"A one-hit wonder is any entity that achieves mainstream popularity, often for only one piece of work, and becomes known among the general public solely for that momentary success. The term is most commonly used in regard to music performers with only one hit single that overshadows their other work. Some artists dubbed "one-hit wonders" in a particular country had achieved success in other countries. Music artists with subsequent popular albums and hit listings are not properly considered a one-hit wonder, although artists with multiple hits have sometimes been erroneously labelled as "one-hit wonders" if one particular hit has become much more well-remembered years or decades later than their other hits. One-hit wonders usually see their popularity decreasing after their hit listing, and most often never return to hit listings with other songs or albums."
menurut wikipedia, one-hit wonder itu artinya kurlebnya begini: apapun yang mencapai tingkat popularitas, seringnya cuma untuk satu kali karya atau aksi, dan menjadi terkenal di kalangan khalayak umum cuma untuk sekali kesuksesan itu saja. istilah ini biasanya dipake oleh para pemusik dengan cuma satu lagu hit yang populer dan menutupi karya-karya lainnya. beberapa artis yang dijuluki one-hit wonder di beberapa negara sebetulnya juga mencapai kesuksesan pula di negara lainnya. tapi pemusik dengan beberapa album yang populer dan lagu hits sebenarnya ngga bisa dilabeli one-hit wonders kalau satu lagu hit-nya masih cukup populer beberapa tahun ke depan bahkan di dekade berikutnya. istilah ini biasanya dipake untuk lagu-lagu yang setelah melalui masa jayanya akan menurun kepopulerannya dan ngga pernah balik populer lagi.
ini kira-kira beberapa contoh dari lagu-lagu yang didaftar oleh tautan wiki di atas, di mana judul lagu dan artis-artis ini masuk jajaran kategori yang dilabeli one-hit-wonder.
contoh lagu-lagu yang hit cuma sekali doank di inggris |
nah, apa hubungannya hal beginian sama diriku? artis bukan, penyanyi bukanπ
meski aku cuma orang awam seperti halnya kalian para pembaca setia blog ini, yang kudu kerja dari pagi sampe sore nunggu gaji bulanan begitu ditransfer langsung abis lagi π, aku juga punya semacam one-hit wonder lho, kalau dipikir-pikir. meski sesuatunya itu bukan berupa karya seni, atau lagu. dan sama sekali ngga populer juga π
jujur saja ini aku ngarang-ngarang sendiri sih. yah harap maklum namanya juga iseng π kalau kurang tepat istilahnya mohon dimaapkan. tapi di dalam kehidupanku pribadi, yang kusebut one-hit wonder ku yang satu ini memang paling popluer untuk kuceritakan dan menjadi salah satu kebanggaan pencapaian dalam hidupku meski aksi ini cuma pernah kulakukan satu kali saja dan engga pernah terulang lagi, sampai sekarang.
apakah itu?
aksi one-hit wonder yang pernah kulakukan cuma sekali dalam hidupku adalah naik gunung! kalau kalian pendaki handal, jangan diketawain ya. apalagi kalian yang naik turun gunung udah kayak monyet saking gesitnya hehe. naik gunungku ini penuh penderitaan, pengorbanan, dan kesakitan. tapi aku berhasil mencapai puncak meski paling terakhir nyampenya, dan berhasil turun meski juga paling akhir nyampe ke bawahnya hehe π
gitu kok bangga #keplak
teman-teman serombonganku mungkin dalam hati udah sumpah serapah nyumpahin aku yang lemot dan kecepatan jalan kakinya kayak siput merayap pelan mendaki, dan merayap pelan pula pas turun. karena mereka kan harus nungguin dengan sabar. maafkan aku ya, teman-teman semuanya. karena sudah merepotkan! π
ini cerita komplitnya #gelar_tikar
***
alkisah waktu itu tahun 1993, doh jadul banget π
aku udah lulus sma dan mulai perkuliahan di sebuah lembaga pendidikan tinggi setingkat d3 di jogja, di bawah naungan sebuah lembaga kementrian milik pemerintah. dari 36 orang satu angkatan itu cuma ada 3 orang cewek, lainnya cowok semua. karena kami mahasiswa mahasiswi baru, di awal-awal perkuliahan tentu saja kami kudu melewati masa-masa adaptasi dengan program ospek atau orientasi dan pengarahan untuk penerimaan perkuliahan baru tahun itu.
