Thursday 8 October 2015

anak asuh

sebut saja namanya cuplis...

umurnya baru menginjak 8 tahun dan masih duduk di bangku kelas 3 sekolah dasar. ayahnya mengalami kecelakaan hingga kedua kaki dan tubuhnya tak lagi bisa bergerak seperti dulu sewaktu masih sehat. dengan kondisi ini tentu saja ia tak bisa bekerja mencari nafkah untuk menghidupi keluarganya. ibu cuplis tidak pernah mengenyam pendidikan yang layak. yang bisa ia kerjakan untuk bertahan hidup setelah suaminya berhenti bekerja hanyalah berjualan buah-buahan dengan hasil yang tak seberapa.

cuplis kecil harus hidup kekurangan dengan segala keterbatasan karena kondisi ekonomi orang tuanya yang berada di bawah garis kemiskinan. mereka hidup di sebuah kontrakan kecil seukuran ruang tamu rumahku. dengan pendapatan yang pas-pasan dan tak menentu, mereka harus bisa mencukupi kebutuhan hidup sehari-hari terutama untuk makan, entah bagaimana caranya. lalu bagaimana dengan biaya sekolah cuplis kalau untuk makan saja pas-pasan?


sebut saja namanya meilani...

ia setahun lebih tua daripada cuplis dan sudah duduk di kelas 4 sekolah dasar. lain halnya dengan cuplis yang masih beruntung punya kedua orang tua, ayah meilani sudah meninggal dunia. ia hidup di rumah kontrakan yang sedikit agak luas dibandingkan kontrakan si cuplis, bersama ibu, adik, dan ayah tirinya. ayah tiri meilani bekerja sebagai sopir angkot dengan pendapatan tak seberapa. ibunya adalah ibu rumah tangga biasa. dengan kondisi ekonomi keluarga yang seperti ini, bagaimana masa depan pendidikan meilani?

***

dua profil anak usia sekolah dasar di atas boleh dibilang mewakili sebagian masyarakat indonesia yang masih hidup di bawah garis kemiskinan. biaya pendidikan di beberapa wilayah di tanah air memang hampir tak lagi terjangkau untuk mereka-mereka yang hidup seperti keluarga cuplis dan meilani. sementara anak-anak negeri butuh edukasi.

adalah hak tiap warga negara untuk memperoleh pendidikan yang layak meski pemerintah kita yang sudah merdeka selama 70 tahun lamanya belum mampu mewujudkan sepenuhnya seperti halnya di negara-negara maju yang telah berhasil memberikan pendidikan gratis kepada rakyatnya.

adalah hak cuplis dan meilani untuk terus bisa sekolah meski orang tuanya tak lagi mampu membiayai. karena anak-anak ini adalah generasi penerus bangsa. karena mereka terlahir sama dan berhak untuk pintar dan berpengetahuan meski orang tua mereka miskin papa.

berita baiknya, saat ini cuplis dan meilani kecil cukup beruntung karena ia tetap bisa pergi ke sekolah setiap hari. biaya sekolah memang tak lagi bisa dijangkau oleh orang tua mereka. tapi berkat kerelaan tangan-tangan donatur melalui program anak asuh yang dikelola dengan baik dan professional oleh yayasan di mana mereka belajar saat ini, impian mereka akan masa depan yang lebih baik mudah-mudahan bisa tercapai suatu hari nanti.



tak hanya cuplis dan meilani yang bisa merasakan manfaat dari program ini. masih banyak teman-teman mereka yang lain yang berada di bawah yayasan yang sama juga ikut merasakan manfaat. bahkan aku yakin, program yang sudah lama dicanangkan sejak beberapa tahun yang silam ini telah berhasil mengentaskan  anak-anak indonesia yang lahir dari keluarga yang kurang berada, untuk bisa ikut merasakan nikmat pendidikan yang sayangnya masih sangat mahal harganya di tanah air.

