Thursday 24 April 2014

beda umur

"mbak beda umur berapa sih sama suami?" 

lontaran pertanyaan yang tidak sekali dua kali pernah mampir ke telingaku. nadanya sih kepo yah, tapi dasarnya orang indonesia mah pertanyaan begitu dianggapnya wajar dan normal saja. padahal di negeri bule sini, nanya umur itu termasuk tabu lho, dan sangat tidak sopan, jadi sangat tidak dianjurkan!

ketika akhirnya kujawab, "beda empat tahun tuaan suami, kenapa emangnya?"


"oh, cuma beda empat tahun ya. ideal donk yah".

"iya, ideal", [dalam hati] "mau lo emang beda berapa?"

***

suka duka nikah dengan bule, memang terkadang nemu hal-hal yang unik, gemesin, kadang menjengkelkan. stereotype atau anggapan (salah kaprah) yang terlanjur melekat kuat bahwa cewe asia itu kalo kawin sama bule pasti dapetnya kebanyakan sama yang tua beda umur jauh dan perutnya buncit. trus dikata-katain, diomongin dan digosipin di acara arisan deh, yang cuma ngejar bule-nya aja lah, yang ga peduli tua asal bule lah, yang ini lah yang itu lah. dan lalu ketika ada yang tidak seperti itu mereka pun terheran-heran!

[nanti bahasan mengenai CACB -cewe asia cowo bule- aku tulis pisah yah, bakal seru lhoh! - so stay tuned] - sudah terbit postingan berjudul bule hunter! dijamin seru ^_^

memang sih ada, dan ga sedikit juga perempuan asia (indonesia) yang bersuamikan orang asing yang beda umurnya lumayan banyak. tapi kan itu ga cuma terjadi antara pasangan cacb saja, di indonesia yang pasangannya beda umur jauh juga ada, banyak malah. kenapa ga dikatain dan digosipin hayo. ga usah jauh-jauh, beda umur bapak-ibuku mungkin bisa bikin kalian pingsan kalau aku kasih tau.

[kasih tau ga yah] *disambit pembaca*

dulu bapakku itu temen mainnya kakekku, bapaknya ibu, mereka tetanggaan. tapi ibu tinggal sama nenek karena mereka pisah dan kakek nikah lagi. dan dulu itu ibuku pernah diajar bapak, karena bapakku guru smp (pensiun tahun 1987 dan sekarang sudah almarhum) *miss you dad*

sementara karena setelah lulus smp (eh ga sampai lulus deh, ga ikut ujian katanya) ibuku langsung kerja, maka sama kakekku ibu lalu dijodohin sama bapak. dasarnya orang jaman dulu dan anak penurut, ya ibu nurut aja disuruh kawin sama mantan gurunya, meski beda umurnya jauh sekali. ya maklum kan emang bapak sepantaran kakek.

[jadi beda umurnya berapa sihhhhh]

***

sabar ya pemirsa, hihihi....

meski beda umur jauh, tapi kehidupan rumah tangga keluarga kami asik-asik aja tuh. yah pasti ada lah percikan di sana sini namanya juga suami istri beranak enam, tapi dasarnya bapakku itu orang paling adem dan cool sedunia tak ada tandingannya, maka semua masalah ya berakhir dengan adem ayem juga. paling ibuku yang seringnya ngomel-ngomel ga berujung tapi ga ada yang ngedengerin, hihihi.

bercermin dari kehidupan rumah tangga orang tuaku sendiri itulah aku bisa menyimpulkan kalau perbedaan umur sejauh apapun terbukti tidak berpengaruh banyak dan tidak terlalu signifikan terhadap kehidupan rumah tangga sebuah pasangan suami istri. 

sayangnya di masyarakat kita perbedaan umur yang terlalu jauh masih dianggap masalah, masih dipergunjingkan, dan masih dianggap hal yang tidak lumrah. lebih-lebih tadi, kalau salah satunya beda warga negara dan berkulit putih, lalu gosipnya dikait-kaitkan dengan hal-hal aneh yang lain!

