Saturday 20 June 2015

duduk sama rendah

...berdiri sama tinggi...

dulu sewaktu aku masih kerja di pabrik elektronik ternama di bekasi dari tahun 2000 sampai 2005, adalah hal yang wajar ketika aku mendapati kalau karyawan pabrik itu senengnya berkelompok menurut 'kasta'-nya masing-masing.

maksudnya?

maksudnya yang operator produksi sukanya ngumpul sama operator, yang engineer ngumpul sama engineer, yang leader ngumpul sama leader, dan yang udah manajer ngumpul sama manajer, gitu lah.



wajar banget sih ya, katanya sih kalo ngobrol biar nyambung hehe. dan kalo kuinget-inget lagi, bahkan sesama karyawan yang statusnya staff pun mengelompok lagi menjadi kelompok kecil-kecil. staff yang lulusan smu seperti contohya bagian administrasi, ngumpulnya sama yang lulusan smu juga, yang lulusan s1 ngumpul sama sesama sarjana juga.

ngumpulnya ya pas misalnya makan siang di kantin, atau pas ngobrol santai pas jam istirahat, atau dalam pertemanan sehari-hari. pilih-pilih banget ya kesannya. tapi memang fenomena yang aku amati dulu ya seperti itu.

source

meski anomali selalu saja ada, di mana ada staff sarjana yang ngumpul sama operator. eh, ga taunya emang lagi ngincer salah satunya mau dipacarin, ihiyyy. dan emang ada beberapa yang beneran sampe ke pelaminan sih.

ada juga anomali di mana staff yang jabatannya lumayan tinggi yang selalu ngumpul sama anak-anak operator karena memang seneng aja, dan ga masalah bagi dia. emang dasarnya ramah dan pergaulannya luas lah tipe-tipe orang yang model begini. jadi ga pilih-pilih dalam berteman atau bergaul. sayangnya orang-orang kayak gini tuh makin langka :-p

lucunya dulu ada seorang manajer produksi yang ketahuan ga punya lulusan kesarjanaan, suka digosipin sama yang udah pada pernah kuliah. eh, si bapak itu udah kerja sejak lulus smu berarti ya, karirnya lumayan pesat juga cuma lulusan smu bisa sampe jadi manajer! atau ada yang bilang gini, eh dia kan cuma lulusan smu, gajinya sama ga sih sama manajer yang berijasah s1?

kepo abis lah!

jadi seringnya si bapak-bapak yang udah manajer ini lebih suka ngumpulnya sama anak-anak operator produksinya yang juga rata-rata lulusan smu. entah sebabnya karena dia tahu kalo digosipin jadi males bergaul, atau karena dia minder ngumpul sama para supervisor atau manajer lain yang semuanya minimal lulusan s1.

aku yang waktu itu cuma lulusan d3 juga kadang suka ga pede sih kalo ngumpul sama staff lain yang sarjananya udah komplit. apalagi sama yang udah pernah sampe sekolah s2. aduh, ngeri takut ga nyambung ngomongnya ketinggian.

sumber dari sini

apalagi gara-gara kasta ijasah ini dalam penggajian juga kita dikelompokkan sedemikian rupa. aku pernah tulis di salah satu postingan lama tapi lupa yang mana, kalo gara-gara cuma lulusan d3 dan merasa dianaktirikan ini pula yang akhirnya justru membuatku terpacu untuk sekolah lagi ngambil s1 ekstensi sabtu minggu.

eh akhirnya malah mengantarku untuk melanjutkan s2 ke eropa gratis dibayarin pake beasiswa dari uni eropa.

***

lain ladang lain belalang, lain lubuk lain ikannya!

di tempat kerjaku yang sekarang ini, sebuah perusahaan yang bergerak di bidang perancangan dan pengembangan alat kedokteran di cambridge - inggris, aku justru menemukan fenomena yang bertolak belakang.

meski skalanya jauh lebih kecil dibandingkan pabrikku yang di bekasi, di sini aku sama sekali ga lihat pengelompokan-pengelompokan seperti yang kualami dulu.

di sini juga operator produksinya lulusan setara smu. sementara para engineer dan saiyentis (scientist)-nya minimal pada s2 bahkan ga sedikit yang udah s3 meski masih muda-muda. jadi banyak yang bergelar doktor (pake huruf d-besar ya doktornya karena ini gelar akademis; yang pake huruf d-kecil itu dokter yang meriksa orang sakit, jangan ketuker).