***

tak pernah terbayang sebelumnya olehku untuk menjadi orang tua asuh.

meski aku juga terlahir dari keluarga yang lumayan pas-pasan, syukurlah orang tuaku masih sanggup membiayai sekolah kami meski hanya sampai sekolah lanjutan atas saja. masih beruntung dibanding cuplis atau meilani kan.

keberuntungan terus membawaku ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi sampe gelar master kuraih dengan bantuan beasiswa dari berbagai pihak. tanpa uluran tangan-tangan yang baik hati meski tangan-tangan itu tak berwajah karena beasiswa-beasiswa itu kuperoleh dari instansi, tak mungkin aku akan berada pada taraf kehidupanku sekarang ini. tanpa bantuan beasiswa, mungkin ijasahku hanya mentok sampe smu saja.

dulu aku pernah punya keinginan untuk menjadi orang tua asuh, tapi aku masih ragu. banyak pertanyaan berkecamuk di kepalaku. apakah aku mampu, apakah niat baikku tidak akan disalahgunakan, apakah aku akan menemukan anak asuh yang tepat dll.

sampai akhirnya satu hari niat itu muncul lagi ketika aku menemukan tempat yang pas dan tepat untuk merealisasikan keinginanku memberikan kembali apa yang sudah pernah aku peroleh dan nikmati. memberikan beasiswa kepada mereka yang kurang mampu. anak-anak kurang beruntung yang mengandalkan uluran tangan kita yang lebih berada, agar  mereka bisa tetap sekolah, belajar, dan meringankan beban kedua orang tua agar tak perlu lagi risau bagaimana membayar biaya sekolah anak-anaknya, sementara untuk urusan perut sehari-hari saja masih tak cukup.

***

cuplis dan meilani, keduanya adalah anak asuhku. mulai tahun ini dan mudah-mudahan untuk seterusnya sampai mereka dewasa dan mampu mandiri. aku belum pernah ketemu mereka, mungkin satu hari nanti kalau situasi dan kondisi mengijinkan.

keduanya memang nama samaran, tapi kondisi keluarganya adalah nyata. tak usahlah aku kasih tahu di daerah mana mereka tinggal atau di bawah yayasan mana mereka bernaung, yang pasti mereka adalah anak-anak indonesia, negeri di mana aku lahir dan dibesarkan. untuk saat ini, hanya ini sedikit yang bisa kuberikan untuk pendidikan di indonesia, mungkin hanya sebutir debu di gurun sahara. tapi aku senang karena bisa turut berbagi meringankan beban sesama. kalau rejekiku nambah, semoga anak asuhku juga bisa nambah lagi.

amin :-)

6 comments:

  1. Mbak Nayarini, kalau berminat menambah adik asuh, mungkin link ini bisa berguna

    http://en.hoshi-zora.org/

    Menurut saya, yayasan tersebut ok sekali utk kakak asuh yg tinggal jauh dr Indonesia karena IT systemnya mumpuni :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Lho, namanya udah ganti jadi adik asuh toh sekarang? Trus aku jadi kakak asuh? Aduuuhhh jadi berasa lebih muda 20 tahun, hihi. Btw, makasih rekomendasinya :-)

      Delete
  2. Dengan program anak/adik asuh memang bisa memberikan kesempatan ke banyak anak ya Mba. Memang potret kesempatan menikmati pendidikan kita memang masih menyedihkan ya. Kemaren sempat lihat di daerah Serang.

    ReplyDelete
    Replies
    1. iya, masih sangat menyedihkan! terbiasa tinggal di luar negeri di mana semua orang tua ga pernah pusing mikir biaya PENDIDIKAN dan KESEHATAN, hidup terasa jauuhhhh lebih sejahtera. ga khawatir ga bisa sekolah, ga khawatir uang yang dikumpulkan dengan susah payah satu hari nanti akan habis untuk biaya berobat kalo sudah tua dan penyakitan! hhhh... sayangnya Indonesia masih jauhhhh...:-(

      Delete
  3. semoga rejeki mbak Nay selalu melimpah, halalan thoyyibah. membantu meringankan kesulitan orang lain, insyaAllah Tuhan akan membantu mbak Nay juga

    ReplyDelete
    Replies
    1. aminnn aminn amin ya robbal alaminnn. matur nuwun doanya dik Pety :-)

      Delete

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...