setelah melewati masa ospek selama seminggu apa ya, angkatan kamipun mulai akrab dengan kakak-kakak kelas yang sudah masuk tahun kedua ketiga dan seterusnya di perkuliahan itu. sementara kami memang baru mulai masuk tahun pertama.
nah, namanya juga kampus ya, pasti ada saja jenis-jenis aktivitas lainnya selain cuma kuliah dan bikin pr!
di kampus itu juga ada beberapa kegiatan extra kurikuler yang bisa kami ikuti meski engga wajib hukumnya. salah satu di antaranya adalah ada kelompok pecinta alam. kelompok ini isinya mahasiswa mahasiswi yang bermental baja, berfisik kuat dan fit karena mereka memang hobinya naik turun gunung. sebagai angkatan baru, kami semuapun diberikan kesempatan untuk bergabung.
dan acara pertama mereka adalah pendakian ke gunung lawu yang jaraknya kurleb 2.5 jam naik mobil dari kampus kami. tapi namanya juga mahasiswa, waktu itu transportnya ya naik angkutan umum yang pastinya jadi lebih jauh jarak dan waktu tempuhnya. wajar saja karena kami semua kudu ngumpul dulu di kampus, diabsen dulu, trus kudu ke terminal bis, nunggu bis, bisnya mogok hehe eh becanda dink, waktu itu bisnya ngga pake mogok sih, dan masih kudu gelantungan di bis kalau ngga dapet tempat duduk karena kami perginya serombongan.
aku lupa persisnya serombongan berapa orang ya, tapi kayaknya ada sekitaran 20-an orang deh waktu itu. campur angkatan tahun pertama, kedua dan tahun akhir. jadi memang kakak kelas kami yang mengorganisir semua keperluan untuk naik gunung ini, dari nyiapin parafin, walkie talkie, dll. sementara aku dan beberapa teman seangkatan pokoknya cuma disuruh nyiapin jaket tebal, tas ransel dan bawa makanan buat bekal, udah gitu aja.
satu hal yang sampai saat ini aku nyesel adalah, kenapa engga ada yang bilang kalau fisik juga kudu persiapan? π
kupikir umurku waktu itu masih 17 tahun ya, baru lulus sma (iya aku memang salah satu murid termuda di sekolah, jadi umur 17 udah lulus donk). jadi badanku harusnya masih kuat dan fit ya. padahal salah besar! ternyata meski masih muda juga engga njamin bisa naik turun gunung dengan sukses. yang ada malah menderita sepanjang perjalanan sampai akhirnya turun lagi dan balik ke kos-kosan. seminggu lebih kayaknya badanku rasanya hancur remuk sampai ke tulang-tulang gara-gara naik gunung yang one-hit-wonder ini. kapok parah! π
nah, dari jogja, kami pun berangkat ke titik awal pendakian gunung lawu. panitia memutuskan untuk naik dari cemara kandang, dan turunnya nanti ke cemara sewu. kurang lebihnya jalut pendakiannya seperti peta yang kucomot dari google map di bawah ini. gampang dan lurus doank gitu padahal ya.
tapi ternyata, engga sesimpel itu gais!
jalur pendakian gunung lawu |
***
setelah semua urusan pendaftaran administrasi di cemara kandang beres, karena sebelum naik kami semua wajib lapor ngasih tau nama dan detil lainnya yang sudah dikoordinir juga oleh salah satu panitia dari tim pecinta alam kampusku ini, kamipun beranjak mulai mendaki.
sialnya, itu udah malam!
memang target pendakian dari awal sudah diniatkan untuk sampai ke puncak lawu pas matahari terbit sih, makanya kami memulai pendakian di malam hari. berangkat dari kampus pas siang, naik bis dan kendaraan transport lain yang lebih kecil untuk sampai ke pos awal pendakian di cemara kandang haripun sudah mulai gelap.
di sekitaran kami ya udah ngga kelihatan apapun. yang ada cuma bayang-bayang pohon dan tumbuhan semak yang hitam dan seram. untungnya di rombongan sudah banyak pendaki ulung yang berpengalaman. mereka bawa senter dan alat-alat lain untuk menerangi jalur pendakian kami. waktu itu bukan cuma rombongan kampus kami yang memutuskan untuk naik lawu di hari itu. ada beberapa rombongan lain juga yang berbeda-beda jumlah orangnya.
