikian, sejak kecil anak-anak mereka sudah diajarkan untuk membenci semua yang berbau yahudi. tanpa sebab musabab, pokoknya benci aja dan jangan dekat-dekat, apalagi berteman!

hmmm... 😕

***

dari pembicaraan itu, kukejar lagi dia dengan pertanyaan pamungkasku, "trus, kamu ngobrol ama aku gini kalo keluarga kamu tahu, mereka bakalan gimana?"

"wooo, pasti matilah!" jawabnya. "hah?! serius? segitunya?" tanyaku panik.

"hehehe, ya mungkin ngga sefrontal itu sih" jawabnya sambil terkekeh, "tapi yang pasti mamahku akan nangis sedih banget, karna ajaran dia selama ini ngga aku dengerin."

"ajaran untuk ngga berteman dan ngga dekat-dekat ama semua yang berbau islam?"

"iya" jawabnya lirih. "ganti topik yuk!" cepat-cepat dia menghindar sebelum aku bertanya lebih lanjut.

hmm, sedih juga ya guys... segitunya 😢

***

meski pernah akrab di dunia maya, kami sama sekali ngga pernah ketemu muka, sampai sekarang. dulu sempat pernah bikin janji ketemu ketika dia tahu kalau aku ngelanjutin kuliah ke eropa. tapi entah kenapa akhirnya niat itu batal. lambat laun dengan kesibukan perkuliahan, kami makin jarang bertegur sapa lagi, karna aku jadi jarang online chatting lagi. apalagi setelah lulus lalu aku kerja, nikah, punya anak, ngurus keluarga. hilang kontak deh.

entah ada di mana dia sekarang.

masih kuingat jelas, apapun yang kami obrolin waktu itu, ujung-ujungnya selalu berakhir dengan membahas topik yang lebih serius tentang konflik yang tak berkesudahan, israel palestina.


meski urusan ini sudah diulas jutaan kali, dimuat dalam jutaan artikel media, dibahas dari jutaan sudut pandang. tapi menurut dia semua informasi itu ngga bisa nggambarin kenyataan yang sebenarnya. bukan soal keberpihakan semata, karena berpihak pun ngga bakalan ngebantu juga menurut dia. yang bisa kita lakukan mentok-mentoknya ya paling nyumbang dana kemanusiaan bagi korban konflik tak berkesudahan ini. sama lah kayak korban konflik politik di mana-mana atau korban bencana alam.

selebihnya, kita semua ngga punya daya.

kami juga setuju kalau konflik yang satu ini memang paling unik. kalau di tempat lain minimal ada harapan untuk berakhir, tapi konflik di tanah ini disinyalir ngga akan ada akhirnya. kayak udah dikutuk gitu. berjuta kali orang akan melihat sejarah mulai berdirinya negara israel, lalu mundur sebelum masa itu. lalu akan dibahas mengenai status kepemilikan tanah, mengenai asal muasal suku-suku, mengenai tradisi yang usianya sudah ribuan tahun.

lalu mentok lagi.

apalagi ditambah dengan berbagai kejadian yang terjadi silih berganti di berbagai belahan dunia lainnya. pertikaian antar pemeluk keyakinan yang berbeda, berita-berita sedih tentang tragedi-tragedi kemanusiaan akibat kebencian terhadap salah satu kaum, dll.

meski terkadang cuma sekeping kisah kecil di antara gempuran berbagai macam kejadian yang datang silih berganti, kami berkesimpulan kalau suguhan berita itu biasanya memberikan informasi yang ga pernah utuh, yang terkadang malah menambah keruh situasi. karna kita semua ngga akan pernah tahu fakta sebenarnya.

dan sementara di tempat lain saudara-saudara kita berkonflik, kita hanya bisa membaca beritanya saja sambil tetap hidup normal. karena kita sedang merasakan nikmatnya perdamaian jadi ga akan pernah tau apa yang sedang dirasakan mereka yang terjebak di wilayah konflik semacam israel-palestina yang sudah lumayan berumur ini.

***

sejak aku kecil, sudah sering kulihat penyiar dunia dalam berita jam 9 malam di tvri, saluran tv satu-satunya kala itu, membacakan berita konflik di jalur gaza dan tepi barat. berita-berita ini sudah lama menghiasi layar kaca. mungkin kekejaman perang waktu itu dan sekarang juga ga jauh beda. tapi saat itu karena durasi berita hanya beberapa menit saja, jadi ya cuma bersifat informatif. pun setelah ada beberapa tv swasta.

jaman sekarang dengan adanya internet, akses informasi demikian pesatnya.

pemberitaan mengenai konflik-konflik dan tragedi kemanusiaan pun dengan mudahnya bisa kita akses. terkadang sebagai seorang ibu, hatiku seringkali tersayat dan pedih, membayangkan jika tragedi itu terjadi padaku, pada keluarga kecilku, pada anakku. tapi  media memang hobinya membombardir kita dengan berita-berita konflik. maklumlah jaman sekarang, kamera selalu ada di genggaman tangan, upload foto cuma perlu waktu sekian detik saja.

kita pun terjebak cuma jadi konsumen media tanpa bisa berbuat banyak.

dan mengenai konflik israel-palestina yang sepertinya belum akan ketemu solusinya ini, akupun berkesimpulan bahwa konflik ini bukanlah soal keberpihakan, tapi soal memahami. karna sejujurnya kita pun ngga bisa berbuat apa-apa.

bagi kalian yang terketuk hati dan ingin berbuat sesuatu yang konkrit semacam nyumbang dana kemanusiaan, ya silahkan saja. aku juga kadang ikutan nyumbang langsung ke palang merah internasional. soal sumbangannya akan tersalurkan ke yang berhak atau malah disalahgunakan ya itu masalah beda lagi. kalau sudah ikhlas nyumbang, ya sudah.

dan setelah beberapa saat berteman di dunia maya dengan seorang yahudi, aku jadi lebih tahu dan paham, kalau konflik tiada akhir antara kedua bangsa yang dulu-dulunya masih bersaudara ini, bukanlah konflik tentang agama. bukan pula tentang maju perang untuk memutuskan siapa yang bakal menang, dan juga bukan lagi tentang krisis kemanusiaan semata.

tapi konflik ini memang terjadi karena memperebutkan sesuatu yang sangat fundamental, yang terkadang orang-orang sering lupa akibat provokasi media, yaitu rebutan tanah.

lebih tepatnya, tanah air!


2 comments:

  1. Aku juga berpikiran yang sama lho, mbak. Jadi merasa beruntung bisa merantau ke negara lain ya walaupun cuma di Kuala Lumpur, Malaysia, aja hehehe. Semakin jauh kita merantau, semakin terbuka pikiran kita kalau dunia ini bukan cuma seluas kampung kita sendiri.

    ReplyDelete
    Replies
    1. syukurlah, banyak yang mengamini. makin jauh berkelana memang makin membuka cara pandang dan cara berpikir kita, walaupun ngga semua kasus seperti itu. apalagi kalau berkelananya ke tempat yang 'salah' dan belajar hal-hal yang kurang baik. pulang-pulang malah berbuat onar ya :-) makasih masih setia mampir kemari, salam hormat untuk semua keluarga di Malaysia.

      Delete

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...