Tuesday 10 July 2012

tentang diaspora bag 2 - tamat

sambungan postingan "tentang diaspora bag 1"

merantau ke eropa sejak tahun 2005, akhir-akhir ini baru aku menyadari, bahwa rupanya sudah cukup lama para perantau indonesia di luar negeri berjuang tanpa kenal lelah agar keberadaan mereka diakui oleh negaranya sendiri. para diaspora indonesia ini rupanya sudah lama ingin agar mereka tidak dikesampingkan keberadaannya serta diakui karya-karya serta kontribusinya terhadap tanah air, meski mereka bekerja dan menetap di luar negeri.

bisa dimaklumi, karena nyatanya banyak sekali pandangan miring mengenai para perantau indonesia, yang secara tidak adil dan sepihak selalu dipandang sebelah mata, dengan "tuduhan-tuduhan" bahwa para perantau ini tidak lagi cinta tanah airnya, tidak lagi peduli pada bangsanya, bahkan tentunya sering kita dengar para perantau ini dipertanyakan rasa nasionalismenya oleh bangsanya sendiri, meski begitu banyak bukti-bukti kontribusi nyata mereka untuk negeri. sungguh sebuah ironi.

pandangan miring ini berlangsung terus menerus sejak jaman dulu ketika para perantau indonesia mulai mengarungi samudera dan berakhir menetap di tempat lain. meski masa telah berganti dan keberadaan para perantau ini telah banyak bergeser dari para pengembara dan penakluk samudera di jaman dahulu kala, menjadi para perantau yang mengadu nasib ke negara lain karena alasan ekonomi, melanjutkan pendidikan, atau karena alasan politik, tetapi mereka tetap mendapatkan perlakuan yang serupa. pandangan miring dan tuduhan tidak lagi nasionalis, tidak cinta bangsa, atau tak mau kembali membangun negeri sendiri, masih saja lekat menempel. apa mau dikata.

namun jaman rupanya mulai berganti.

ada setitik sinar cerah mulai terlihat di ujung terowongan panjang yang selalu gelap setelah sekian lama. ada secercah harapan bagi para perantau indonesia di luar negeri untuk diakui keberadaannya dan disambut aspirasinya dengan tangan terbuka oleh pemerintah di dalam negeri. suara mereka semakin didengar dan diapresiasi. 

bahkan beberapa ilmuan indonesia di luar negeri belakangan ini cukup gencar berkancah di beberapa event di dalam negeri. mereka juga mulai dikenal masyarakat indonesia dengan karya-karyanya yang luar biasa dengan adanya internet, peran serta media cetak dan televisi di indonesia seperti contohnya acara kick andy.

kongres diaspora indonesia yang baru-baru ini untuk pertama kalinya terselenggara di amerika, menjadi bukti adanya perubahan cara pandang yang lama menjadi cara pandang baru yang sangat menjanjikan. sebuah berita gembira untuk seluruh diaspora atau perantau indonesia yang jumlahnya mencapai hampir 10 juta di seluruh penjuru dunia, akan segera memasuki lembaran baru.

aku senang dengan kabar gembira ini.

karena nyatanya, menjadi perantau kadangkala hanyalah sebuah pilihan hidup bagi mereka yang perpegang pada logika, atau hanyalah sebuah garis nasib yang harus dijalani bagi mereka yang mempercayai bahwa semua hal dalam kehidupan ini sudah ada yang mengatur. 

bayangkan saja jika di dunia ini tak ada yang pergi merantau. peradaban takkan pernah maju, ilmu pengetahuan takkan pernah tersebar, budaya dan bahasa takkan pernah berkembang, dan manusia di muka bumi takkan pernah berinteraksi antara bangsa satu dan lainnya. manusia akan berpikiran kerdil dan terkurung. bahkan kepercayaan pun takkan tersebar luas tanpa adanya perantau. bisakah kau bayangkan seperti apa dunia jadinya? mungkin manusia masih hidup di gua-gua dan belum bisa membuat api!

karena nyatanya bagi para perantau, untuk berkarya nyata tak harus dilakukan dari satu tempat saja. banyak sekali kesempatan di depan mata untuk berkembang, maju dan meraih kesuksesan tanpa dibatasi oleh lingkar  pagar geografi. berdarah indonesia, tentunya tak harus berkarya di indonesia saja. berdarah indonesia dan tinggal di luar negeri, tak berarti lantas lupa darah dan asal usulnya. 

lagipula lupakah kita, sejarah menuliskan bahwasanya nenek moyang bangsa indonesia dulunya juga berasal dari para perantau melayu yang berbaur dengan bangsa perantau arab dan india yang mendarat ratusan tahun yang silam dan akhirnya berkembang biak di kepulauan nusantara? hei, bukankah kita berasal dari bangsa perantau juga? sungguh aneh kalau urusan rantau-merantau masih dipermasalahkan di jaman sekarang.

karena nyatanya, sejujurnya mereka yang sering nyinyir dan berpandangan miring, seringkali bersikap demikian karena rasa iri dan dengki atas ketidakmampuan diri untuk mengikuti jejak mereka yang telah sukses melangkahkan kaki ke luar negeri dan berhasil melanglang buana. kau boleh saja tak setuju dengan pernyataan tersebut. tak apa, toh ini hanya pendapatku.

karena nyatanya, pendapatan per kapita para perantau memang di atas rata-rata dan berlipat ganda dibandingkan pendapatan per kapita di dalam negeri. dan nyatanya kontribusi para perantau kepada negeri asalnya tak pernah berhenti mengalir, entah dari segi pengiriman devisa, penyebaran ilmu pengetahuan, investasi ekonomi, sampai peran serta mengenalkan budaya indonesia di luar negeri. 