memoriku sudah ngga begitu ingat detil-detil kejadian karena waktu itu mikirnya, asik naik gunung nih pertama kali, semangat!!! πͺ
eh, baru jalan kaki beberapa ratus meter dan jalur pendakian mulai menanjak curam, dramaku pun dimulai, aku kehabisan oksigen donk! leherku rasanya kayak kecekik, dan aku kayak ngga bisa napas! tersengal-sengal gitu sampe batuk-batuk saking ngap-ngapannya. malu-maluin yekan, padahal temen-temen yang lain ngga kenapa-kenapa. tapi dasarnya aku memang benar-benar awam dengan yang namanya mendaki gunung, blas aku ngga punya pembekalan ilmu sama sekali. kirain naik gunung cuma jalan gitu aja kan gampang, apa susahnya. ternyata aku salah π
badanku waktu itu syok alias ngga terbiasa berada di ketinggian tertentu dari atas permukaan laut. jadi ketika lapisan oksigen menipis, aku kesulitan napas. setelah istirahat sebentar dan ngatur teknik napasku, akhirnya perjalanan dilanjutkan. bayangkan betapa dongkolnya anggota rombongan yang lain yang pengin segera nyampe ke puncak, kudu terpaksa dikit-dikit berhenti karena aku yang sangat lelet dan ngga kuatan.
akhirnya kebijakan pun diambil oleh ketua panitia. mereka-mereka yang sudah mahir dan secara fisik jauh lebih kuat dari aku, dipisah jadi rombongan terdepan. tetap yang paling depan dan yang paling belakang pakai walkie talkie, jadi kami semua tetap berada di satu grup jangan sampai ada yang terpencar atau tersesat. itu sebelum aku paham beberapa tahun kemudian yang ternyata memang banyak cerita serem dan mistis di seputaran lawu yang ngga sedikit sudah memakan korban para pendaki yang tersesat atau hilang.
ih serem!
karena aku adalah peserta yang paling lelet, akupun ditemani beberapa kakak kelas yang dengan ikhlas mau nemani aku dan bertanggung jawab dari segi keselamatan anggota regu, grup siput inipun akhirnya merayap pelan menuju ke atas meski sebentar-sebentar harus istirahat.
waktu itu aku belum tau dan paham kalau salah satu penyebab kenapa jaman sma aku selalu paling akhir di semua cabang olahraga, kenapa ketika jaman kuliah dan diajak naik gunung ini aku juga paling lambat jalannya, dan ketika aku kerja di bekasi beberapa kali terkena penyakit batuk, baru ketika aku menetap di inggris dan kondisiku dicek, ternyata memang kapasitas paru-paruku di bawah kapasitas manusia normal (pernah kubahas di tulisan ini). pantesan π
tapi waktu naik lawu itu, teman-temanku ya tahunya aku lelet karena itu pengalaman pertama kalinya aku naik gunung, jadi wajar saja kalau aku pelan sekali jalannya.
naik gunung di malam hari, engga banyak yang bisa diingat, semuanya gelap!
sementara jalur pendakian menanjak terus, yang kuingat cuma aku kudu tetep menapakkan kakiku, setapak demi setapak sambil mencoba membawa beban badan sendiri buat dibawa naik terus dan terus dan terus. sampai akhirnya tiba-tiba jalanannya engga menanjak lagi. itu sekitaran jam 3-4 pagi deh. kami nyampe di semacam basecamp gitu yang ada beberapa tempat berlindung semacam gardu, karena suhu makin turun kalau ngga salah sampai ke 4 derajat selsius.
sekarang karena aku tinggal di eropa, suhu minus pun udah biasa ya.
tapi waktu jaman kuliah itu mana pernah aku ngalamin berada di suhu satu digit begitu. badanku menggigil parah. temen-temenkupun ngasih aku kesempatan untuk menghangatkan diri di parafin api unggun yang dibakar di tengah-tengah gardu tempat kami istirahat itu. mereka bilang kalau puncah lawu engga begitu jauh lagi, entah beneran atau mereka cuma mau menyemangati aku yang sudah terlihat sangat kepayahan selama pendakian yang sangat menguras fisik dan mentalku ini.
akhirnya grup tercepat dan grup tengah-tengah pun berangkat lagi. grup siput menyusul ngga lama kemudian. makin mendekati puncak, jenis tumbuhan yang tadinya tinggi-tinggi, besar-besar dan terlihat seram karena bayangan pohon itu sendiri di malam hari, mulai jarang terlihat. yang ada cuma semak belukar dan rimbunan hijau di sana sini.