tiap kali jam makan siang, anak-anak operator (kami nyebutnya teknisi - technician) yang muda dan unyu-unyu, sama doktor-doktor muda yang juga unyu-unyu dan rata-rata bule ini (para bule hunter pasti klepek-klepek lah di jamin! lol) cuek aja tuh pada ngumpul bareng. becanda haha hihi dan ngobrol seru ngalor ngidul selama jam istirahat.

kadang aku gabung bentar sih sekedar nimbrung atau basa basi, trus berasa nenek-nenek sendiri akhirnya kabur hihi.

tapi cowok-cowok yang rata-rata masih pada jomblo ini dengan latar belakang kasta ijasah yang beda-beda, pada nyambung aja lho obrolannya. ga ada yang ngerasa udah lulusan s3 ngapain ngumpul sama lulusan smu. dan sebaliknya yang cuma lulusan smu juga ga ada minder atau gimana buat ngobrol sama seorang doktor. mungkin karena memang mereka ga menempatkan diri mereka sesuai gelar akademis kali ya.

atau karena mereka memang ga terlalu membanggakan lulusannya? entahlah. di sini doktor lulusan s3 masih muda itu banyak banget sih, bertebaran lah...

source 

kalo umur 18 lulus smu, trus ambil s1 di inggris sini bisa selesai 3 tahun, lanjut s2 cuma butuh 1 tahun, lalu nyambung s3 butuh 3-4 tahun. kalo semua lancar orang-orang ini memang bisa dapet gelar doktor ketika umur baru 25-26 saja! apalagi ada beberapa jurusan perkuliahan yang bisa langsung ambil s3 tanpa harus s2 dulu. bisa lebih muda lagi kan udah bergelar doktor.

beda sama di indonesia...

orang indonesia yang ambil kuliah s3 itu kebanyakan rata-rata mereka yang berkecimpung di dunia akademis. dosen misalnya, atau peneliti. dan biasanya lagi mereka lanjut s3nya jauh setelah berkarir dulu, jadi rata-rata udah berumur dan berkeluarga, bahkan tak jarang udah banyak yang punya jabatan lumayan penting. makanya ga jarang mereka dipandang tinggi dan berilmu banyak, disegani, dan dihormati (kadang secara berlebihan). mereka juga lebih milih kuliahnya di universitas-universitas luar negeri.

padahal di inggris sini calon-calon doktor dari indonesia ini kuliahnya ya sekelas sama doktor-doktor muda bule yang setelah lulus sekarang pada kerja jadi temen kantorku itu hehe.

bedanya lagi, di inggris lulusan s3 ga melulu berkecimpung di dunia akademis.

mereka ya seperti para lulusan lainnya, cari kerja dan ngantor. dan meski aku (cuma) lulusan s2, di sini aku ga ngerasa minder sama para doktor yang bertebaran itu, hehe. mungkin juga sebenernya temen kantor ga banyak yang tahu sih aku lulusan apa karena gelar MSc-ku memang ga aku pake setelah nama. cuma hrd doank paling yang tahu karena dulu yang nge-wawancara. kalo yang udah pada s3 mah ketahuannya karena biasanya gelar Dr-nya pada dipake, meski juga ga semuanya begitu.

yang udah bergelar doktor tapi gelarnya ga dipampangin juga ada lho. low profile bingits lah...

ga kayak waktu di bekasi dulu, sama yang s1 aja aku berasa minder, hiks. ga tau kenapa bisa begitu. mungkin karena pada suka mengelompok itu yah. untunglah di inggris ga begitu. karena memang kerja di inggris sini orang ga liat dari lulusan sih. yang penting bisa kerja aja, lulusan apa kek ga masalah.

dengan kata lain di inggris sini kemampuan kerja kita yang lebih dilihat bukannya dulu sekolahnya mentok sampe mana, maka para bule unyu-unyu ini cuek dan akur aja ngumpul meski sebagian cuma pernah mengenyam pendidikan sampe bangku sekolah lanjutan atas, dan sebagian lagi sudah bergelar master atau doktor. duduk sama rendah, berdiri sama tinggi.

sama-sama cari nafkah kan intinya :-)

8 comments:

  1. lebih egaliter gitu ya mbak?
    di sini mah gelar memang kayak kebanggan banget. sampe yang terakhir ini marak kasus ijazah palsu, saking pengennya orang pengen dapet posisi tertentu ---yang mensyaratkan gelar tertentu. gelar ttap jadi acuan. atau tingkat pendidikan lah maksudnya.
    gak salah juga sih, asal kompetensinya juga sesuai sama jenjang pendidikannya.
    horas!