kini presiden indonesia pun telah menyatakan komitmennya dan menyambut hangat aspirasi mengenai kemudahan pemberian visa bagi warga indonesia yang telah berganti kewarganegaraan, yang ceritanya dari mulut ke mulut dulunya memang dilaporkan cukup dipersulit. dan dengar-dengar, wni yang berubah menjadi wna ini seringkali diperlakukan lebih seperti "pengkhianat" bangsa oleh sesama warga indonesia sendiri di dalam negeri, hanya karena mereka berganti paspor. menyedihkan sekali.

meski aku sampai kini masih setia dengan paspor wni-ku, menurutku tak ada yang salah jika seorang diaspora memilih untuk berganti warga negara karena sebagian besar hidupnya memang dihabiskan di negara tempat ia merantau. seperti halnya aku sendiri, mungkin hanya mengunjungi indonesia setiap dua atau tiga tahun sekali, itupun tak lebih dari 3 minggu. selebihnya, ya tinggal di luar negeri. kalau berpikir dari segi kepraktisan, tentunya berganti kewarganegaraan akan mempermudah segala urusan, dan kalau pulang ke indonesia cukup memakai visa berkunjung yang berlaku satu bulan. sudah lebih dari cukup bukan?

seringkali para diaspora tak diberikan banyak pilihan. banyak keluhan dari mereka pemegang paspor indonesia yang mengalami kesulitan mobilitas di luar negeri dalam aktivitas bisnis atau pekerjaan, karena paspor indonesia belum diakui di banyak negara maju di dunia sehingga diperlukan ijin masuk atau visa ke setiap negara. sangat tidak praktis dan tidak ekonomis. tak jarang para diaspora memutuskan dengan berat hati untuk menjadi wna dan melepas paspor hijaunya, demi alasan praktis ini. 

meskipun dari dalam lubuk hati, alangkah senangnya jika wni boleh memiliki kewarganegaraan ganda. tetap memiliki satu paspor indonesia karena pada dasarnya rasa cinta tanah air itu takkan pernah hilang dari dalam dada, satu paspor asing tempat para diaspora merantau dan berkarya sehari-hari demi memperlancar urusan pekerjaan dan bisnis sehari-hari.

lagi-lagi, menurutku kewarganegaraan dan rasa kebangsaan itu adalah dua hal yang berbeda. boleh saja seseorang berpaspor amerika, kanada atau australia, tapi jiwa dan rasa kebangsaannya tetap kental menyatu dengan tanah airnya, indonesia. 

semoga niat pemerintah untuk mulai mempertimbangkan isu kewarganegaraan ganda ini segera ditindaklanjuti. dan mudah-mudahan dalam waktu yang tidak terlalu lama, sudah ada hasil positif yang tentunya sangat ditunggu-tunggu oleh hampir 10 juta para diaspora indonesia yang saat ini merantau di seluruh penjuru dunia.

mohon doanya.




.:kalau kamu suka artikel di atas, mungkin kamu suka ini juga:.

8 comments:

  1. 1. Aku baru tau kalo ada istilah "diaspora". Aku pikir sejenis sel tanaman -_-
    2. Baru tau kalo jumlah diaspora dari Indo di seluruh dunia ada 10juta (banyak meen)
    3. Agnes Monica pernah bilang: "Sy tidak perlu selalu memakai batik ke perhelatan acara luar negeri. Dgn sy berkiprah di luar (go international), nama sy akan dikenal, lalu org akan mencari tahu siapa saya, dr mana sy berasal. Setelah tahu, mereka akan salut kpd Indonesia krn punya orang2 yg bisa juga sukses di luar negeri" :)
    4. Aku akhirnya tahu kehidupan di luar negeri (khususnya kehidupan sehari2) ya dari orang2 seperti mbak Nay ini. Hal ini emang bisa bikin envy :p Tapi kalo akhirnya suatu saat aku beneran bisa ke luar negeri, berarti jasa mereka cukup banyak dlm mengabarkan "dunia" kepada orang2 Indo seperti aku ini :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. 1) hihi iya ya kayak di buku biologi :-p
      2) sama, aku jg kaget, kirain cuma satu, diriku seorang #halah
      3) setuju sama Agnes! kapan ya bisa setenar dia #fokuss... fokuss...
      4) naitnya emang itu sih pas bikin blog ini, bikin Pety envy hihihi... maksudnya biar semangat buat maju gitohhhh... :-D

      Delete
  2. wow mantap nih.... semoga segera ditindaklanjuti warna negara ganda ini.. walau kayaknya bakal sulit nih...,

    ReplyDelete
    Replies
    1. memang sulit mas, makanya dari dulu aspirasinya ga maju-maju, lumayan lah sekarang sudah sampai DPR hehe

      Delete
  3. susah juga yah...
    Anggun yang punya paspor Perancis dianggap pengkhianat bangsa...
    Padahal dia ngomong sana sini sembari mengukir prestasi selalu bawa nama Indonesia...

    Nasionalisme kan gak bisa diukur dari paspor yah Nay?

    ReplyDelete
    Replies
    1. setujuh biii, coba semua orang indonesia berpandangan seperti bibi titi teliti yg cantik jelita dan tidak sombong tapi suka nendang kulkas ini... pasti hidup lebih indah #hihihi

      Delete

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...