selang beberapa jam kemudian dengan terseok-seok, langit di ufuk timurpun mulai berubah warna. matahari mulai terbit di cakrawala!
tapi karena rombongan siput yang jalannya pelan ini belum juga nyampe ke puncak, akhirnya aku dan rombongan leletku menikmati matahari terbit dari tempat kami berada waktu itu. istimewa sih iya, tapi karena badanku terlalu kepayahan dan kecapean, sangat sulit untuk pada waktu yang sama menikmati keindahan alam di sekelilingku. masih bisa jalan aja udah sukur istilahnya. boro-boro mikir menikmati pemandangan.
kami pun berjalan lagi. kali ini menuju puncak.
langit pelan-pelan berubah warna semakin terang. pagi pun sudah datang. disitulah aku baru sadar kalau ternyata semak-semak belukar yang berada di daerah sekitaran puncak lawu itu adalah semak edelweis. akupun menjadi agak bersemangat karena bisa melihat, meraba dan mencium bau bunga edelweis secara langsung. seperti ada aliran semangat baru menjalar ke tubuhku, kupaksa badanku untuk terus melangkah menuju puncak hargo dumilah.
puncak lawu |
setelah bersusah payah berjalan mendaki selama berjam-jam, akhirnya sampai juga kami ke puncak. teman-teman serombongan yang tentunya sudah nyampe terlebih dahulu, semuanya pada sibuk masak-masak mie instan dan sibuk makan. mereka sudah berjam-jam di puncak dan sudah cukup lama beristirahat sementara kami baru sampai.
merekapun pamit untuk turun duluan. kali ini melalui jalur yang berbeda menuju ke cemara sewu. setelah aku cukup istirahat dan makan mie instan serta minum secukupnya, rombongan siput pun mulai turun. jalur pendakian dari cemara kandang cenderung landai, beda dengan jalur turun melalui cemara sewu ternyata cukup curam. bagi pendaki yang sudah mahir, mungkin mereka milih mendaki dari cemara sewu supaya lebih menantang. tapi bagi pemula, memang baiknya pilih jalur landai untuk naik, dan jalur curam untuk turun supaya lebih cepat mungkin ya.
kalau pas naik malam harinya aku sangat kepayahan karena tubuhku ngos-ngosan dibawa mendaki, pas turun ternyata juga ngga seganpang yang kupikirkan. meski karena jalurnya cukup curam dan mereka yang bisa lari dengan cepat bisa sampai ke bawah dalam wkatu yang lumayan singkat, bagiku turun gunung lawu ini juga merupakan pengalaman pertama kali.
rontok rasanya badan ini dihentak-hentakkan gerakan kaki yang terus melangkah setapak demi setapak melewati bebatuan cadas di jalur sempit dan curam menuju ke kaki gunung di bawah sana.
dengan penuh kepayahan, rasa sakit yang luar biasa di semua persendian karena memang badanku sama sekali ngga berotot dan sangat lembek, akhirnya aku nyampe juga ke bawah.
ngga sempat istirahat karena semua rombongan sudah nunggu lumayan lama sampai aku dan rombongan paling pelan turun ke pos di cemara sewu, kamipun langsung cabut pulang kalau ngga mau kemalaman sampe ke jogja.
di sepanjang perjalanan, aku cuma bisa tidur. sampe di jogja, dengan terseok-seok, kupaksa tubuhku untuk melangkah pulang ke kamar kos, mandi, lalu tidur lagi. keesokan paginya, hampir-hampir aku ngga bisa bangun karena semua tulang otot dan persendian remuk semua rasanya. seingatku butuh sekitaran dua mingguan sampai badanku kembali normal.
apakah aku kapok naik gunung?
sepertinya sih iya π karena sejak naik gunung lawu di tahun pertama perkuliahan di jogja itu, aku belum pernah lagi melakukan hal serupa. makanya cerita pengalaman mendaki lawu ini kusebutnya pengalaman one-hit-wonder ku. cuma pernah terjadi satu kali saja, ngga lagi-lagi.
eh, belum tentu dink. siapa tahu satu hari nanti aku akan mendaki gunung lagi. tapi kali ini fisikku akan lebih siap sejak aku rutin nge-gym dan membangun massa otot. mudah-mudahan pengalaman naik gunungku yang kedua nanti akan lebih bermakna dan berarti. tanpa badan jadi remuk lagi.
kira-kira yang kedua nanti gunung apa ya π
No comments:
Post a Comment