Thursday 19 January 2012

buruh

tulisan ini juga dimuat di sini: http://www.pedomannews.com/umum/10156-buruh

hari masih pagi ketika aku baru akan membalas email-email yang masuk kemarin petang dan pagi ini ke inbox kantor, ketika tiba-tiba seseorang menyapaku di kotak chat. ia dulu salah satu teman kerjaku di kawasan industri cikarang, mengabarkan bahwa hari ini buruh di kawasan itu sedang berdemo. pada awalnya aku hanya menanggapi dengan gurauan, 'demo masak ya?' tanyaku. eh, ternyata setelah melihat linimasa akun twitter, baru aku  menyadari ternyata ia tidak sedang bergurau.

hari ini buruh-buruh di cikarang, cibitung dan sekitarnya berdemo mempersoalkan upah minimum regional. entah bagaimana detil permasalahannya, yang pasti buruh-buruh itu bersatu dan berdemo dengan cara memblokir jalan tol! akibatnya tak pelak lagi tol cikampek yang menjadi andalan jalur utama untuk menuju jalur pantura, macet total.


entah berapa kerugian perusahaan-perusahaan yang buruh-buruhnya hari ini mogok kerja, perusahaan-perusahaan jasa angkutan yang macet tak bergerak lantaran jalan utama diblokir, atau mereka yang terlambat dengan berbagai kegiatan penting yang sudah dijadwalkan hari ini, karena jalan tol tidak bisa dilewati. yang pasti, sekali lagi kaum buruh berteriak karena lagi-lagi upah mereka dirasa tidak mencukupi.

kawasan cikarang, ejip, jababeka dan cibitung adalah kawasan yang lekat dalam ingatanku. sekitar enam tahun yang lalu, selama hampir 5 tahun lamanya, aku adalah salah satu dari mereka, buruh-buruh itu. meskipun aku dulu memperoleh jabatan yang 'agak elit' sebagai staf dan tidak bekerja di bagian produksi serta tidak terkena jadwal kerja shift malam, aku tetaplah seorang buruh. berangkat pagi pulang petang terkadang larut malam, demi berputarnya sebuah roda raksasa, roda industri.

apapun jabatannya, manager, ass-man, supervisor, engineer, operator, inspektor, kami semua tetaplah buruh. roda industri harus terus berputar demi pertumbuhan ekonomi dan pemenuhan lapangan kerja di negara berkembang yang sedang giat-giatnya menggeliat menuju perbaikan taraf hidup bagi sebagian besar rakyatnya. berbondong-bondong mereka meninggalkan desanya yang gersang akan kesempatan kerja, atau kota kecilnya yang renta tanpa sentuhan pembangunan, menuju kota.

kota di mana masih ada harapan untuk hidup dan bekerja, yang sulit mereka dapatkan di desa asal mereka. kota di mana roda-roda industri raksasa didirikan oleh para pemilik modal, entah lokal atau asing, yang membutuhkan keringat dan peluh mereka agar berputar, bergerak agar menghasilkan laba. sayangnya, si laba hanya bisa dinikmati oleh segelintir manusia-manusia yaitu si kaum kapitalis pemilik modal, kaum penguasa dan teman-temannya.

sedang kami, kaum buruh para penggerak roda ini, tetap tertatih meniti hidup sehari-hari yang kian lama biayanya kian mencekik leher. tak salah jika mereka berdemo dengan impian agar si kaum penikmat laba yang dihasilkan si roda raksasa mau dan rela mengurangi sedikit saja kenikmatannya, untuk dibagikan rata ke para buruhnya.

karena meskipun jika kenaikan upah yang diperjuangkan kaum buruh ini terpenuhi, takkan serta merta membuat mereka menjadi kaya raya. bahkan mungkin kenaikan ini tak pula mampu mengubah taraf hidup kesehariannya, karena terlalu jauhnya rentang kesejahteraan antara si buruh dan majikan si pemilik modal.

sementara kaum kapitalis penikmat laba selalu berusaha menggemukkan pundi-pundi investasinya, kaum buruh yang entah karena nasib, takdir atau kehendak alam, tetaplah masih harus berpeluh.

3 comments:

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...