mungkin dulu ibu-bapakku juga sempat jadi bahan gunjingan di awal-awal pernikahan mereka yah. ih, kok mau sih sama mantan gurunya. ih, kok mau sih nikah sama orang tua. ih kok begini ih kok begitu. mungkin aku saja yang belum pernah mendengarnya langsung, karena ketika kami beranjak dewasa dan mulai memahami sedikit soal kehidupan, perbedaan usia antara ibu-bapakku ga terlihat terlalu menyolok lagi sih. karena bapak awet muda, jadi lama-lama mereka berdua terlihat seperti pasangan-pasangan lain yang beda umurnya wajar.

jadi, beda umurnya berapa? #hehehe pada penasaran yah

waktu mereka menikah, bokap berumur 42 tahun (lahir tahun 1931, nikah 1973, kakak tertua lahir 1974). sementara nyokap waktu itu baru berumur 19 tahun saja, pemirsa! hayo itung, bedanya berapa? 

yup, mereka beda 23 tahun! dua puluh tiga tahun lho pemirsa, bayangkan!!! *menatap awan*

aneh banget ga sih. coba pikir gini, sama saja nih ya semisal ada yang ngomong ke bapakku pas baru umur 23 tahun dibilangin nantinya 19 tahun lagi kamu akan nikah sama bayi yang baru lahir ini, alias ibuku. siapa yang mau percaya, coba! tapi namanya jodoh kan, 19 tahun kemudian si bayi menjelma jadi ibuku dan menikahlah mereka pas bapakku umur 42. 

untunglah setahun kemudian mereka langsung dikaruniai buah hati yah, lalu non-stop ibuku sibuk melahirkan sampai enam kali dari umur 20-30 tahun. produktif sekali memang. jadi sebelum meninggal bapakku masih sempat merasakan mempunyai seorang cucu, meski cucu pertamanya justru anak dari adikku sih, bukan kakakku. 

ini juga yang membuatku merasa sedikit lega ketika aku dan suamiku (yang cuma beda umur 4 tahun itu tadi) dikarunia anak kami yang pertama ketika umur kami berdua sama-sama tak muda lagi. ketika ibuku umur 30 tahun sudah beranak enam, aku baru melahirkan anak pertama ketika sudah berumur 38 dan suami 42. tapi aku yakin, sama halnya dengan usia bapakku, belumlah terlalu terlambat untuk mempunyai anak di usia segini, karena kalau usia harapan hidup di negeri inggris sini bisa lebih dari usia harapan hidup di indonesia, maka aku yakin suamiku dan aku jika diberi umur panjang (aminnnn), akan bisa menikmati hidup bersama cucu-cucu kami nantinya.

selain kasus bapak-ibuku di atas, aku juga tahu betul masih banyak pasangan-pasangan lain yang beda umurnya jauh banget dan mereka hepi-hepi saja tuh. ada yang beda 17 tahun *you know who you are - wink*, ada yang beda 13 tahun dengan suaminya, 8 tahun, dll. bahkan aku punya teman yang istrinya malah lebih tua. ga masalah tuh.

***

kembali ke bule...

lalu kenapa kalau yang beda umur jauh itu pasangan cacb, orang memandang sebelah mata yah. apa kalau bulenya tua trus ga berhak untuk nikah gitu? apa kalau cewenya muda, ga boleh suka sama bule tua gitu? ga ngerti deh...

tapi mungkin nih...

jujur saja banyak juga sih yang motivasi untuk menggaet dan menikahi bulenya bukan karena ada rasa di hati atau tumbuhnya cinta, tapi ada demi-demi yang lain. demi status lah, demi peningkatan taraf hidup lah, demi gengsi lah, demi bisa tinggal di luar negerilah, demi kelihatan keren lah, demi yang penting dapet bule lah, demi perbaikan keturunan lah, dan demi-demi yang lain. 

ya mau bilang apa. memang ada dan ga sedikit sih yang seperti itu, makanya lalu orang beranggapan semua pasangan cacb itu seperti itu, pukul rata ga pandang bulu!

lalu kesian jadinya pasangan cacb yang kebetulan suaminya memang jauh lebih tua, tapi menikah karena cinta. mau teriak sekuat tenaga juga ga ada yang percaya toh. lha sudah terlanjur dicap duluan.