    ReplyDelete
    Replies
    1. mungkin memang masyarakat-nya yang membentuk hingga sesuatu itu jadi penting apa ga penting dalam sebuah komunitas ya. apa yang penting di satu komunitas, belum tentu penting di komunitas yang lain.

      mungkin karena di Indonesia sekolah itu muahal bingits, jadi kalo udah abis duit banyak dapet gelar trus ga dibanggain kok ya kurang pas juga hehe.

      di negara-negara maju kebanyakan pendidikan kan gratis. di eropa juga perkuliahan rata-rata gratis, meski di UK bayar. mungkin karena itu jadi masyarakatnya ga gitu mentingin gelar. entahlah. harus dibikin penelitian ini hehe. udah ada belum ya :-p

      tapi di sini untuk melamar kerja memang perlu kompetensi, kualifikasi, dan pengalaman, yang ketiganya diperhitungkan semua. tentu saja dalam hal ini gelar juga penting. cuma dalam hidup dan pergaulan keseharian aja yang ga terlalu ditonjolkan.

      horas! #kenapa jadi batak kita sih hihi

      Delete
  2. Mungkin untuk menghindari gengsi kali yah mba ngobrol sesuai kastanya masing-masing

    ReplyDelete
    Replies
    1. iya biar nyambung aja mungkin alesan klasiknya. padahal kalo temanya umum sih kasta apa aja juga harusnya nyambung hehe

      Delete
  3. Bagus ya kalau gitu...
    Aku ada temen orang Jerman, kutanya dia sekolah S1 ngga, katanya engga, ngapain, ngga kuat dengerin profesor ngomong berjam-jam... Sementara di sini orang rebutan mau sekolah S1 pake tes susah-susah. Apa di Eropa gitu ya Mbak? Ga dipaksain sekolah tinggi-tinggi?

    ReplyDelete
    Replies
    1. di eropa orang tua biasanya jarang yang 'maksa' anaknya. dan mereka ga malu atau gengsi gimana kalo anaknya ga kuliah (emang kita, hehe). di sini lebih ditekankan ke minat bakat di anak. kan ga semua orang terlahir bagus di bidang akademik!

      kalo suka sepakbola, ya udah maen bola aja ga usah sekolah. wayne rooney itu punya ijasah apa coba? gaji bulanannya lebih gede dari perdana menteri inggris!!! lol...

      di Indonesia ga/belum bisa gitu. karena kita ekonominya masih ngekor negara maju hehe. ditambah penduduk kita (ke)banyak(an) di mana persaingan tenaga kerja tinggi, paling gampang nyortir-nya dengan peng-kasta-an ijasah. di negara maju angka pengangguran rendah, orang punya kebebasan mengeksplorasi bakat dan talentanya, dan ga harus lewat institusi pendidikan. karena hampir semuanya punya kesempatan untuk berkarya karena SDM-nya memang kurang. dengan kata lain, jadi apa aja tetep bisa hidup lah tanpa sekolah juga. makanya temen jermanmu enteng aja jawab, buat apa kuliah hehe :-)

      eh jadi panjang, seperti biasaaaaa... lol

      Delete
    2. Wih menarik Mbak... Asik ya kalau gitu. Di sini suka ngga suka kayaknya kudu minimal S1, bukan karena apa-apa, kalau engga, susah dapet kerjaan cyinnn...

      Jadi inget, ada temen ibu dari Amerika doktor ya biasa-biasa aja. Kalo di sini dosen dokter rasane piyeeee ngunu hehehe

      Delete
    3. iya, asik kan? dah pindah aja di mari haha.....#dikeplak ibunya Una

      nah makanya orang Indonesia sampe pada bela-belain bikin ijasah palsu kan? karena di Indonesia penting bingits berijasah hehe....apalagi bergelar doctor. gelar S1 aja bangga ditempel di mana-mana haha, apalagi S3. udah lulus blom sih kamu Na? #malah kepo

      Delete

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...