di bali, bukan hal yang aneh melihat bule-bule berjemur. konon mereka melakukannya supaya kulit mereka yang putih pucat itu menjadi kecoklatan seperti kulit kita, orang indonesia. bagi mereka para bule, mempunyai kulit pucat itu jelek. sehingga jika kulit pucat itu terbakar matahari, katanya akan terlihat lebih eksotik dan mereka akan merasa lebih ganteng dan cantik.
di dalam masyarakatnya, seorang bule yang berkulit lebih gelap dari yang seharusnya juga akan mengangkat derajat sosial mereka, karena dengan berkulit coklat, orang akan melihat bahwa mereka mampu berwisata atau berlibur ke tempat-tempat yang bermatahari, yang mana di negara asal mereka, bermandi sinar matahari adalah keberuntungan yang langka.
di dalam masyarakatnya, seorang bule yang berkulit lebih gelap dari yang seharusnya juga akan mengangkat derajat sosial mereka, karena dengan berkulit coklat, orang akan melihat bahwa mereka mampu berwisata atau berlibur ke tempat-tempat yang bermatahari, yang mana di negara asal mereka, bermandi sinar matahari adalah keberuntungan yang langka.
bagi orang indonesia, berkulit gelap itu jelek. logikanya karena jika kita bekerja di bawah sinar matahari, maka status pekerjaan kita terasumsi lebih rendah dari mereka yang kerja kantoran di gedung ber-ac. ditambah lagi hampir semua artis dan model cantik indonesia rata-rata kulitnya putih mulus bersinar. mereka mungkin tak pernah kena sinar matahari, tak pernah kerja di luaran, dan selalu berada di ruangan sejuk ber-ac.
kitapun akhirnya berlomba-lomba untuk mempunyai kulit kuning langsat atau bahkan putih seperti pualam, agar terlihat ganteng dan cantik. produk pemutihpun membanjiri pasar dan hampir semua wanita muda berlomba-lomba merogoh kantongnya demi sebuah produk baru yang katanya akan dengan sekejap merubah kulit gelap kusam kita menjadi putih bersinar, sehingga akan bertambah cantik.
kitapun akhirnya berlomba-lomba untuk mempunyai kulit kuning langsat atau bahkan putih seperti pualam, agar terlihat ganteng dan cantik. produk pemutihpun membanjiri pasar dan hampir semua wanita muda berlomba-lomba merogoh kantongnya demi sebuah produk baru yang katanya akan dengan sekejap merubah kulit gelap kusam kita menjadi putih bersinar, sehingga akan bertambah cantik.
mengapa bule-bule berkulit pucat itu dulunya tidak terlahir saja di katulistiwa? mengapa orang asia-afrika berkulit gelap tidak terlahir saja di daerah dingin supaya mereka tidak terkena sinar matahari? kenapa kita tidak bertukar kulit saja. manusia memang aneh. tak pernah senang dengan yang mereka punya, tak pernah puas dengan yang mereka dapatkan.
sebagai orang indonesia yang tinggal di benua eropa, tentunya aku merasa sangat bersyukur karena di sini tak begitu banyak sinar matahari. kulit gelap kusamkupun bisa perlahan-lahan memutih tanpa olesan produk pemutih yang harus diimpor dari katulistiwa. dan akhirnya akupun akan memperoleh kulit putih bagai pualam seperti yang aku idam-idamkan sebagai orang indonesia.
source |
namun apa kata para bule itu? mereka mengagumi kulit coklatku, yang aku sendiri tak pernah menyukainya. mereka harus mengeluarkan banyak uang untuk berlibur ke tempat yang panas, membayar mahal untuk tidur di sun-bed, atau membeli kosmetik yang bisa memberikan kesan kulit kecoklatan dalam sekejap, meskipun coklat palsu. mereka sungguh iri pada kulit coklat alamiku.
pada mereka kukatakan, aku suka kulit pucat mereka. dan aku iri pada mereka karena kulit mereka pucat alami bukan karena krim pemutih atau bersembunyi dari matahari. sementara aku dengan sabar menunggu kulitku berangsur memutih, orang-orang bule ini berlomba-lomba mencoklatkan kulit mereka. alangkah lucunya. alangkah ironisnya.
namun apalah dayaku. itu kodrat manusia, tak pernah puas dengan apa yang dimilikinya. biarlah sebagai orang indonesia aku tetap menginginkan untuk merubah kulit coklatku menjadi putih, dan biarlah para bule itu terus memanggang diri mereka supaya berkulit coklat.
Emang ya, Mbak.. namanya manusia itu nggak pernah ada puasnya deh. Yang keriting minta rambut lurus, tar yang lurus dikeriting-keriting. Yang kulitnya putih minta dicokelatin, yang udah cokelat minta diputihin..
ReplyDeleteManusiaaa, manusia ;)). Eh, aku juga pernah deng ;))
eh dapet komen dari juragan blog, sampe ga liat. ampun ya jeng Devi :-) makasih lho sudi mampir
ReplyDeleteMba nayarini kerja di eropa di perusahaan apa ya?
ReplyDeleteHi silvia, infonya ada di profil linked-in. Linknya ada di tab 'aku' :)
ReplyDeleteAda yg mau saya tanyakan soal behel mba, bagi2 pengalamannya ya hehee.
ReplyDeleteSakitan dicabut gigi bawah atau atas?
Klo cabut gigi itu disuntik baal bagian gusinya ya mba?
Waktu pertama pakai behel bagian lunak mulut dan gusi sering sariawan gak?
Trims.
Lha kok nanya behelnya di sini? Salah kamar ini hehe. Sama aja rasanya atas ama bawah sih. Kan abis cabut minum obat jd ga gitu sakit jg kok. Iya dibiusnya digusinya kan buat matiin rasa akar giginya yg nancep di gusi. GA sakit mah kayak digigit semut doank, hihi. Sariawan pastilah, tp bisa dicegah biar ga nambah parah atau nambah banyak, pake Ortho wax atau lilin Dari dokternya buat ngurangi gesekan behel ke rongga mulut :)
DeleteKan pengalaman berbehel hehehhhe. Saya baru gigi atasnya dicabut 2, klo yg bawah belum ngerasain x_x takutt. Pengorbanan banget pengen gigi rapih ya hihihhii. :D
Deletewaktu pertama pasang behel sakitnya berapa hari yaa?
Kak kalo boleh cerita atau pengalaman kakak sampai bisa bekerja di inggris dong, soalnya aku juga ingin bisa bekerja disana.
ReplyDeletehalo sufi maroo
Deletelhah kan udah cerita banyak di blog ini tentang pengalaman bisa sampe kerja di inggris hehe. coba ubek-ubek postingan-postingan berikut ini:
http://www.nayarini.com/2010/12/ambisius.html
http://www.nayarini.com/2014/11/ngomong-inggris.html
http://www.nayarini.com/2015/08/berapa-gajimu.html