Wednesday 15 December 2010

cokelat

aku suka cokelat setengah mati. di meja kantorku, selalu tersedia cukup cokelat untuk ngemil setiap hari setiap waktu. sayangnya teman-teman kantorku tak pernah rela kalau aku sedang asyik menikmati lezatnya potongan kecil itu, karena mereka tak pernah bisa melakukan hal yang sama. kenapa?

alasannya selalu klasik dan klise. apalagi kalau bukan karena masalah berat badan. kata mereka, alangkah tidak adilnya aku bisa menikmati cokelat tiap saat tanpa takut berat badan akan bertambah, karena aku memang terbilang kurus ramping tak berdaging.

sementara bagi mereka, sepotong cokelat berarti menambah durasi waktu jogging di pagi yang dingin atau harus lebih lama di gym untuk membakar kalori di tubuh karena potongan kecil yang lezat tapi pembawa sengsara bagi beberapa itu.


sebetulnya ada sedikit rasa bersalah kalau aku menikmati sepotong cokelat manis di meja kerja selepas bersantap makan siang tanpa menawari mereka. serba salah juga karena kalau kutawarkan, berarti mereka harus berolah raga lebih lama, dan lebih seringnya mereka toh menolaknya, tapi kalau tak kutawarkan aku mungkin dikira pelit tak mau berbagi. jadi enaknya harus bagaimana?

banyak yang bertanya apa rahasianya bisa punya badan sekerempeng ini, banyak makan tapi tak berubah bentuk dari tahun ke tahun. pertanyaan serupa yang kadang agak malas menjawabnya karena aku sendiripun tak tahu persis jawaban sebenarnya, meski aku tetap punya dua jurus jitu tiap kali pertanyaan itu terlontar ke telinga.

jurus pertama tentu saja salahkan faktor genetik atau bawaan dari orang tua. kalau punya orang tua gemuk ya jangan berharap punya badan kurus seramping cinderela. karena melawan faktor genetik itu sama saja dengan melawan hukum alam. sama seperti punya orang tua berkulit gelap tapi pengin punya kulit putih. kira-kira begitu analoginya. jadi ya diterima saja apa adanya, lagipula kita tak pernah bisa memilih siapa keluarga kita.

jurus kedua ya salahkan pola makan. kadang gemes juga kalau ada yang mengeluhkan berat badan tapi mulutnya tak henti mengunyah makanan. pernah kutantang temanku beranikah dia tak makan lebih dari limabelas jam, dan jawabnya tak mungkin bisa. aku bilang itu bedanya aku dan dia.

memang aku sering ngemil dan selalu makan cokelat, tetapi aku juga tahan tidak makan kalau memang sedang tidak berselera makan, namanya juga perempuan. aku bisa tak makan lebih lama dari itu, jadi meskipun aku ngemil dan makan banyak di satu waktu tapi di waktu lain aku bisa dengan mudahnya tak makan dalam jangka waktu cukup lama.

dan tubuhku otomatis akan menggunakan pasokan kalori cadangan untuk memproduksi energi karena aktivitasku tak mungkin berhenti. itulah penyeimbang pemakaian kalori di tubuhku. hasilnya ya timbangan berat badanku tak pernah kemana-mana, tetap di kisaran angka-angka itu juga. jadi rumus ramping sebenarnya cukup sederhana, bukan?

No comments:

Post a Comment

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...