kesian juga yang pasangannya ga beda jauh umurnya seperti aku dan suamiku, tapi karena dasarnya wajah asia itu awet muda jadi aku selalu dikira 10-15 tahun lebih muda dari umurku sebenarnya bahkan ketika masuk kantor pertama kali dikira baru lulus kuliah #ihiy, dan bersuamikan bule yang notabene memang banyak yang berwajah boros alias terlihat (agak) lebih tua dari umur sebenarnya *dijitak suami*. apalagi suamiku dari kuliah katanya sudah ubanan! #hihihi

jadinya meski kami [cuma] beda empat tahun, yang mana di indonesia itu sungguh sangat ideal sekali, kalau jalan berdua jangan-jangan mungkin kami masih saja terlihat seperti pasangan cacb yang sering dipergunjingkan itu tadi karena beda umurnya jauh gitu apa yah, sampe mereka penasaran dan tak segan-segan bertanya.

"mbak beda umur berapa sih sama suami?" 

lain kali mungkin aku bohong saja yah, beda 20 tahun! biar puas mereka....#hahaha

4 comments:

  1. mbak, suka *lagi-lagi sama tulisan yg bilang harapan hidup di inggris lebih tinggi, aku juga kemungkinan kalau Tuhan mengizinkan bakal punya anak di atas 30, tapi demi melihat harapan hidup disini yg lebih tinggi dari indonesia plus anak dari pr dijamin pemerintah jadinya nggak cemas kalau dengar omongan teman-temanku yang "pengen punya anak cepat biar pas anaknya sekolah kitanya masih kuat bekerja". btw mbak, aku kok merasa agak kesulitan komen disini ya, semoga masuk ya komennya

    ReplyDelete
    Replies
    1. hellooo, ini blogger yang tinggal di jerman kan yah, hehe *sok akrab* komennya masuk kok, jangan khawatir. cuma kalo postingan udah lewat beberapa bulan umurnya, komennya kudu dimoderasi dulu, aku setingnya gitu :-)

      iya itulah bedanya tinggal di negara maju dan berkembang ya. di negara maju, urusan kesejahteraan udah ditanggung negara, dari pendidikan, kesehatan, dan sarana serta fasilitas umum. jadi rakyatnya beban pikirannya jauh berkurang dibandingkan rakyat di negara berkembang yang selalu khawatir dan was-was hidupnya, hiks.

      punya anak ntar sekolahnya gimana, kalo sakit berobatnya gimana, dll. aku juga ngalamin sendiri soalnya, maklum dulu ortu pas-pasan hehe.

      di negara maju karena semua gratis, harusnya beban pikiran jauh berkurang dan rakyatnya jauh dari stress dan depresi. kalo masih ada yang stress kebangeten yah. eh jadi panjang :-p

      makasih udah mampir...

      Delete
  2. hahhaha saya beda umur 24 taun sama calon suami yang notabene cacb juga, pertama semua orang pada heran dengan keputusan saya karena mau aja nikah ama yg udah tua, duda pula. Tapi saya mikirnya yang penting dia serius dan cinta sama saya, udah capek pacaran ama yg seumuran ujung2nya di-php-in. kalau dia lagi ke Indo, malah dia yg kadang tengsin kalo di depan umum gandeng2 dia, katanya "emang kamu nggak malu, umur kita kan beda jauh" saya mah cuek aja.
    stereotipe cacb beda umur terlalu jauh gini mungkin karna banyak bule hunter yg ngincer duit si bule aja, jadi suka dipandang negatif. kebetulan saya termasuk wanita karir yang berpenghasilan sendiri dan suka traveling bahkan sebelum ketemua dia, bahkan biaya nikah di Indo bagi 2 sama calon suami (karena resepsinya 2x disini dan di negara dia) jadi buat nunjukin ke orang2 juga kalo saya mau sama dia ya murni karna cinta bukan karna duit atau apalah...

    nice share mbak...

    ReplyDelete
    Replies
    1. hah? 24 taun? yaaahhh rekor bapak-ibuku terpecahkan donkkk, ga relaaa, hahaha....
      bagus deh kalo kamu dah bisa cuek karena stereotype itu susah dilawan, berprasangka gratis sih soalnya, coba bayar, pasti ga bakal ada stereotyping di muka bumi ini hihi..
      jadi ditunggu undangannya yaaa... #eh

      Delete

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...